TEMPO Interaktif, Jakarta:Kepolisian RI membentuk tim terpadu untuk menelusuri video compact disc (VCD) tatap muka Kapolwil Banyumas dengan keluarga besar Polri di Markas Kepolisian Resort Banjarnegara, Jawa Tengah. Tim itu gabungan dari Markas Kepolisian RI Jakarta dan Kepolisian Daerah Jawa Tengah. Menurut juru bicara Mabes Polri Irjen Polisi Paiman, tugas tim menelusuri penyebar luas VCD karena VCD diperoleh Ikatan Alumni Universitas Indonesia melalui surat kaleng tanpa alamat pengirim. "Harusnya ada yang bertanggung jawab karena kegiatan ini interen kita dan tidak perlu disebarluaskan," kata Paiman kepada wartawan di Mabes Polri, Senin (26/7). Ia menjelaskan, tim gabungan akan mengecek kebenaran otak pelaku penyebar VCD. Polres setempat sudah diperintahkan untuk mencari pelakunya. Tim dari Mabes yang tergabung berasal dari Unit Reserse dan Kriminal dan Divisi Profesi dan Pengamanan.Saat ditanya soal pemeriksaan Kapolwil Banyumas, Kombes Pol Andi Maparesa, untuk dimintai keterangannya, Paiman mengatakan tugas itu menjadi kewenangan Divisi Profesi dan Pengamanan. Pihaknya lebih fokus pada penyebar VCD dan penggandanya. Sementara itu ia membantah bahwa Kapolri Jenderal Pol. Da'i Bachtiar memerintahkan mendukung calon presiden tertentu (Mega-Hasyim). Pasalnya secara jelas Kapolri sudah mengeluarkan telegram rahasia (TR) No.205/III/2004 pada 8 Maret lalu tentang kenetralitasan kepolisian dan TR No.181/III/2004 tanggal 11 Maret 2004. "Di dalam TR itu benar-benar polisi netral dan tidak memihak pada partai politik atau calon presiden tertentu," tandas Paiman. Saat jumpa pers itu wartawan diajak menonton VCD di Banjarnegara tersebut. Acara tatap muka antara Kapolwil Banyumas dan keluarga besar Polri itu berlangsung tanggal 29 Mei 2004. Keluarga besar yang diundang antara lain purnawirawan, pegawai negeri sipil, dan anggota Bhayangkari.Berdasarkan tontonan tersebut, terlihat Kapolwil memang menyatakan bahwa silakan memilih sesuai hati nurani. Arahnya tidak secara langsung. Namun dari istri Kapolwil meyampaikan bahwa kaum hawa untuk memilih yang melindungi kaumnya. Ia berujar bahwa meski ia mengaku mengagumi Susilo Bambang Yudhoyono dan menyimpan fotonya tapi ia katakan, "Ini juga Eko (tanda anggota TNI)," kata dia seraya menunjukkan foto Yudhoyono ke hadapan peserta tatap muka. Menanggapi hal tersebut, Paiman dengan tegas mengatakan bahwa saat itu polisi ingin agar pemilu berjalan aman, lancar, dan tertib. Mesti saat itu anggota polisi membagi-bagikan amplop seusai acara berlangsung, Paiman mengatakan bahwa pemberian uang itu tidak menunjukkan untuk menusuk partai politik tertentu atau presiden. Istri Kapolwil saat itu tidak memberikan perintah. Paiman menegaskan lagi bahwa polisi sebagai institusi yang mengamati publik berupaya untuk mengamankan situasi pemilu. Sedangkan pilihan untuk mencoblos partai tertentu atau presiden tertentu adalah bagian dari hati nurani. Ia malah justru mempertanyakan mengapa VCD yang mestinya ada di kalangan politik saja ada di masyarakat luas.Dalam kesempatan itu Paiman membantah ledakan bom di KPU adalah bagian dari pengalihan polisi atas kasus penyebaran VCD. Terhadap adanya SMS yang beredar di kalangan wartawan bahwa ledakan di lokasi gedung Komisi Pemilihan Umum sebagai suatu pengalihan dari polisi, Paiman mengatakan, justru menambahan pekerjaan polisi kalau itu dikatakan pengalihan. "Kenapa buat seperti itu, ledakan itu bukan suatu pengalihan," katanya. Sementara itu Kepala Badan Reserse dan Kriminal Mabes Polri Komjen Pol Suyitno Landung turun ke lapangan (KPU) untuk menyelidiki ledakan itu. Ditambahkan Paiman, pihaknya meningkatkan kewaspadaan untuk menghindari kecolongan ledakan, terutama di lokasi yang menjadi sasaran. Martha Warta - Tempo News Room