Putri kedua Alm.Bripka Sukardi menangisi kepergian ayahnya di Gedung Sanggita, Asrama Polri, Cipinang baru, Jakarta (11/09). Alm.Bripka Sukardi yang meninggal ditembak di depan Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Tempo/Dian Triyuli Handoko
TEMPO.CO, Jakarta - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme menduga serangkaian aksi penembakan polisi dua bulan terakhir ini didalangi oleh kelompok Abu Omar. Modus operandi teror dengan sepeda motor dan proyektil peluru yang sama jadi alasan polisi melontarkan tuduhan tersebut. Ini ditegaskan Kepala BNPT Ansyaad Mbai dalam wawancara khusus dengan majalah Tempo, akhir Agustus 2013 lalu.
Beberapa sumber Tempo yang dekat dengan sisa-sisa kelompok Abu Omar juga membenarkan sekarang ada pola baru teror dengan jihad fardliyah (jihad individu).
Jika para pendahulu mereka beraksi dengan kepemimpinan terpusat, kini generasi baru teroris menggunakan prinsip jihad inisiatif sendiri. Mereka beraksi secara individu atau dalam kelompok kecil tanpa menunggu komando.
Cara ini dianggap paling efektif karena dengan demikian aparat keamanan kesulitan mendeteksi mereka karena jumlahnya lebih banyak dan antar-sel tak saling kenal.
Menurut pengamat teroris, Solahuddin, polisi dijadikan sasaran mereka karena dianggap sebagai ansharut thoghut alias pasukannya musuh Islam. Lalu ada penyebab lain, mereka ingin membalaskan dendam para teroris yang mati di tangan polisi.
Sampai kini, sejak 2010, jumlah teroris yang tewas tercatat 67 orang. Adapun polisi yang tewas mencapai 29 orang. “Mereka tak akan berhenti melanjutkan dendam hingga jumlah tewas sama banyaknya,” ucap Solahuddin.