Harrison Ford di Taman Nasional Tesso Nilo. WWF/Des Syafrizal
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Selasa, 10 September 2013 menerima kunjungan aktor Hollywood Harrison Ford untuk sebuah wawancara pembuatan film serial dokumenter perubahan iklim, Years of Living Dangerously. Dalam wawancara itu, bintang film kondang itu menyampaikan keprihatinan melihat kondisi hutan Indonesia yang terus memburuk.
“Pembicaraannya mengenai kebijakan pemerintah menyelamatkan lingkungan,” kata juru bicara Presiden, Julian Aldrin Pasha, usai wawancara itu kemarin. Akhir pekan lalu, Harrison –yang juga duta untuk United Nations Framework for Climate Change--memang melihat sendiri kondisi Taman Nasional Tesso Nilo bersama Kepala Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan Kuntoro Mangkusubroto. Di sana, dia sempat masuk ke sebuah kampung perambah di tengah taman nasional.
Tempo sempat mengikuti proses syuting Harrison Ford dan Kuntoro di kampung itu. Dalam wawancara dengan Kuntoro, Harrison beberapa kali mencecar dengan sederet pertanyaan soal langkah dan strategi pemerintah untuk menjaga kawasan hutan yang seharusnya dilindungi.
Karena terikat kontrak pembuatan film, Harrison menolak diwawancarai media. Namun, usai menemani Harrison, kepada Tempo, Kuntoro mengakui pemerintah Indonesia tidak mampu mengelola Tesso Nilo, yang merupakan salah satu pilot project program Reducing Emission from Deforestation and Forest Defradation (REDD+). “Ini hal yang menyedihkan,” kata Kuntoro.
Keluhan serupa disampaikan Harrison kepada Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan. Zulkifli mengaku terus didesak untuk menangkap perambah hutan Tesso Nillo dalam wawancara selama tiga jam. “Kenapa mereka tidak ditangkap?” kata Zulkifli menirukan pertanyaan Harrison.
FRANSISCO ROSARIANS | ERWAN HERMAWAN | WAHYU DHYATMIKA | ANTON A
