Sejumlah santri dari Badan Shilaturrahmi Ulama Pesantren Madura berteriak mengusir warga Syiah didepan GOR pengungsian usai Istighosah penolakan aliran Syiah di alun alun Wijaya Kusuma, Sampang, Madura, (20/6). TEMPO/Fully Syafi
TEMPO.CO,Surabaya - Majelis Ulama Indonesia Jawa Timur belum bersedia berkomentar terkait pertemuan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan warga Syiah, Selasa, 16 Juli 2013 kemarin. Ketua MUI Jawa Timur Abdusshomad Buchori mengatakan ia akan menunggu hasil rapat rekonsiliasi di Surabaya pada 21 Juli 2013 mendatang. "Nanti ada rapat di Surabaya. dari IAIN Profesor A'la yang jadi mediator," kata Abdusshomad kepada Tempo, Rabu 17 Juli 2013.
Konsep penyelesaian konflik Syiah, menurut Abdusshomad, sebenarnya sudah ada. Hanya saja pihaknya tetap menunggu hasil pertemuan 21 Juli nanti. "Saya kira nggak perlu dijawab. Sudah terlalu panjang, sebenarnya sudah ada penyelesaian. Jadi nunggu saja," kata dia.
Fasilitator rekonsiliasi konflik Syiah Profesor Dr Abdul A'la dari Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel membenarkan adanya rapat terbatas yang akan digelar 21 Juli 2013. Dirinya juga tidak ingin banyak berkomentar tentang pertemuan warga Syiah dan SBY. "Kami harus hati-hati supaya tidak ada ketersinggungan. bisa saling memahami satu sama lain," kata dia.
Dirinya tetap akan mengusahakan penyelesaian secepatnya dengan mengedepankan solusi yang holistik untuk jangka panjang. Sehingga, menurut A'la, pertemuan nanti akan mengundang tokoh-tokoh agama dari Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, MUI, Kementerian Agama, Ahlul Bait Indonesia dan para pengungsi. Pertemuan tersebut membahas apa yang sebenarnya diinginkan pengungsi termasuk juga pendidikan anak-anak Syiah.
A'la juga menambahkan tidak ada instruksi khusus dari Presiden soal penyelesaian Syiah. Presiden juga tidak memberikan batas waktu soal kepulangan pengungsi Syiah ke tempat tinggal mereka. "Presiden ingin konflik selesai secepatnya. Tapi tidak ada batas waktu," ujarnya.