TEMPO.CO, Jakarta - ADA banyak alasan lain bagi banyak seniman bergabung dengan Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra). Tak cukup hanya kagum dengan konsep dan prinsip yang mereka tanamkan.
Menurut pelukis Djoko Pekik, sebagian seniman yang berhimpun ke Lekra mendapat fasilitas sekolah ke luar negeri. Meski tak semua mendapatkan fasilitas itu, katanya, Trubus Sudarsono--seniman Lekra yang juga anggota PKI—pernah dikirim belajar ke Cekoslovakia hanya karena ia masuk Lekra.
Penjelasan Pekik dibenarkan Rhoma Dwi Aria Yuliantri dan Muhidin M. Dahlan dalam buku mereka, Lekra Tak Membakar Buku. Donasi politik bagi para perupa, merupakan magnet lain bagi para seniman.
Lekra, menurut Rhoma dan Muhidin, memberikan santunan perjalanan ke luar negeri dengan memanfaatkan jaringannya di sejumlah negara "berideologi serumpun" yang tersebar di Asia, Afrika, hingga Amerika Latin. Lekra memperoleh modal jaringan dari kedekatannya dengan Partai Komunis Indonesia, yang muncul lagi di pentas politik nasional setelah menempati posisi keempat dalam Pemilu 1955.
“Usaha Lekra menjadi jembatan bagi perupa untuk ke luar negeri menyaingi usaha serupa yang biasa dilakukan Sticusa, yang kerap memberikan beasiswa bagi seniman Indonesia untuk ‘mencicipi’ pengetahuan di luar negeri, terutama ke negeri Belanda,” demikian mereka menulis.
Tahun 1960-an menjadi puncak kejayaan Lekra. Ketika itu, lembaga ini sangat gencar menggelar pertunjukan dan pameran seni. Biasanya, mereka mengambil momentum peringatan Hari Kemerdekaan, ulang tahun PKI, dan ulang tahun Lekra. Di Yogyakarta, misalnya, Lekra kerap mementaskan ketoprak tobong--tempat pertunjukan yang sifatnya darurat--untuk mengisi acara seni di Sekatenan. Mereka berkeliling dari desa ke desa.
Di Surabaya, Lekra mendongkrak popularitas ludruk, yang berbasis di perkampungan. “Tidak ada ludruk yang tidak masuk Lekra,” kata Greg. Kelompok yang sudah ada sebelum Lekra, seperti Ludruk Marhaen, Cinta Massa, Tresno Enggal, Enggal Tresno, dan Ludruk Arum Dalu, juga memutuskan berhimpun di Lekra.
(Baca selengkapnya di Edisi Khusus Lekra di Majalah Tempo terbit 30 September 2013)
TIM TEMPO
Topik Terhangat
Mobil Murah | Senjata Penembak Polisi | Kontroversi Ruhut Sitompul | Guyuran Harta Labora | Info Haji
Berita terkait
Sejumlah Larangan Rezim Orde Lama dan Orde Baru untuk Anak Muda: Musik Ngak Ngik Ngok, Celana Ketat, Rambut Gondrong
2 Oktober 2023
Pada era orde lama dan orde baru tetapkan beberapa larangan untuk anak muda seperti musik ngak ngik ngok, rambut gondrong, dan celana ketat.
Baca SelengkapnyaPerjalanan Koes Plus, Saat Bernama Koes Bersaudara Dijebloskan Rezim Orde Lama ke Penjara Glodok
29 September 2023
Sebelum terkenal dengan nama Koes Plus, band legendaris ini bernama Koes Bersaudara. Begini alasan terjadi perubahan nama grup band legendaris ini.
Baca SelengkapnyaKoes Bersaudara Dibebaskan dari Penjara Glodok Sehari Sebelum G30S 1965 Tanpa Alasan
29 September 2023
Satu hari sebelum peristiwa G30S, Koes Bersaudara lalu menjadi Koes Plus dibebaskan dari Penjara Glodok tanpa alasan. Apa sebab mereka dibui?
Baca SelengkapnyaTop 3 Metro Kemarin, Puisi Butet Kartaredjasa Dikaitkan dengan Lekra, Kondisi GBK usai Dipakai PDIP
1 Juli 2023
Puisi seniman Butet Kartaredjasa dan kondisi GBK usai dipakai PDIP masih menjadi topik yang banyak dicari pembaca
Baca SelengkapnyaKenang Pramoedya Ananta Toer dan Karya-karyanya, Tak Cuma Bumi Manusia
6 Februari 2023
Pramoedya Ananta Toer salah seorang sastrawan legendaris Indonesia, ia menghasilkan lebih dari 50 karya dan diterjemahkan dalam 41 bahasa.
Baca SelengkapnyaJokowi Serahkan DIPA dan TKDD 2023 ke 53 Kementerian dan Lembaga
1 Desember 2022
Jokowi telah menyerahkan DIPA dan Daftar Alokasi Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) Tahun 2023 kepada 53 kementerian dan lembaga.
Baca SelengkapnyaMengenal Utuy Tatang Sontani, Generasi Sastrawan yang Tak Bisa Pulang Setelah G30S
17 September 2022
Sastrawan Utuy Tatang Sontani tak bisa pulang setelah G30S. Ia dari Peking kemudian tinggal di Moskow, Rusia hingga wafatnya.
Baca SelengkapnyaHari Ini di Tahun 2000, Pramoedya Ananta Toer Menerima Penghargaan Fukuoka
26 Juni 2022
Pramoedya Ananta Toer menerima penghargaan utama Fukuoka yang diberikan ke tokoh-tokoh Asia yang berkontribusi bidang akademis, seni, dan budaya.
Baca SelengkapnyaSebab Lagu Genjer-Genjer Identik dengan PKI dan Dilarang Orde Baru
29 September 2021
Lagu Genjer-Genjer sudah jarang dinyanyikan karena dianggap memiliki kaitan dengan PKI.
Baca SelengkapnyaOrganisasi-Organisasi yang Dianggap Berafiliasi Dengan PKI
29 September 2021
Setelah peristiwa G30S, anggota organisasi yang dianggap terkait dengan PKI diburu dan ditangkap
Baca Selengkapnya