Massa dari Hizbut tahrir Indonesia melakukan aksi menolak program kondom di Bundaran Hotel Indonesia, Thamrin, Jakarta, Senin (25/6). TEMPO/Aditia Noviansyah
TEMPO.CO, Jakarta - Majelis Ulama Indonesia (MUI) menentang keras program Pekan Kondom Nasional yang digagas Kementerian Kesehatan (Kemenkes). "Saya menyesalkan hal itu," kata Ketua MUI, Amidan Syahberah, saat dihubungi Tempo, Selasa, 3 Desember 2013.
Dengan diadakannya Pekan Kondom, Amidan menilai pemerintah justru semakin membebaskan remaja untuk mengenakannya. Padahal, ada solusi lain agar seks bebas di kalangan remaja bisa berkurang.
Misalnya, pengawasan orang tua untuk mencegah si anak terjebak seks bebas. "Jangan seperti di Barat. Anak perempuannya pergi, ibunya malah kasih pil anti-hamil," ujar Amidan.
Kedua, Amidan melanjutkan, orang tua juga harus mengawasi anaknya ketika menyaksikan tayangan di televisi. Amidan menilai, isi tayangan televisi di Tanah Air banyak unsur pornografinya.
Indonesia juga diminta Amidan belajar dari Cina, Singapura, dan Malaysia dalam penyajian isi tayangan televisi. Alasannya, di ketiga negara itu penayangan yang berbau pornografi dibatasi. Sedangkan guru di sekolah, kata Amidan, mengawasi murid-muridnya dari pergaulan seks bebas.
Pekan Kondom Nasional digelar dari 1-7 Desember 2013. Program ini diselenggarakan oleh Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN). Berdasarkan data dari Komisi Penanggulanang Provinsi (KPAP) DKI Jakarta, pada 2013 tercatat ada 24.807 kasus HIV dan 6.973 kasus AIDS.