Kisah Ibu Ini 'Olohok' saat Disatroni Densus 88
Editor
Nur Haryanto
Sabtu, 24 Agustus 2013 11:57 WIB
TEMPO.CO, Bandung - Sabtu dinihari 17 Agustus, Nova Junimaria, dibangunkan suara gedoran pintu di rumahnya di Banjaran, Kabupaten Bandung. Meski kaget dan takut-takut lantaran suaminya, Tisna, sedang tak di rumah, wanita 31 tahun ini, beranjak bangun dan melangkah ke ruang tamu lalu membuka pintu.
Ibu satu anak ini langsung mengkeret saat mendapati dua pria tak dikenal berdiri di hadapannya sambil mengaku,"Punten, kami dari kepolisian dan Densus 88." Seketika sisa kantuk Nova lenyap. Sambil gemetaran, ia pun mempersilakan kedua polisi tanpa seragam itu duduk di ruang tamunya yang sederhana. Jarum jam menunjuk angka 01.30 WIB
Nova kembali terkaget-kaget ketika salah satu tamu menanyakan apakah ia pernah punya atau pernah membeli motor skuter merek Yamaha Mio warna merah marun. "Saya bilang nggak pernah, memang nggak pernah punya motor," kata dia saat ditemui di rumahnya di Banjaran, Jumat 23 Agustus 2013.
Penasaran, ia pun meminta para tamu menjelaskan alasan menanyakan barang yang tak pernah dia punya. Namun setengah guyon, sang tamu malah menuduh Nova ketinggalan zaman karena tak menonton televisi.
Mereka lalu menjelaskan bahwa beberapa jam sebelum datang bertamu atau jelang tengah malam Kamis 16 Agustus, dua polisi di Tangerang Selatan, tewas ditembak dua pelaku penunggang Mio merah marun. "Terus dia bilang STNK motor pelaku yang menembak polisi itu atas nama dan alamat rumah saya di sini (Margahurip, Kecamatan Banjaran), persis,"tutur Nova.
Selanjutnya: "Waktu itu saya cuma bisa olohok ..."
<!--more-->
Saat itu pula wanita yang sehari-hari bekerja sebagai pembantu rumah tangga ini merasa wajahnya tak berdarah. "Waktu itu saya cuma bisa olohook (melongo) saja. Bingung. Nggak mengerti kenapa nama saya ada di STNK. Apalagi waktu itu saya di sini sendirian, karena suami sedang bekerja di Malaysia,"aku Nova.
Para tamu lalu meminta Nova mengingat-ingat kembali barangkali pernah meminjamkan KTP atau identitas lainnya kepada orang lain. Nova pun lalu menuturkan bahwa, tiga tahun lalu, di bulan Ramadhan 2010, tetangganya, Dikdik, pernah meminjam foto kopi Kartu Tanda Penduduk dan Kartu Keluarga miliknya. Alasan Dikdik, itu buat syarat menyicil motor ke perusahaan leasing.
"Karena sama tetangga, saya percaya saja. Waktu itu saya berikan fotokopi KTP sama KK lewat suami kepada Dikdik. Selebihnya Dikdik yang tahu,"aku dia. Nova pun mengaku belakangan dia memang mendapat duit terima kasih Rp 500 ribu. "Tapi saya nggak pernah sekalipun melihat motornya kayak bagaimana, nggak tahu. Saya nggak menyangka sedikitpun kalau bakal jadi begini,"sesal Nova.
Menambahkan, Tisna mengaku bahwa dialah yang menyerahkan salinan KTP dan Kartu Keluarga kepada Dikdik. "Waktu itu Dikdik malah sempat bilang kalau ada apa-apa biar dia yang akan menghadapi, kalau ada yang survey (dari perusahaan leasing). Tapi nggak pernah ada yang survey datang ke sini. Saya kira Dikdik nggak jadi,"kata dia.
Gara-gara kasus nama ini, Nova sempat dipanggil dan diperiksa di kantor polisi. "Hari Minggu-nya (18 Agustus) saya diminta datang ke kantor Polres Bandung di Soreang. Hari itu juga saya diperiksa. Setelah selesai diperiksa saya diperbolehkan pulang,"kata dia.
Selanjutnya: Sidik pun ikut diperiksa...
<!--more-->
Mohamad Sidik alias Dikdik tinggal di sebuah gang sekitar 100 meter dari rumah pasangan Tisna-Nova di Kampung Astaraja Desa Margahurip, Banjaran. Seperti Nova, Dikdik digeruduk polisi di rumahnya, pada Sabtu dinihari 17 Agustus lalu.
Pria 45 tahun ini mengakui dialah yang meminta fotokopi KTP dan Kartu Keluarga Nova, sekitar bulan puasa 2010. "Saya waktu itu niatnya cuma bantu teman saya, Heri, untuk dicarikan fotokopi KTP dan KK. Kebetulan Nova dan suaminya mau,"aku dia.
Heri sendiri, tutur Dikdik, mengaku tak bisa lagi menggunakan identitas miliknya untuk menyicil motor ke perusahaan leasing. Heri lalu meminta bantuan temannya yang lain, Angga, seorang staf perusahaan leasing. "Atas bantuan Angga itulah, permohonan menyicil motor Mio atas nama Nova dikabulkan perusahaan leasing-nya,"kata dia.
Dari perusahaan leasing Angga, motor pesanan Heri itu diterima Dikdik. "Saya terima masih 'gres' (baru), memang Yamaha Mio merah marun. Tapi waktu itu belum pakai plat nomor. Motor waktu itu saya terus serahkan lagi ke Heri. Saya cuma sampai situ, seterusnya urusan Heri. Saya nggak menyangka urusannya jadi begini,"aku petugas pengamanan kompleks perumahan di kawasan Bale Ndah, Bandung ini
Gara-gara motor ini, Dikdik mengaku sempat diperiksa intensif hingga menginap 2 hari 2 malam di markas Polres Bandung bersama Heri dan Angga. "Sekarang saya diwajibkan lapor ke Polres tiap hari Senin dan Kamis. Malah polisi minta supaya handphone saya diaktifkan terus supaya bisa mereka kontak setiap diperlukan,"aku Dikdik.
ERICK P. HARDI
Topik terhangat:
Suap SKK Migas | Penembakan Polisi | Pilkada Jatim | Rusuh Mesir