Ketika Korban Merapi Bertemu Penyelamatnya
Editor
Yandi M rofiyandi TNR
Rabu, 6 November 2013 04:14 WIB
TEMPO.CO, Sleman--Masyarakat di lereng Gunung Merapi memperingati 3 tahun erupsi. Saat itu ada sebanyak 289 jiwa melayang akibat terkena awan panas dan juga banjir lahar dingin. Sebanyak 151.437 warga harus diungsikan.
Saat peringatan tiga tahun erupsi itu juga digelar apel siaga oleh masyarakat dan pemerintah. Tidak dinyana, salah satu korban awan panas pada 5 November 2010 dini hari Hadi Prayitno alias mbah Welas, 66 tahun bertemu dengan salah satu orang yang menyelamatkannnya.
"Saat ada awan panas saya berada di samping rumah sedang buang air," kata dia di sela-sela apel siaga di Tugu Ambruk, Petung, Kepuharjo, Cangkringan, Sleman, Selasa 5 November 2013.
Saat apel siaga, ia duduk di kursi yang disediakan panitia. Lalu datang Tri Harto, seorang warga Kalasan, Sleman. Ia saat erupsi sedang bertugas di kantor Kesbanglinmas (Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat) Sleman sedang mengevakuasi para warga di sekitar Kali Gendol.
Saat bertemu di Tugu Ambruk itu, mbah Welas mengucapkan terimakasih kepada yang menolongnya itu. Kakek yang masih terlihat pincang akibat seluruh tubuhnya terkena awan panas itu hanya bisa mengucapkan terimakasih kepada para relawan yang telah menyelamatkannya.
Sebab, saat terjadi erupsi itu, ia sudah dicari oleh keluarganya. Tetapi awan panas sudah membakar dan menerjang rumahnya di Gadingan, Argomulyo, Cangkringan itu.
Ia langsung dievakuasi dan dibawa ke Puskesmas Ngemplak I. Lalu dipindahkan ke Rumahsakit Bhayangkara Kalasan, Sleman. Lalu dipindahkan lagi ke rumah sakit Bethesda dan Rumah Sakit Umum Pusat Sardjito. Total ia harus dirawat selama 6 bulan di rumah sakit. Kini ia tinggal di Hunian Tetap Kuwang, Argomulyo bersama keluarganya.
Tri Harto mengisahkan, saat erupsi dini hari 5 November itu, awan panas menerjang Kali Gendol. Karena sungai sudah penuh dengan material gunung, lahar panas menerjang perkampungan kiri dan kanan sungai. Padahal, jarak Argomulyo ke puncak 15 kilometer. Saat itu mbah Welas teriak minta tolong. Di sekilingnya sudah banyak amterial panas dan mengenai sekujur tubuhnya.
"Saya mendobrak pintu kiosnya untuk dijadikan pijakan lahar panas guna mengevakuasi korban," kata dia yang saat itu membawa 8 orang untuk evakuasi para korban.
Saat ada erupsi besar itu, memang para resquer juga khawatir adanya erupsi susulan. Tetapi dengan memantau perkembangan aktivitas gunung dengan Handy Talky, ia dan para relawan lain menerjang panas sisa-sisa erupsi.
Banyak kisah di lereng gunung Merapi saat erupsi. Banyak pula yang sudah dikisahkan, namun banyak pula yang tidak terkisahkan. Kesiapsiagaan warga selalu ditingkatkan untuk meminimalisir adanya korban jiwa.
MUH SYAIFULLAH
Baca juga:
Turis Rusia yang Tersesat di Merapi Ditemukan
Pendaki Merapi Asal Rusia Masih Hilang
Merapi Masih Normal, Belum ada Magma Baru
Sultan Minta Masyarakat Tak Panik Soal Merapi