TEMPO.CO, Wonogiri - Susanto, pengamen di Wonogiri, Jawa Tengah, diduga mengalami penyiksaan saat diperiksa polisi dari kantor Kepolisian Sektor Selogiri. Dia harus dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Wonogiri karena tubuhnya lemah setelah dua hari ditahan polisi.
Menurut Susanto, dia ditangkap awal pekan ini saat sedang mangkal di halte utara alun-alun Wonogiri. Dia dituduh ikut serta dalam pencurian burung jenis lovebird bersama dua orang lainnya, Totok dan Angga. "Saya memang kenal Angga karena dia sering ngamen bersama saya," katanya. Namun dia mengaku belum mengenal Totok.
Di kantor tersebut, Susanto dipaksa untuk mengakui bahwa dia juga terlibat dalam kasus pencurian burung bersama dua orang tersebut. "Saya tidak mau mengakui karena memang tidak berbuat," katanya. Sikapnya tersebut membuat polisi marah kemudian menyiksanya.
Menurut Susanto, dia sempat dipukuli selama diperiksa dua hari. Penganiayaan itu menyisakan luka di lehernya akibat dicekik dengan tali. "Saya sudah tidak ingat lagi berapa orang yang menganiaya saya," kata Susanto. Dia juga mengaku sempat disengat dengan peralatan listrik.
Setelah dua hari berada di polsek, Susanto akhirnya dibawa ke Kepolisian Resor Wonogiri. "Di tempat tersebut sudah tidak ada lagi pemukulan," katanya. Bahkan, dia akhirnya dilepas lantaran tidak ada bukti keterlibatannya dalam pencurian burung.
Setelah dilepas, rekan-rekannya sesama pengamen langsung membawanya ke rumah sakit lantaran kondisi tubuhnya sangat lemah. "Tidak ada pengobatan selama berada di kepolisian," katanya.
Kepala Seksi Pelayanan Medik RSUD Wonogiri, Adhi Darma, mengatakan bahwa Susanto menderita patah tulang di bagian kelingking. Selain itu, dokter juga menemukan luka bekas cekikan di leher. "Kami sedang melakukan observasi untuk kemungkinan adanya luka dalam," katanya. Kemungkinan Susanto menderita luka di sistem saluran kencing. Sebab, Susanto juga mengeluh bahwa air seninya bercampur dengan darah.
Sedangkan Kepala Polres Wonogiri, Ajun Komisaris Besar Tanti Septiyani, belum bisa berkomentar mengenai kasus tersebut. "Saya masih berada di Semarang," katanya saat dihubungi. Dia juga mengaku belum mendapat laporan tentang kasus tersebut.
AHMAD RAFIQ
Berita terkait
Komnas HAM Catat Ada 12 Peristiwa Kekerasan di Papua pada Maret-April 2024
19 hari lalu
Komnas HAM mendesak pengusutan kasus-kasus kekerasan yang terjadi di Papua secara transparan oleh aparat penegak hukum
Baca SelengkapnyaPrajurit Siksa Warga Papua, Kapuspen: TNI Bukan Malaikat
35 hari lalu
Kapuspen TNI menyebut jumlah anggota TNI ribuan, sedangkan yang melakukan penyiksaan hanya sedikit.
Baca SelengkapnyaAmnesty International: Penganiayaan di Papua Berulang karena Pelaku Tak Pernah Dihukum
41 hari lalu
Amnesty Internasional mendesak dibentuknya tim gabungan pencari fakta untuk mengusut kejadian ini secara transparan, imparsial, dan menyeluruh.
Baca SelengkapnyaKontraS Minta Panglima TNI Segera Bahas Reformasi Peradilan Militer
6 Oktober 2021
Hasil pemantauan KontraS selama Oktober-2021-September 2021 menunjukkan reformasi peradilan militer jalan di tempat.
Baca SelengkapnyaSerial Netflix Populer Ungkap Pelecehan yang Terjadi di Militer Korea Selatan
16 September 2021
Serial Netflix Deserter Pursuit memicu perdebatan tentang militer Korea Selatan karena menceritakan pelecehan dan kekerasan selama wajib militer.
Baca Selengkapnya2 Anggota Lakukan Kekerasan ke Warga Papua, TNI AU Minta Maaf
27 Juli 2021
TNI AU menyatakan penyesalan dan meminta maaf atas insiden dua anggotanya yang melakukan kekerasan terhadap seorang warga Papua di Merauke.
Baca SelengkapnyaJokowi Diminta Investigasi Kasus Kekerasan di Paniai Papua
5 Juli 2018
Amnesti Internasional Indonesia meminta Jokowi membentuk tim investigasi guna mengungkap kasus kekerasan yang terjadi di Paniai, Papua.
Baca SelengkapnyaBerdamai, Dokter Militer dan Petugas Bandara Bersepakat Ini
8 Juli 2017
Keduanya menyepakati bentuk pertanggungjawaban Guyum setelah menampar adalah meminta maaf secara tertulis kepada Fery, institusi, dan PT Angkasa Pura.
Baca SelengkapnyaTampar Petugas Avsec Bandara, Dokter Militer Mengaku Refleks
8 Juli 2017
Jumat malam, polisi melepas Guyum setelah menandatangani kesepakatan damai dan bersalaman dengan Fery.
Baca SelengkapnyaBerdamai, Polisi Melepas Dokter Militer Penampar Petugas Bandara
8 Juli 2017
Guyun mengaku salah dan meminta maaf atas penamparan yang dilakukannya. "Proses damai berjalan lancar tanpa ada intervensi pihak manapun."
Baca Selengkapnya