Keluarga Korban Penembakan Tuntut Ganti Rugi Adat

Reporter

Senin, 13 Mei 2013 12:25 WIB

Ilustrasi: TEMPO/Mahfoed Gembong

TEMPO.CO, Jayapura - Keluarga Arton Kogoya, 24 tahun, korban penembakan pada Sabtu malam 11 Mei 2013, oleh anggota TNI Yonif 756 Pos Napua, Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua, menuntut ganti rugi.


Keluarga almarhum Arton, Lince Kogoya, menjelaskan bahwa Arton ditembak di halaman rumahnya di Jalan Yos Sudarso, Wamena, sekitar pukul 22.00 WIT. Tubuhnya ditembus enam peluru.


”Kami akan selesaikan masalah ini hari Rabu di kantor polisi. Kalau tidak bisa diselesaikan dengan hukum nasional, kami akan menyelesaikannya dengan hukum adat. Itu artinya kami menuntut denda,” kata Lince, Senin, 13 Mei 2013.


Menurut Lince, sesuai hukum adat, ganti rugi per kepala yang menjadi korban pembunuhan bisa mencapai miliaran rupiah. ”Bagi kami, meskipun dia bersalah, tetap ada aturan, ada hukum, bukan main tembak saja,” ujarnya.


Seluruh keluarga dan kerabat korban, kata Lince, menyesalkan penembakan yang merenggut nyawa Arton. Korban saat ini masih disemayamkan di rumah duka di Wamena. “Kami akan bakar jenazahnya besok sore, tidak dikubur. Anggota TNI yang melakukan penembakan, kami minta dihukum seberat-beratnya,” ucap Lince.


Advertising
Advertising

Pastor John Djonga, penerima penghargaan Yap Thiam Hien Award 2009, menegaskan bahwa pelaku penembakan sepatutnya diganjar sanksi berat. “Kejadian seperti ini berulang terus.Adasaja aparat menembak rakyat, saya kira ini tidak relevan dengan undang-undang otonomi khusus yang menyatakan melindungi rakyat Papua,” tuturnya.


Kepala Penerangan Kodam XVII/Cenderawasih Letkol Infantri Jansen Simanjuntak mengatakan, jajaran TNI menyesalkan insiden penembakan yang dilakukan anggotanya. “Ini tidak diduga. Kami masih mendalami kasus ini. Kalau terbukti bersalah, anggota yang berbuat pasti akan dihukum,” katanya.


Peristiwa itu berawal ketika tiga anggota TNI Yonif 756 Pos Napua, yakni Serda Agung, Pratu Sitanggang, dan Prada Haryono, baru saja selesai bermain futsal di Kota Wamena, sekitar pukul 22.00 WIT. Ketiganya kemudian singgah di warung Wonogiri Tiga Wamena untuk membeli makan. Tiba-tiba datang lima orang dalam keadaan mabuk dan memalak.


Karena tak dikasih uang, terjadilah cekcok mulut yang berujung perkelahian. Pemalak yang membawa parang mengejar tiga anggota TNI itu. Salah seorang dari tiga prajurit TNI tersebut menelpon rekannya di Pos Napua.


Tak berapa lama bantuan pun tiba. Para tentara itu membawa senjata dan menyergap pemalak. Namun, meski sudah diberi peringatan, para pemalak tetap saja melawan, dan terus menyerang tentara. Dalam keadaan terjepit, Prada Wahyudi menembak tewas seorang di antara lima pemuda tersebut.


JERRY OMONA
Topik Terhangat:

Teroris
| E-KTP |Vitalia Sesha| Ahmad Fathanah| Perbudakan Buruh

Berita Lainnya:

Pengamat Hukum: PKS Tidak Salah

Kisah Buruh Panci yang Kabur dan Ditangkap Tentara

Angkringan Tak Sehat Sumber Penularan Hepatitis A
Ratusan Penumpang Citilink Mengamuk di Adisutjipto
Polisi Takut Tangkap Anggota TNI Beking Bos Panci
Ahmad Fathanah Minta Sefti Tak Meninggalkannya
Perumahan Petinggi PKS di Condet Tertutup Rapat



Berita terkait

Mabes Polri Belum Usut Penyebar Kabar Bohong Tolikara

25 April 2016

Mabes Polri Belum Usut Penyebar Kabar Bohong Tolikara

Kepolisian mengungkapkan kerusuhan di Tolikara Papua merupakan kabar bohong.

Baca Selengkapnya

Polri Bantah Ada Kerusuhan di Tolikara  

25 April 2016

Polri Bantah Ada Kerusuhan di Tolikara  

Polri mengakui ada seorang pegawai Dinas Kependudukan yang meninggal.

Baca Selengkapnya

Tolikara Rusuh Lagi, 1 Tewas 95 Rumah Dibakar  

24 April 2016

Tolikara Rusuh Lagi, 1 Tewas 95 Rumah Dibakar  

Konflik Tolikara ini sudah terjadi sejak 9 April 2016 dan berlangsung hingga hari
ini.

Baca Selengkapnya

Rusuh Tolikara, Hasil Uji Balistik: Bukan Peluru Polisi

8 September 2015

Rusuh Tolikara, Hasil Uji Balistik: Bukan Peluru Polisi

Selain melakukan uji balistik, Polda Papua juga sudah menggelar sidang pelanggaran disiplin terhadap personel Polres Tolikara.

Baca Selengkapnya

Jokowi Minta Pelaku Kerusuhan di Tolikara Diproses Hukum  

11 Agustus 2015

Jokowi Minta Pelaku Kerusuhan di Tolikara Diproses Hukum  

Jokowi minta agar pelaku, aktor, maupun aparat yang salah prosedur penanganannya harus diperiksa dalam kasus Tolikara.

Baca Selengkapnya

Presiden GIDI Minta Penyidikan Kasus Tolikara Dihentikan

11 Agustus 2015

Presiden GIDI Minta Penyidikan Kasus Tolikara Dihentikan

Presiden GIDI minta Kapolda Papua menyerahkan proses penyelesaian masalah tersangka kepada gereja dan umat muslim Tolikara.

Baca Selengkapnya

Komnas HAM: Temukan Aparat yang Menembak Warga Tolikara  

10 Agustus 2015

Komnas HAM: Temukan Aparat yang Menembak Warga Tolikara  

Komnas HAM mendesak Menkopolhukam agar memerintahkan Kapolri dan Panglima TNI mengusut penembakan Tolikara.

Baca Selengkapnya

Rusuh Tolikara, Komnas HAM Temukan 4 Pelanggaran  

10 Agustus 2015

Rusuh Tolikara, Komnas HAM Temukan 4 Pelanggaran  

Komnas HAM menemukan empat indikasi pelanggaran HAM pada kerusuhan di Tolikara.

Baca Selengkapnya

Hasil Investigasi Tolikara, Komnas: Ada 4 Pelanggaran HAM  

10 Agustus 2015

Hasil Investigasi Tolikara, Komnas: Ada 4 Pelanggaran HAM  

Pemerintah memastikan kerusuhan di Kabupaten Tolikara, Papua, tidak dipicu oleh isu suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).

Baca Selengkapnya

Tolikara Pulih, Begini Proses Pembangunan Musala dan Ruki  

10 Agustus 2015

Tolikara Pulih, Begini Proses Pembangunan Musala dan Ruki  

Pembangunan 85 ruki dan musalah untuk menggantikan ruki dan musalah yang terbakar saat amuk massa pada 17 Juli lalu.

Baca Selengkapnya