TEMPO Interaktif, Jakarta: Calon Wakil Presiden (Cawapres) dari Partai Demokrat, M Jusuf Kalla menolak adanya revolusi pendidikan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. "Revolusi pendidikan tidak perlu. Memajukan pendidikan di Indonesia harus dilakukan pelan-pelan," kata Jusuf Kalla menjawab pertanyaan salah seorang peserta dalam acara Forum Silaturahmi Keluarga Alumni HMI se-Jawa Timur di Hotel Cakra Graha, Malang, Minggu (8/8). Menurut Kalla, pendidikan di Indonesia tidak maju dan merosot karena siswa tidak mau belajar keras, bahkan banyak yang tidak belajar. Sedangkan penyebab siswa tidak belajar dengan keras karena syarat untuk lulus sangat mudah. "Buat apa belajar keras jika pasti lulus ujian," ujar Kalla. Jika terpilih nanti, ungkap Kalla, dirinya akan memerintahkan menteri pendidikan untuk meningkatkan syarat kelulusan sekolah. "Kita syaratkan minimal harus 6 untuk ujian nasional," kata dia. Dengan persyaratan yang berat, Kalla yakin, siswa akan terpacu belajar dengan keras. Pertemuan Kalla dengan warga Kahmi se Jatim berlangsung penuh keakraban. Di depan sekitar 300 hadirin, Kalla yang datang dengan baju putih meminta agar seluruh warga Kahmi memberikan doa restu. "Saya meminta doa dan harapan. Semoga saya bisa memenuhi harapan masyarakat untuk memimpin bangsa ini," katanya.Sementara itu, ketua panitia Forum silaturahmi warga Kahmi se Jatim, Ali Achsan Mustafa mengatakan pertemuan ini sebagai ajang silaturahmi antara alumni HMI. Kebetulan, Jusuf Kalla juga menjabat sebagai Dewan Penasehat Presedium Majelis Nasional Kahmi. "Tak ada dukung mendukung," katanya. Anggota Presedium Majelis Nasional Kahmi, Asri Harahap saat memberikan sambutan dalam acara itu mengatakan, Kahmi membebaskan warga alumni HMI untuk memilih pasangan capres dan cawapres. Namun, karena dari ada keluarga Kahmi yang mencalonkan diri, maka sebaiknya warga Kahmi yang memilihnya. Imbauan ini langsung disambut teput tangan meriah oleh hadirin. Bibin Bintariadi - Tempo News Room