TEMPO.CO, Bandung - Untuk kesekian kalinya Warga Cianjur Selatan meminta pemerintah pusat menghentikan pertambangan pasir besi di kawasan Cianjur Selatan. Namun hingga kini, pertambangan pasir besi oleh perusahaan swasta masih beroperasi di sana.
"Bagi kami penghentian pertambangan ini adalah harga mati," kata Hendra, perwakilan dari masyarakat kecamatan Agrabinta Cianjur Selatan saat Selatan mengadukan persoalan pertambangan pasir besi ke kantor Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Suda (DPKLTS) di kota Bandung, Senin, 23 September 2013.
Sebanyak 25 orang perwakilan masyarakat Cianjur Selatan diterima oleh Solihin Gautama Purwanegara, Dewan Pakar Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda (DPKLTS) dan beberapa aktivis lembaga itu.
Menurut Hendra, kedatangannya ke DPKLTS adalah untuk meminta dukungan kepada pemerhati lingkungan di Jawa Barat untuk bisa menghentikan aktivitas penambangan pasir besi oleh sejumlah perusahaan di kawasan Cianjur Selatan.
Penambangan pasir besi yang dimulai pada 2008 itu, kata Hendra, telah merugikan tatanan kehidupan masyarakat Cianjur Selatan. Mulai dari dampak lingkungan seperti jalan rusak, jalan berdebu, dan air tanah berkurang. Dampak sosialnya, terjadi konflik sosial antara masyarakat setempat yang pro dan kontra dengan kehadiran perusahaan penambangan pasir itu. "Kami minta pemerintah pusat untuk turut memperhatikan kasus ini, " ujarnya.
Menanggapi hal itu Solihin Gautama Purwanegara, persoalan tersebut terjadi akibat pemerintah yang terlalu mudah memberikan izin kepada pengusaha untuk mengeruk sumber daya alam. "Saya mengajak masyarakat setempat untuk terus berjuang agar pertambangan tersebut dihentikan," katanya.
Sementara itu, Sobirin Koordinator, Dewan Pakar DPKLTS mengatakan pemerintah pusat harus segera ambil tindakan atas kasus pertambangan pasir besi di kawasan Cianjur Selatan. Pesisir pantai selatan tersebut harus bersih dari eksploitasi karena kawasan tersebut merupakan kawasan lindung. "Pantai selatan merupakan tameng untuk melindungi masyarakat dari ancaman gelombang tsunami," katanya.
Karena itu, DPLKTS, kata Sobirin, bersama warga akan menyusun surat tuntutan kepada Presiden RI dan tembusan ke Kementerian terkait penyelesaian kasus pertambangan pasir besi dan kerusakan lingkungan di Cianjur Selatan.
IQBAL TAWAKAL | ENI S
Berita terkait
Bahlil Beri Sinyal Ormas Bisa Kelola Izin Tambang, Aspebindo: Modal untuk Mandiri
5 jam lalu
Aspebindo mendukung rencana pemerintah membagikan izin usaha pertambangan (IUP) kepada ormas keagamaan. Apa alasannya?
Baca SelengkapnyaRektor UPN Veteran Yogyakarta: Jumlah Pendaftar Prodi Teknik Pertambangan Naik 3 Kali Lipat
1 hari lalu
Rektor UPN Veteran Yogyakarta Irhas Effendi menyebut ada fenomena cukup menarik dari para peserta UTBK SNBT 2024 di kampusnya.
Baca SelengkapnyaLPDP Buka Beasiswa Prioritas ke NEU, CSU dan UST untuk Bidang Pertambangan
5 hari lalu
Tujuan beasiswa LPDP ini untuk mencetak tenaga kerja untuk memenuhi program hilirisasi industri berbasis tambang mineral di Indonesia.
Baca SelengkapnyaHari Bumi dan Hari Kartini, Petani Kendeng Ungkit Kerusakan Karst yang Memicu Banjir
7 hari lalu
Kelompak masyarakat peduli Pegunungan Kendeng memgangkat isu kerusakan lingkungan pada Hari Bumi dan Hari Kartini/
Baca Selengkapnya10 Perusahaan Timah Terbesar di Dunia, Ada PT Timah
9 hari lalu
Berikut ini deretan perusahaan timah terbesar di dunia berdasarkan jumlah produksinya pada 2023, didominasi oleh pabrik Cina.
Baca SelengkapnyaJATAM Laporkan Menteri Investasi Bahlil ke KPK, Ini Sebabnya
25 hari lalu
Jaringan Advokasi Tambang melaporkan Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia, apa penyebabnya?
Baca SelengkapnyaKorupsi Timah: Aturan Rujukan Penghitungan Kerugian Negara Rp 271 Triliun
26 hari lalu
Kasus dugaan korupsi di PT Timah, yang melibatkan 16 tersangka, diduga merugikan negara sampai Rp271 triliun. Terbesar akibat kerusakan lingkungan.
Baca SelengkapnyaRamai soal Korupsi Timah Rp 271 Triliun, Begini Fluktuasi Saham TINS dan Analisisnya
26 hari lalu
Pergerakan saham PT Timah Tbk. atau TINS terpantau berfluktuatif usai terkuaknya kasus korupsi tata niaga timah di wilayah IUP. Begini analisisnya.
Baca SelengkapnyaKasus Harvey Moeis Korupsi Timah, Peran Lobi-Lobi hingga Membeli Barang Mewah Miliaran
27 hari lalu
Pada Kamis, 4 April 2024, istri Harvey Moeis, selebriti Sandra Dewi mendatangi Kejaksaan Agung untuk menjalani pemeriksaan sebagai saksi
Baca SelengkapnyaIstana Buka Suara soal Luhut Disebut Tak Setuju Revisi PP Minerba Usul Bahlil
28 hari lalu
Menteri Sekretaris Negara Pratikno tak menampik soal posisi Luhut yang tidak setuju.
Baca Selengkapnya