Petugas kepolisian menyisir lokasi penembakan dua anggota polisi di Pondok Aren, Aipda Kus Hendratma dan Bripda Ahmad Maulana tewas ditembak oleh orang tidak dikenal. TEMPO/Marifka Wahyu Hidayat
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Ansyaad Mbai menegaskan bahwa lembaga antiteror yang dipimpinnya sedang bekerja keras membongkar jaringan penembak polisi yang marak menebar teror dua bulan terakhir. Meski begitu, dia mengakui BNPT menemui kesulitan karena pola terorisme sudah berubah.
"Kelompok kecil ini justru menyulitkan. Jaringan sel terputus satu sama lain. Mereka otonom menentukan target dan eksekusi," kata Ansyaad, dalam wawancara khusus dengan majalah Tempo, akhir Agustus 2013 lalu.
"Bagi kami, lebih mudah mengungkap jaringan besar pengebom. Buktinya, hampir semua teror bom terungkap. Sebaliknya, banyak kasus penembakan yang masih gelap," katanya dengan nada suram.
Sejauh ini, kata Ansyaad, polisi masih terus melakukan penangkapan. Meski terkesan sporadis, Ansyaad menjamin ada kaitan yang jelas dari setiap penangkapan tersebut. "Yang jelas, kami menangkap ada dasarnya," katanya.
Ansyaad menegaskan bahwa kunci kerja polisi adalah surveillance. "Intelijen kami bergerak, memantau segala jenis komunikasi. Dari jutaan komunikasi, kami deteksi yang mencurigakan. Lalu kami kembangkan sampai detail. Secara intelijen, kami yakin mereka terlibat jaringan teroris," katanya.
Sekretaris Utama Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Republik Indonesia (BNPT RI) Bangbang Surono, A.k, M.M, CA., optimis BNPT mampu berperan dan berdampak dalam mendukung tercapainya visi Indonesia Emas 2045.
Peran Perempuan dalam Terorisme Harus Dilihat Secara Holistik
26 Februari 2024
Peran Perempuan dalam Terorisme Harus Dilihat Secara Holistik
Executive Board Asian Moslem Network (AMAN) Indonesia, Yunianti Chuzaifah, menyoroti kaitan kaum perempuan Indonesia dengan terorisme tak hanya terjadi di ruang publik, melainkan juga di ruang domestik.