Buku Reformasi dan Jatuhnya Soeharto di toko buku di kawasan Tangerang, Banten, (20/5). Buku ini banyak diburu masyarakat karena mereka ingin mengetahui proses jatuhnya Presiden Soeharto pada 15 tahun lalu tepatnya 21 Mei 1998 sebagai awal Gerakan Reformasi.TEMPO/Marifka Wahyu Hidayat
TEMPO.CO, Jakarta - Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia Mudzakki mengatakan agar rencana penggunaan nama mantan Presiden Soeharto sebagai pengganti Jalan Medan Merdeka tak dipolitisir. Menurut dia, penggunaan nama pahlawan untuk sebuah jalan adalah bentuk penghormatan atas jasa yang diberikan kepada negara.
Mudzakki mengatakan pada dasarnya semua orang memiliki kelebihan dan kekurangan. Dia menyarankan publik lebih objektif dalam menyikapi rencana tersebut. "Pak Harto dengan jasa besarnya saya rasa pantas untuk diabadikan sebagai nama jalan," kata Mudzakki.
Dia menyebutkan beberapa jasa Soeharto yang seharusnya tak dilupakan oleh masyarakat Indonesia seperti kebijakan swasembada pangan, pembangunan, serta transmigrasi. (Baca: Sejarawan: Pahlawan Tak Harus Jadi Nama Jalan)
Citra jelek Soeharto yang selama ini berkembang di masyarakat, kata Mudzakki, bersifat relatif. Kalau ditanyakan kepada warga hidup pada zaman Soeharto, menurut dia, akan banyak yang menanggapinya positif. Sebaliknya jika pertanyaan itu diberikan kepada mahasiswa yang hidup di era 1990-an tentu hanya akan melihat Soeharto dari segi negatifnya saja.
Selain menilai layak diabadikan sebagai nama jalan, pria yang pernah menjadi anggota tim perumus Rancangan Undang-Undang KUHP itu juga mengatakan Soeharto juga pantas mendapatkan gelar pahlawan nasional atas jasa-jasanya. "Tapi penilaiannya juga harus objektif, jangan hanya dilihat dari masa terakhirnya saja."
Delegasi Panitia 17 menargetkan tanggal 10 November untuk mengganti Jalan Merdeka Utara menjadi Jalan Bung Karno, Jalan Merdeka Selatan menjadi Jalan Bung Hatta, serta Jalan Merdeka Timur diganti Jalan Ali Sadikin, serta Jalan Merdeka Barat menjadi Jalan Soeharto. Ketua tim panitia 17, Jimly Asshiddiqie, mengatakan rencana perubahan jalan itu sudah dirundingkan dengan Gubernur Jakarta Joko Widodo. Selengkapnya soal kontraversi penamaan jalan Soeharto klik di sini.
Profil dan Kontroversi Tien Soeharto: Kisah Perjalanan Seorang Ibu Negara
5 hari lalu
Profil dan Kontroversi Tien Soeharto: Kisah Perjalanan Seorang Ibu Negara
Tien Soeharto memiliki profil yang kompleks, seorang ibu negara yang peduli hingga terlibat dalam berbagai kontroversi yang mengiringi masa pemerintahan suaminya.