Perbedaan Cina dan China Versi Remy Sylado  

Reporter

Editor

Elik Susanto

Minggu, 20 Oktober 2013 18:39 WIB

Remy Silado(TEMPO/Arif Fadilah)

TEMPO.CO, Magelang - Budayawan Remy Sylado mengkritik penggunaan istilah China yang dianjurkan oleh Kedutaan Besar Republik Rakyat Cina di Jakarta. Menurut dia, istilah itu merupakan pemaksaan yang bersifat politis. Dia merujuk pada terbitnya surat edaran yang dikeluarkan Kedubes RRC di Jakarta kepada sejumlah media massa. Isi surat edaran tersebut menyerukan media menggunakan istilah China, bukan Cina.

Remy menyayangkan sejumlah media tunduk begitu saja terhadap surat edaran itu. Sebaliknya, dia mengapresiasi media yang memilih menggunakan istilah Cina. Ejaan China, kata dia, mengikuti ejaan dan lafal Bahasa Inggris. “Biarkan pengucapan istilah Cina sesuai dengan cara orang Melayu melafalkannya,” kata dia dalam seminar membahas Cheng Ho dan Nusantara di Hotel Manohara, Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, pada Minggu, 20 Oktober 2013. Ini merupakan rangkaian acara Borudur Writers and Cultural Festival, 17-20 Oktober 2013.

Lebih lanjut Remy menyebutkan, pemaksaan pelafalan China merusak juga Bahasa Indonesia. Ia lantas mengkritik orang Indonesia yang “sok Inggris” karena melafalkan Cina menjadi China. Hal ini, menurut dia, menggambarkan orang Indonesia tidak percaya diri terhadap bahasanya. Kata Cina ada dalam kamus Bahasa Cina dan aksara Cina. Remy mencontohkan kata Zhongguo atau dialek Hokiannya Tiongkok sebagai Cina, bukan China.

Dia menambahkan, kedutaan lain tidak ada yang campur tangan ihwal penyebutan negara mereka dalam Bahasa Indonesia. Misalnya, Kedubes Belanda di Jakarta tidak pernah memaksa Indonesia untuk mengganti kata Belanda menjadi Netherlands. Belanda, kata dia, merupakan penyebutan salah lidah orang Indonesia terhadap istilah Holland.

Begitu pula dengan Kedubes Prancis, yang tidak pernah memaksa Indonesia mengganti kata Prancis menjadi France. Kedubes Jepang juga melakukan hal yang sama. Padahal Malaysia menggunakan istilah Jepun untuk negeri Jepang.

Presiden International Zheng He Society Cheng Ho Cultural Museum, Melaka, Malaysia, Tan Ta Sen, mengatakan tidak mempermasalahkan penggunaan istilah Cina, China, Tiongkok, atau Zhongguo. Menurut dia, orang bebas menggunakan istilah apa pun merujuk ke negara Cina asalkan tidak bertujuan merendahkan. “Silakan saja ada perbedaan, yang penting saling menghargai,” kata dia.

Guru Besar Chinese Studies Jurusan Sastra Cina, Fakultas Humaniora Universitas Bina Nusantara, Abdullah Dahana juga punya pendapat yang sama. Ia sepakat dengan penggunaan istilah Zhongguo. Malaysia, menurut Dahana, menggunakan istilah China. Tapi, mereka melafalkannya bukan China seperti versi Bahasa Inggris, tapi Cina seperti dalam pelafalan orang Melayu.

SHINTA MAHARANI

Berita Terkait

Candi Prambanan Gelar Lomba Foto Internasional
Pameran Foto Karya PFI Digelar di Yogyakarta
Dari Mendur untuk Sejarah
Melukis Bali yang Berubah
Pastika: Bung Karno Titisan Dewa Wisnu




Berita terkait

Bank BJB dan Unpar Dukung UMKM Berkelanjutan

21 Februari 2024

Bank BJB dan Unpar Dukung UMKM Berkelanjutan

Bank bjb dan Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR) berkolaborasi dalam seminar bertajuk "Riset Pasar: Berdayakan Lokal, Bisnis Mengglobal" untuk mendorong Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Jawa Barat memiliki bisnis yang berkelanjutan.

