Pengamat: Tidak Boleh Mengganti Pejabat Strategis di Masa Transisi

Reporter

Editor

Minggu, 10 Oktober 2004 15:28 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta:Pengamat politik Andi Mallarangeng menyatakan, dalam etika politik berlaku di masa transisi tidak boleh ada penggantian jabatan strategis. Hal ini dikatakannya pada wartawan seusai pertemuan tertutup Presiden terpilih Susilo Bambang Yudhoyono dengan Abdullah Gymnastiar di Hotel Hilton, Minggu (10/10).Etika atau unggah-ungguh politik yang ada mengatakan, mestinya penggantian pejabat penting negara tidak dilakukan dalam masa transisi, ujarnya menanggapi penunjukan KSAD Jenderal Ryamizard Ryacudu sebagai pengganti Panglima TNI Endriartono Sutarto oleh Presiden Megawati. Ia juga mengatakan, dalam tradisi politik negara modern ada lima hal yang tidak boleh dilakukan. Pertama, perubahan kebijakan strategis negara. Kedua, penjualan aset negara. Ketiga, pergantian jabatan strategis. Keempat, penghilangan dokumen negara. Kelima, penggunanaan keuangan negara secara berlebihan. Ia menjelaskan, yang sekarang diharapkan adalah komunikasi antara pemerintahan baru dan pemerintahan lama. Bukan persoalan pribadi bagi beliau (SBY), tapi ini persoalan negara dan bangsa. Jangan sampai saat transisi, ada gap, di mana pelayanan pemerintahan terputus, perlindungan pemerintahan dan perlindungan negara terputus, misalnya, ujarnya. Ia menegaskan, berbagai kegiatan untuk meningkatkan taraf hidup rakyat atau pencarian keadilan bisa terganggu hanya karena ada pergantian pemerintahan. Ia mencontohkan, di negara-negara maju bisa saja terjadi kebijakan strategis di penghujung jabatan berakhir. Misalnya kita diserang negara asing di masa transisi seperti ini, presiden yang ada tetap bisa jadi panglima tertinggi untuk menyatakan perang. Tapi sebelum melakukan itu, ia harus berkonsultasi dengan presiden terpilih, katanya. Ia menganjurkan jika memang ada yang harus dilakukan, segera dikomunikasikan. Sehingga pergantian berlangsung dengan halus, ujarnya. Di negara maju pula, menurut dia, tim transisi persiden baru yang dibentuk akan memiliki kantor sendiri (dibiayai negara). Sehingga mereka dapat berkomunikasi dengan pejabat negara, dapat mengakses dokumen negara, terutama tentang apa yang sudah, sedang dan akan dilakukan ke depan, tuturnya. Kalau bisa, transisi kekuasaan berjalan mulus, dan komunikasi adalah kuncinya, tegasnya seraya menambahkan bahwa sampai sekarang belum ada hal tersebut. Ia mengatakan, sebetulnya ada upaya-upaya ke arah situ, berupa komunikasi secara langsung dari SBY ke Mega. Tapi, dalam bentuk apa, dia menyatakan belum dapat mengatakannya sekarang. Selain itu, ia juga mengatakan ada komunikasi tidak langsung, yaitu melalui pihak Mega. Sekarang tinggal menunggu respon dari beliau (Megawati), katanya. RR. Ariyani - Tempo

Berita terkait

Masih Adakah Kemungkinan Putaran Kedua Pilpres 2024? Ini Ketentuannya

15 Februari 2024

Masih Adakah Kemungkinan Putaran Kedua Pilpres 2024? Ini Ketentuannya

Melihat hasil quick count Pemilu 2024, masih adakah kemungkinan putaran kedua Pilpres 2024? Berikut ini penjelasan lengkap terkait ketentuannya.

Baca Selengkapnya

Begini Syarat Pilpres Dua Putaran dan Skenario Tahapannya

14 Februari 2024

Begini Syarat Pilpres Dua Putaran dan Skenario Tahapannya

Salah satu opsi yang mungkin terjadi dalam Pemilu Pilpres 2024 adalah pelaksanaan pemungutan suara dua putaran. Ini syarat pilpres dua putaran.

Baca Selengkapnya

Erdogan Menang tapi Pemilu Turki Tetap Dua Putaran

15 Mei 2023

Erdogan Menang tapi Pemilu Turki Tetap Dua Putaran

Baik Erdogan maupun pesaingnya Kemal Kilicdaroglu tidak mampu menyapu ambang 50% yang dibutuhkan untuk menghindari putaran kedua Pemilu Turki.

Baca Selengkapnya

Presiden WNI Asli, Anggota DPR: Mungkin Cuma Pithecanthropus

7 Oktober 2016

Presiden WNI Asli, Anggota DPR: Mungkin Cuma Pithecanthropus

Menanggapi usulan PPP agar calon presiden dan wakil presiden WNI asli, anggota DPR: yang bisa menjadi Presiden RI hanya Pithecanthropus erectus.

Baca Selengkapnya

Blusukan Gaya Baru Jokowi: E-Blusukan  

8 Agustus 2014

Blusukan Gaya Baru Jokowi: E-Blusukan  

Ketika menjabat presiden, ia mengaku tak dapat melakukan blusukan ke 34 provinsi.

Baca Selengkapnya

Kasus Obor Rakyat, Polisi Minta Kesaksian Jokowi  

11 Juli 2014

Kasus Obor Rakyat, Polisi Minta Kesaksian Jokowi  

Kesaksian itu diperlukan agar tersangka bisa dijerat dengan pasal pencemaran nama baik.

Baca Selengkapnya

IPW Minta Polisi Hentikan Peredaran Obor Rakyat  

1 Juli 2014

IPW Minta Polisi Hentikan Peredaran Obor Rakyat  

Menurut Neta, peredaran tabloid Obor Rakyat yang masih terjadi di daerah-daerah sudah meresahkan masyarakat.

Baca Selengkapnya

NasDem Tak Akan Recoki Pemilihan Cawapres Jokowi

1 Mei 2014

NasDem Tak Akan Recoki Pemilihan Cawapres Jokowi

Para Cawapres telah dan akan bertemu dengan Surya Paloh.

Baca Selengkapnya

Citra Aburizal di Twitter Negatif, Prabowo Positif  

16 Januari 2013

Citra Aburizal di Twitter Negatif, Prabowo Positif  

"Aburizal memang banyak disebut di Twitter dan Facebook, tapi sentimen percakapannya cenderung negatif," kata Yose Rizal,

Baca Selengkapnya

Aburizal Bakrie Capres Paling 'Juara' di Twitter  

16 Januari 2013

Aburizal Bakrie Capres Paling 'Juara' di Twitter  

Di ranah sosial media, Ketua Umum Partai Golkar itu mengalahkan para calon presiden lainnya, seperti Prabowo Subianto atau Mahfud Md.

Baca Selengkapnya