TEMPO.CO, Bima - Suasana dua Kecamatan, yakni Kecamatan Belo dan Kecamatan Woha, di Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat, hingga Rabu, 28 Agustus 2013, pukul 17.00 Wita masih mencekam. Ratusan warga berjaga-jaga di sejumlah sudut jalan. Massa yang sebagian memegang senjata tajam juga merusak dua buah mobil pemadam di lokasi bentrokan.
Situasi mencekam ini merupakan buntut bentrokan antarwarga Desa Cenggu dan Desa Nisa di dua kecamatan tersebut. Massa memblokir jalan masuk menuju kedua lokasi dengan memalangkan balok kayu dan meletakkan batu-batu di jalan. Mereka bersiaga dengan tombak dan panah.
Tak ada satu pun yang bisa lewat, termasuk polisi. Sejumlah wartawan yang terjebak dan hendak mengambil gambar diancam warga dengan golok. Wartawan Tempo yang bermaksud keluar dari lokasi bentrokan terpaksa harus menyusuri sungai dengan todongan senjata rakitan. "Jangan coba coba foto kami, kalau tidak saya tembak kepalamu," kata seorang pemuda bercadar dengan celana pendek sambil menodongakan senjata api rakitan ke arah wartawan Tempo. Polisi dan TNI seperti tak mampu menangani warga yang beringas.
Kepala Desa Cenggu, Hidayah Mahmud, menyesalkan pihak aparat kepolisian yang terkesan membiarkan massa memasuki Desa Cenggu dengan menenteng parang, senjata api rakitan, samurai, dan panah. Mereka juga membakar rumah. "Kami diserang, massa dengan leluasa membawa senjata api rakitan, parang, samurai, dan panah lalu membakar rumah warga," katanya.
Kepala Polres Kabupaten Bima, Ajun Komisari Besar I.G.P.G. Ekawana, mengatakan akan melakukan pendekatan persuasif. "Kami akan melakukan pendekatan persuasif, sehingga barikade jalan bisa dibuka kembali," kata dia. Ekawana meminta agar warga tidak terpancing dengan provokasi-provokasi yang dilakukan untuk memanaskan situasi.