Tambang Pasir Besi Cianjur Diminta Dihentikan

Reporter

Editor

Eni Saeni

Senin, 23 September 2013 19:07 WIB

Sejumlah personel kepolisian masih berjaga-jaga di lokasi penambangan pasir besi di Cidaun Kabupaten Cianjur, Jawa Barat (26/6). (TEMPO/DEDEN ABDUL AZIZ)

TEMPO.CO, Bandung - Untuk kesekian kalinya Warga Cianjur Selatan meminta pemerintah pusat menghentikan pertambangan pasir besi di kawasan Cianjur Selatan. Namun hingga kini, pertambangan pasir besi oleh perusahaan swasta masih beroperasi di sana.

"Bagi kami penghentian pertambangan ini adalah harga mati," kata Hendra, perwakilan dari masyarakat kecamatan Agrabinta Cianjur Selatan saat Selatan mengadukan persoalan pertambangan pasir besi ke kantor Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Suda (DPKLTS) di kota Bandung, Senin, 23 September 2013.

Sebanyak 25 orang perwakilan masyarakat Cianjur Selatan diterima oleh Solihin Gautama Purwanegara, Dewan Pakar Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda (DPKLTS) dan beberapa aktivis lembaga itu.

Menurut Hendra, kedatangannya ke DPKLTS adalah untuk meminta dukungan kepada pemerhati lingkungan di Jawa Barat untuk bisa menghentikan aktivitas penambangan pasir besi oleh sejumlah perusahaan di kawasan Cianjur Selatan.

Penambangan pasir besi yang dimulai pada 2008 itu, kata Hendra, telah merugikan tatanan kehidupan masyarakat Cianjur Selatan. Mulai dari dampak lingkungan seperti jalan rusak, jalan berdebu, dan air tanah berkurang. Dampak sosialnya, terjadi konflik sosial antara masyarakat setempat yang pro dan kontra dengan kehadiran perusahaan penambangan pasir itu. "Kami minta pemerintah pusat untuk turut memperhatikan kasus ini, " ujarnya.

Menanggapi hal itu Solihin Gautama Purwanegara, persoalan tersebut terjadi akibat pemerintah yang terlalu mudah memberikan izin kepada pengusaha untuk mengeruk sumber daya alam. "Saya mengajak masyarakat setempat untuk terus berjuang agar pertambangan tersebut dihentikan," katanya.

Sementara itu, Sobirin Koordinator, Dewan Pakar DPKLTS mengatakan pemerintah pusat harus segera ambil tindakan atas kasus pertambangan pasir besi di kawasan Cianjur Selatan. Pesisir pantai selatan tersebut harus bersih dari eksploitasi karena kawasan tersebut merupakan kawasan lindung. "Pantai selatan merupakan tameng untuk melindungi masyarakat dari ancaman gelombang tsunami," katanya.

Karena itu, DPLKTS, kata Sobirin, bersama warga akan menyusun surat tuntutan kepada Presiden RI dan tembusan ke Kementerian terkait penyelesaian kasus pertambangan pasir besi dan kerusakan lingkungan di Cianjur Selatan.

IQBAL TAWAKAL | ENI S

Berita terkait

Bahlil Beri Sinyal Ormas Bisa Kelola Izin Tambang, Aspebindo: Modal untuk Mandiri

5 jam lalu

Bahlil Beri Sinyal Ormas Bisa Kelola Izin Tambang, Aspebindo: Modal untuk Mandiri

Aspebindo mendukung rencana pemerintah membagikan izin usaha pertambangan (IUP) kepada ormas keagamaan. Apa alasannya?

Baca Selengkapnya

Rektor UPN Veteran Yogyakarta: Jumlah Pendaftar Prodi Teknik Pertambangan Naik 3 Kali Lipat

1 hari lalu

Rektor UPN Veteran Yogyakarta: Jumlah Pendaftar Prodi Teknik Pertambangan Naik 3 Kali Lipat

Rektor UPN Veteran Yogyakarta Irhas Effendi menyebut ada fenomena cukup menarik dari para peserta UTBK SNBT 2024 di kampusnya.

Baca Selengkapnya

LPDP Buka Beasiswa Prioritas ke NEU, CSU dan UST untuk Bidang Pertambangan

5 hari lalu

LPDP Buka Beasiswa Prioritas ke NEU, CSU dan UST untuk Bidang Pertambangan

Tujuan beasiswa LPDP ini untuk mencetak tenaga kerja untuk memenuhi program hilirisasi industri berbasis tambang mineral di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Hari Bumi dan Hari Kartini, Petani Kendeng Ungkit Kerusakan Karst yang Memicu Banjir

7 hari lalu

Hari Bumi dan Hari Kartini, Petani Kendeng Ungkit Kerusakan Karst yang Memicu Banjir

Kelompak masyarakat peduli Pegunungan Kendeng memgangkat isu kerusakan lingkungan pada Hari Bumi dan Hari Kartini/

Baca Selengkapnya

10 Perusahaan Timah Terbesar di Dunia, Ada PT Timah

9 hari lalu

10 Perusahaan Timah Terbesar di Dunia, Ada PT Timah

Berikut ini deretan perusahaan timah terbesar di dunia berdasarkan jumlah produksinya pada 2023, didominasi oleh pabrik Cina.

Baca Selengkapnya

JATAM Laporkan Menteri Investasi Bahlil ke KPK, Ini Sebabnya

25 hari lalu

JATAM Laporkan Menteri Investasi Bahlil ke KPK, Ini Sebabnya

Jaringan Advokasi Tambang melaporkan Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia, apa penyebabnya?

Baca Selengkapnya

Korupsi Timah: Aturan Rujukan Penghitungan Kerugian Negara Rp 271 Triliun

26 hari lalu

Korupsi Timah: Aturan Rujukan Penghitungan Kerugian Negara Rp 271 Triliun

Kasus dugaan korupsi di PT Timah, yang melibatkan 16 tersangka, diduga merugikan negara sampai Rp271 triliun. Terbesar akibat kerusakan lingkungan.

Baca Selengkapnya

Ramai soal Korupsi Timah Rp 271 Triliun, Begini Fluktuasi Saham TINS dan Analisisnya

26 hari lalu

Ramai soal Korupsi Timah Rp 271 Triliun, Begini Fluktuasi Saham TINS dan Analisisnya

Pergerakan saham PT Timah Tbk. atau TINS terpantau berfluktuatif usai terkuaknya kasus korupsi tata niaga timah di wilayah IUP. Begini analisisnya.

Baca Selengkapnya

Kasus Harvey Moeis Korupsi Timah, Peran Lobi-Lobi hingga Membeli Barang Mewah Miliaran

27 hari lalu

Kasus Harvey Moeis Korupsi Timah, Peran Lobi-Lobi hingga Membeli Barang Mewah Miliaran

Pada Kamis, 4 April 2024, istri Harvey Moeis, selebriti Sandra Dewi mendatangi Kejaksaan Agung untuk menjalani pemeriksaan sebagai saksi

Baca Selengkapnya

Istana Buka Suara soal Luhut Disebut Tak Setuju Revisi PP Minerba Usul Bahlil

28 hari lalu

Istana Buka Suara soal Luhut Disebut Tak Setuju Revisi PP Minerba Usul Bahlil

Menteri Sekretaris Negara Pratikno tak menampik soal posisi Luhut yang tidak setuju.

Baca Selengkapnya