Baca Selengkapnya

Bamsoet Buka Seminar dan Uji Kompetensi Ikatan Motor Indonesia (IMI) II-2023

29 November 2023

Bamsoet Buka Seminar dan Uji Kompetensi Ikatan Motor Indonesia (IMI) II-2023

Bambang Soesatyo membuka Seminar dan Uji Kompetensi IMI II-2023 bagi Pelaksana dan Penyelenggara Olahraga Kendaraan Bermotor. Diikuti 296 peserta

Baca Selengkapnya

Taylor Swift Jadi Topik Pembahasan Seminar Akademis Berjudul Swiftposium

22 September 2023

Taylor Swift Jadi Topik Pembahasan Seminar Akademis Berjudul Swiftposium

Pengaruh Taylor Swift sebagai ikon pop menjadikan popularitas dan karyanya sebagai pembahasan seminar akademis

Baca Selengkapnya

Seminar Implementasi Proper PKN II, Sekda Hana Sangat Dukung Gustaf Griapon

14 September 2023

Seminar Implementasi Proper PKN II, Sekda Hana Sangat Dukung Gustaf Griapon

Sekretaris Daerah Kabupaten Jayapura menjadi mentor pada Seminar Implementasi Proyek Perubahan PKN Tingkat II Angkatan XXX

Baca Selengkapnya

PT EMLI Gelar Seminar untuk Industri Manufaktur di Batam

28 Juli 2023

PT EMLI Gelar Seminar untuk Industri Manufaktur di Batam

PT ExxonMobil Lubricants Indonesia (EMLI) kembali menggelar kegiatan bertajuk Mobil Nationwide General Manufacture Seminar di wilayah Batam.

Baca Selengkapnya

Hari Anak Nasional, Ajak Keluarga Tingkatkan Ilmu Parenting

21 Juli 2023

Hari Anak Nasional, Ajak Keluarga Tingkatkan Ilmu Parenting

Good Doctor bekerja sama dengan Jakarta Escape Citypark gelar seminar parenting mengenai pola hidup sehat pada perayaan Hari Anak Nasional 2023.

Baca Selengkapnya

Cerita di Balik Hari Sejarah Nasional Setiap 14 Desember

14 Desember 2022

Cerita di Balik Hari Sejarah Nasional Setiap 14 Desember

14 Desember sebagai Hari Sejarah Nasional merujuk pada tanggal dimulainya Seminar Sejarah Nasional 1957 di Yogyakarta.

Baca Selengkapnya

Mas Dhito Gelar Seminar Kebangsaan untuk Milenial

15 November 2022

Mas Dhito Gelar Seminar Kebangsaan untuk Milenial

Pemkab Kediri berupaya menyiapkan kaum milenial siap menghadapi berbagai tantangan di masa depan.

Baca Selengkapnya

Seminar Huawei di SUTD Hubungkan Talenta Digital ASEAN dan Singapura

4 September 2022

Seminar Huawei di SUTD Hubungkan Talenta Digital ASEAN dan Singapura

Seminar Huawei itu bertujuan membantu peserta mempelajari pengembangan karir di masa depan di bidang teknologi, serta mendorong kewirausahaan.

Baca Selengkapnya

Anies Baswedan Bicara Integrasi Nasional di Seminar APPSI Bengkulu

20 Juni 2022

Anies Baswedan Bicara Integrasi Nasional di Seminar APPSI Bengkulu

Anies Baswedan membuka acara Seminar Asosiasi Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia di Gedung Raya Semarak, Bengkulu.

Baca Selengkapnya