Cara Djoko Pekik Melawan Trauma 1965  

Reporter

Senin, 30 September 2013 08:50 WIB

Mari Elka Pangestu ditemani Gitaris Dewa Budjana saat mengunjungi Pameran Gitar Lukis dan Peluncuran buku Dawai Dawai Dewa Budjana di Museum Nasional, Jakarta (30/8). Maestro seni Srihadi Soedarsono, Djoko Pekik, dan sejumlah fotografer profesional seperti Darwis Triadi, Jay Subyakto, dan Ray Bakhtiar ikut serta dalam gelaran ini. TEMPO/Nurdiansah

Pekik juga punya cara lain mengatasi trauma. Ia mengecat rumahnya dengan warna hijau mirip warna seragam tentara. Menurut dia, di tengah situasi tertekan di dalam penjara masih ada kebaikan kecil yang dilakukan oleh tentara. Bahkan, Pekik belakangan bersahabat akrab dengan tentara dan polisi yang mengawasinya di dalam tahanan militer.

Pekik menjadi tahanan politik di Benteng Vredeburg Yogyakarta pada 8 November 1965-1972. Selama dalam tahanan, Pekik ada dalam pengawasan Komandan Corps Polisi Militer atau CPM, Moes Soebagyo. Dia juga komandan daerah perang DIY. Ia meninggal tiga tahun yang lalu di Yogyakarta. Moes Soebagyo adalah warga Yogyakarta. Waktu itu markas CPM berada di dekat Kali Code, sekarang di barat Hotel Santika. (Baca: Komnas HAM Minta Kejaksaan Serius Usut Kasus 1965)

Moes Soebagyo waktu itu menyuruh Pekik membuat patung memanah pada Desember 1966. Ketika membuat patung, Pekik sering ditunggui Moes Soebagyo. Dalam suasana yang santai sambil menyedot rokok dan berbincang ngalor-ngidul, Moes Soebagyo cerita suatu saat ia dipanggil oleh Bung Karno di Akademi Militer Nasional di Magelang. Peristiwa ini terjadi tahun 1966. Sukarno menitip pesan kepada Moes Soebagyo agar seniman Istana tidak dibunuh. Kalau pun tetap dipenjara, Sukarno berpesan agar para tahanan tetap ditahan di Yogyakarta. “Sukarno bilang menciptakan seniman lebih sulit ketimbang mencetak insinyur,” kata Pekik menirukan Moes Soebagyo. (Baca juga: http://edsus.tempo.co/Gerakan30september/1)

SHINTA MAHARANI

Berita Lainnya:
Menelusuri Jagal di Tanah Air
Pengakuan Anwar Congo, Algojo di Masa PKI 1965
Kesaksian Para Algojo 1965
Untuk Tumpas PKI, Tentara Pinjam Tangan Rakyat
Film Pengkhianatan G 30 S/PKI di Mata Para Sineas

Berita terkait

Sukarno Pernah Melarang Manifesto Kebudayaan 60 Tahun Lalu, Apa itu Manikebu dan Lekra?

12 hari lalu

Sukarno Pernah Melarang Manifesto Kebudayaan 60 Tahun Lalu, Apa itu Manikebu dan Lekra?

Presiden Sukarno pernah melarang Manifesto Kebudayaan pada 60 tahun lalu. Apa itu Manikebu dan Lekra yang mengemuka saat itu?

Baca Selengkapnya

Sejumlah Larangan Rezim Orde Lama dan Orde Baru untuk Anak Muda: Musik Ngak Ngik Ngok, Celana Ketat, Rambut Gondrong

2 Oktober 2023

Sejumlah Larangan Rezim Orde Lama dan Orde Baru untuk Anak Muda: Musik Ngak Ngik Ngok, Celana Ketat, Rambut Gondrong

Pada era orde lama dan orde baru tetapkan beberapa larangan untuk anak muda seperti musik ngak ngik ngok, rambut gondrong, dan celana ketat.

Baca Selengkapnya

Perjalanan Koes Plus, Saat Bernama Koes Bersaudara Dijebloskan Rezim Orde Lama ke Penjara Glodok

29 September 2023

Perjalanan Koes Plus, Saat Bernama Koes Bersaudara Dijebloskan Rezim Orde Lama ke Penjara Glodok

Sebelum terkenal dengan nama Koes Plus, band legendaris ini bernama Koes Bersaudara. Begini alasan terjadi perubahan nama grup band legendaris ini.

Baca Selengkapnya

Koes Bersaudara Dibebaskan dari Penjara Glodok Sehari Sebelum G30S 1965 Tanpa Alasan

29 September 2023

Koes Bersaudara Dibebaskan dari Penjara Glodok Sehari Sebelum G30S 1965 Tanpa Alasan

Satu hari sebelum peristiwa G30S, Koes Bersaudara lalu menjadi Koes Plus dibebaskan dari Penjara Glodok tanpa alasan. Apa sebab mereka dibui?

Baca Selengkapnya

Top 3 Metro Kemarin, Puisi Butet Kartaredjasa Dikaitkan dengan Lekra, Kondisi GBK usai Dipakai PDIP

1 Juli 2023

Top 3 Metro Kemarin, Puisi Butet Kartaredjasa Dikaitkan dengan Lekra, Kondisi GBK usai Dipakai PDIP

Puisi seniman Butet Kartaredjasa dan kondisi GBK usai dipakai PDIP masih menjadi topik yang banyak dicari pembaca

Baca Selengkapnya

Kenang Pramoedya Ananta Toer dan Karya-karyanya, Tak Cuma Bumi Manusia

6 Februari 2023

Kenang Pramoedya Ananta Toer dan Karya-karyanya, Tak Cuma Bumi Manusia

Pramoedya Ananta Toer salah seorang sastrawan legendaris Indonesia, ia menghasilkan lebih dari 50 karya dan diterjemahkan dalam 41 bahasa.

Baca Selengkapnya

Jokowi Serahkan DIPA dan TKDD 2023 ke 53 Kementerian dan Lembaga

1 Desember 2022

Jokowi Serahkan DIPA dan TKDD 2023 ke 53 Kementerian dan Lembaga

Jokowi telah menyerahkan DIPA dan Daftar Alokasi Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) Tahun 2023 kepada 53 kementerian dan lembaga.

Baca Selengkapnya

Mengenal Utuy Tatang Sontani, Generasi Sastrawan yang Tak Bisa Pulang Setelah G30S

17 September 2022

Mengenal Utuy Tatang Sontani, Generasi Sastrawan yang Tak Bisa Pulang Setelah G30S

Sastrawan Utuy Tatang Sontani tak bisa pulang setelah G30S. Ia dari Peking kemudian tinggal di Moskow, Rusia hingga wafatnya.

Baca Selengkapnya

Hari Ini di Tahun 2000, Pramoedya Ananta Toer Menerima Penghargaan Fukuoka

26 Juni 2022

Hari Ini di Tahun 2000, Pramoedya Ananta Toer Menerima Penghargaan Fukuoka

Pramoedya Ananta Toer menerima penghargaan utama Fukuoka yang diberikan ke tokoh-tokoh Asia yang berkontribusi bidang akademis, seni, dan budaya.

Baca Selengkapnya

Sebab Lagu Genjer-Genjer Identik dengan PKI dan Dilarang Orde Baru

29 September 2021

Sebab Lagu Genjer-Genjer Identik dengan PKI dan Dilarang Orde Baru

Lagu Genjer-Genjer sudah jarang dinyanyikan karena dianggap memiliki kaitan dengan PKI.

Baca Selengkapnya