TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Central Comite PKI Dipa Nusantara Aidit berselisih dengan Njoto perihal posisi Lembaga Kebudayaan Rakyat, atau Lekra, yang mereka dirikan. Aidit ingin Lekra melebur dan menjadi bagian dari PKI, tetapi Njoto yang juga menjadi wakilnya di Central Comite PKI menolak.
Menurut Aidit, PKI membutuhkan Lekra sebagai organisasi resmi seniman sebagai motor pendulang suara partai melalui kesenian. Lekra pada tahun 1960-an telah merambah hingga tingkat kecamatan. Tingginya popularitas Lekra itu yang membuat Aidit kepincut dan ingin melegalkannya di bawah PKI.
Namun, Njoto berkukuh menolak. Alasannya, di tubuh Lekra juga bergabung seniman nonkomunis yang bukan anggota partai, seperti Pramoedya Ananta Toer dan Utuy Tatang Sontani. Menyeret Lekra menjadi organ resmi partai hanya akan menyebabkan para seniman terkenal dan berpengaruh itu hengkang. (Baca selengkapnya di majalah Tempo edisi 30 September 2013).
Meski Aidit dan Njoto sama-sama pendiri Lekra, tapi di lembaga itu Njoto lebih disegani. Selain pengetahuan tentang kesenian yang luas, Njoto memiliki kemampuan orasi yang memukau. Oleh karena itu, tampaknya sebagian besar anggota Lekra pusat lebih sepakat dengan pendapat Njoto.
Dengan demikian, Lekra secara organisasi tetap bersifat terbuka. Seniman yang tidak aktif di partai bahkan yang tak mendukung komunisme boleh menjadi anggota Lekra. Dua pendirinya, A.S. Dharta dan M.S. Ashar, juga bukan seniman komunis. Lekra memiliki kongres dan anggaran dasar sendiri dengan menegaskan tak ada kaitan formal dengan PKI. Kondisi Lekra di daerah juga tidak jauh berbeda. Sebagian anggotanya bukan anggota partai. Karena itu, agak sulit menyebut Lekra sebagai onderbouw PKI.
“Tapi juga salah jika menyebut Lekra tak punya hubungan sama sekali dengan PKI,” kata sastrawan Lekra Amarzan Ismail Hamid. Sebagian orang Lekra pusat adalah anggota PKI. Sebagian Lekra tingkat daerah juga didirikan atas inisiatif partai.
Hingga PKI dan Lekra diberangus pemerintah Orde Baru, Aidit belum berhasil mem-PKI-kan Lekra. "Tak satu pun yang berhasil mem-PKI-kan Lekra, kecuali Soeharto. Bahkan, Aidit tidak bisa,” kata Putu Oka Sukanta, seniman Lekra dari Bali, yang menyumbangkan satu puisi untuk antologi Kepada Partai.
TIM TEMPO
Berita terkait
Sejumlah Larangan Rezim Orde Lama dan Orde Baru untuk Anak Muda: Musik Ngak Ngik Ngok, Celana Ketat, Rambut Gondrong
2 Oktober 2023
Pada era orde lama dan orde baru tetapkan beberapa larangan untuk anak muda seperti musik ngak ngik ngok, rambut gondrong, dan celana ketat.
Baca SelengkapnyaPerjalanan Koes Plus, Saat Bernama Koes Bersaudara Dijebloskan Rezim Orde Lama ke Penjara Glodok
29 September 2023
Sebelum terkenal dengan nama Koes Plus, band legendaris ini bernama Koes Bersaudara. Begini alasan terjadi perubahan nama grup band legendaris ini.
Baca SelengkapnyaKoes Bersaudara Dibebaskan dari Penjara Glodok Sehari Sebelum G30S 1965 Tanpa Alasan
29 September 2023
Satu hari sebelum peristiwa G30S, Koes Bersaudara lalu menjadi Koes Plus dibebaskan dari Penjara Glodok tanpa alasan. Apa sebab mereka dibui?
Baca SelengkapnyaTop 3 Metro Kemarin, Puisi Butet Kartaredjasa Dikaitkan dengan Lekra, Kondisi GBK usai Dipakai PDIP
1 Juli 2023
Puisi seniman Butet Kartaredjasa dan kondisi GBK usai dipakai PDIP masih menjadi topik yang banyak dicari pembaca
Baca SelengkapnyaKenang Pramoedya Ananta Toer dan Karya-karyanya, Tak Cuma Bumi Manusia
6 Februari 2023
Pramoedya Ananta Toer salah seorang sastrawan legendaris Indonesia, ia menghasilkan lebih dari 50 karya dan diterjemahkan dalam 41 bahasa.
Baca SelengkapnyaJokowi Serahkan DIPA dan TKDD 2023 ke 53 Kementerian dan Lembaga
1 Desember 2022
Jokowi telah menyerahkan DIPA dan Daftar Alokasi Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) Tahun 2023 kepada 53 kementerian dan lembaga.
Baca SelengkapnyaMengenal Utuy Tatang Sontani, Generasi Sastrawan yang Tak Bisa Pulang Setelah G30S
17 September 2022
Sastrawan Utuy Tatang Sontani tak bisa pulang setelah G30S. Ia dari Peking kemudian tinggal di Moskow, Rusia hingga wafatnya.
Baca SelengkapnyaHari Ini di Tahun 2000, Pramoedya Ananta Toer Menerima Penghargaan Fukuoka
26 Juni 2022
Pramoedya Ananta Toer menerima penghargaan utama Fukuoka yang diberikan ke tokoh-tokoh Asia yang berkontribusi bidang akademis, seni, dan budaya.
Baca SelengkapnyaSebab Lagu Genjer-Genjer Identik dengan PKI dan Dilarang Orde Baru
29 September 2021
Lagu Genjer-Genjer sudah jarang dinyanyikan karena dianggap memiliki kaitan dengan PKI.
Baca SelengkapnyaOrganisasi-Organisasi yang Dianggap Berafiliasi Dengan PKI
29 September 2021
Setelah peristiwa G30S, anggota organisasi yang dianggap terkait dengan PKI diburu dan ditangkap
Baca Selengkapnya