Calon gubenur dan wakil gubernur Ahmad Heryawan dan Deddy Mizwar menjawab pertanyaan panelis pada debat kandidat menuju Jabar 1 di Bale Santika, Universitas Padjadjaran, di Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat, Kamis malam (14/2). TEMPO/Prima Mulia
Menurut Direktur Eksekutif Citra Komunikasi Lingkaran Survei Indonesia, Totok Izul Fatah, ada dua faktor yang menyebabkan kenapa Aher melenggang. "Pertama, karena tak banyak yang tahu bahwa Aher memiliki asosiasi dengan Partai Keadilan Sejahtera," ujar Totok kepada Tempo, Ahad, 24 Februari 2013.
Berdasarkan survei LSI, lanjut Totok, tak banyak warga Jawa Barat yang mengetahui bahwa Aher adalah kader PKS. Ia berkata, kurang-lebih hanya 30 persen warga Jawa Barat yang tahu. Temuan ini berbanding terbalik dengan Dede Yusuf. Hampir 90 persen warga Jawa Barat tahu bahwa ia adalah kader Partai Demokrat.
Ketidaktahuan rakyat tersebut semakin terbantu dengan faktor kedua, yaitu kampanye Aher-Deddy yang tak menunjukkan atribut PKS. Dengan begitu, semakin banyak yang tidak tahu bahwa Aher memiliki hubungan dengan PKS.
"Sebaliknya dengan Dede, ia masih membawa atribut Demokrat dalam kampanye. Begitu Demokrat ada masalah, ia terkena dampaknya," ujar Totok.
Jawaban serupa juga disampaikan Totok ketika ditanya ihwal penggelembungan kredit di Bank Jabar, yang diduga menyeret nama Ahmad Heryawan. Ia menjelaskan, hanya sedikit kalangan yang mengetahui kasus tersebut.
Totok mengatakan, hanya kalangan menengah ke atas yang mengetahui hal itu, bukan kalangan akar rumput yang merupakan potensial voter. Apalagi, kata Totok, kabar penggelembungan kredit Bank Jabar itu lebih banyak beredar di media cetak nasional daripada televisi.
"Muncul di televisi juga bukan jaminan kasusnya akan diketahui dan berpengaruh langsung ke Aher. Elektabilitas dipengaruhi juga oleh kepercayaan. Kalau pemilih belum percaya Aher terlibat, ya tak akan berpengaruh," Totok menjelaskan.