TEMPO.CO, Surabaya - Kepala Polisi Resor Kota Besar Surabaya, Komisaris Besar Setija Junanta, membantah terjadinya kericuhan dalam penyelenggaran dialog lintas agama, Selasa malam, 11 Juni 2013. Menurutnya, polisi hanya membubarkan paksa karena rawan ricuh. "Tidak ada kericuhan, tidak ada insiden apapun," kata Setija kepada Tempo, Rabu 12 Juni 2013.
Setija mengatakan polisi tidak memberikan izin digelarnya acara dialog yang membahas teologi Islam-Kristen itu digelar di Surabaya. Semula, panitia penyelenggara meminta izin pada Selasa siang untuk menyelenggarakan dialog tentang textual criticism dengan membedah beragam varian teks yang ada di Alkitab dan Al Qur'an.
Kegiatan ini awalnya diadakan di Forum Restaurant Jalan Margorejo Indah, Surabaya pukul 18.30 WIB, Selasa, 11 Juni 2013. Namun, polisi meminta panitia membatalkan acara itu karena khawatir menimbulkan kemarahan warga yang menolak diskusi dialog tersebut.
Saat itu, menurut Setija, panitia yang bertanggung jawab setuju untuk mengikuti permintaan polisi. "Sudah kami imbau jangan melakukan itu (dialog), karena intel kami melihat situasinya tidak kondusif," kata Setija.
Ternyata, kata Setija, tanpa pemberitahuan pihak panitia nekat melangsungkan dialog tersebut. Mereka memindahkan tempat acara di Wisma Keuskupan Jalan WR Supratman, Surabaya pada jam yang sama. Polisi pun mengantisipasi lebih dulu dengan mengerahkan personel berpakaian preman. Imbauan untuk membubarkan acara tetap dilakukan. "Kami imbau untuk bubar karena sudah kami larang," katanya.
Bersamaan dengan itu, kata Setija, rombongan yang mengatasnamakan dirinya sebagai Forum Kerukunan Umat Beragama dan sejumlah organisasi massa mendatangi lokasi. Mereka hendak mengadukan penyelenggaran dialog lintas agama kepada Kepolisian Resor Kota Besar Surabaya. Pihak aparat pun menenangkan massa dan mengatakan bahwa acara itu hanyalah forum akademisi. Hingga akhirnya, massa batal membuat laporan pengaduan.
Grace, salah seorang panitia acara dialog, mengatakan sekitar 10 orang mendatangi acara dialog yang menghadirkan Ulil Abshar Abdalla, Abdul Moqshith Ghazali, dan Dr Bambang Noorsena. Menurut Grace, mereka menolak kegiatan ini digelar di Surabaya.
AGITA SUKMA LISTYANTI
Berita Lainnya:
Hidayat Nur Wahid: PKS Memang Main di Dua Kaki
Laris Manis Lelang Barang Gratifikasi di KPK
Dolar Tembus Rp 10.000, BI Guyur US$ 100 Juta/Hari
Jokowi Ganti Dua Direktur RSUD
Apa Saja Kelebihan iOS 7?