Warga Kawasan Rawan Bencana Merapi Mau Direlokasi

Reporter

Minggu, 13 Januari 2013 15:34 WIB

Gunung Merapi dilihat dari Kali Kuning, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. TEMPO/Suryo Wibowo

TEMPO.CO, Sleman-Sebanyak 656 kepala keluarga di dusun Srunen, Kalitengah Lor dan Kalitengah Kidul Desa Glagaharjo, Kecamatan Cangkringan Sleman yang awalnya menolak relokasi karena berada di kawasan rawan bencana Merapi mulai melunak. Akhirnya mereka mau direlokasi ke tempat aman asalkan pemerintah sudah menyiapkan hunian tetap bagi mereka.

"Warga mau direlokasi asal sudah ada hunian tetap yang disediakan pemerintah," kata Suroto, Kepala Desa Glagaharjo, Ahad 13 Januari 2013.

Ia menambahkan, para warga yang menolak direlokasi ke tempat lebih aman itu beralasan daerah mereka memang tidak terlanda bencana erupsi Merapi 2010. Baik awan panas maupun banjir lahar dingin.

Namun, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian Yogyakarta merekomendasikan dusun-dusun itu berada di kawasan rawan bencana III. Yaitu daerah yang berada sangat dekat dengan kawah gunung Merapi.

Selama dua tahun pasca Erupsi 2010, pemerintah sering merayu mereka untuk mau direlokasi. Namun warga tetap bertahan di dusun mereka. Bahkan sudah membangun rumah dan fasilitas umum serta sekolah.

Selama mereka belum mau direlokasi, pemerintah juga belum bisa tegas untuk merelokasi. Namun warga harus tanda tangan perjanjian mau diungsikan jika ada tanda-tanda Merapi akan erupsi. Penandatanganan surat itu sudah dilakukan medio 2012 yang lalu.

Selain warga di Daerah Istimewa Yogyakarta yang belum mau direlokasi, ada 403 kepala keluarga di Jawa Tengah (Klaten dan Magelang) yang belum mau direlokasi. Padahal mereka juga tinggal di kawasan rwan bencana III.

Pemerintah justru membuat program "living in harmony with disaster risk". Yaitu peningkatan kapasitas masyarakat untuk pengurangan risiko bencana, penempatabn titik kumpul sementara, titik kumpul akhir. Selain itu juga membangun early warning system, jalur evakuasi daan lain-lain.

"Untuk jalur evakuasi belum dibangun, tapi alat peringatan dini sudah dibuat," kata dia.

Pemerintah, baik daerah, propinsi maupun pusat pun juga meyilakan warga untuk tetap bisa tinggal di dusun mereka asal mau mengikuti instruksi jika ada tanda-tanda akan ada erupsi.

"Sebagai jaminan mau dievakuasi, mereka tanda tangan surat perjanjian mau dievakuasi," kata Kepala Badan Penanggulanan Bencana Nasional (BNPB) Syamsul Ma'arif.

Pemerintah memang tidak bisa memaksa warga untuk mau direlokasi. Bagaimanapun mereka adalah warga yang sepatutnya dilindungi. Mereka juga diberi fasilitas terbatas seperti dalam program "living in harmony with disaster risk".

Menurut Deputi Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi BNPB, Bambang Sulistiyanto, masih ada dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional sebesar Rp 60 miliar. Jika dana itu tidak digunakan untuk pembangunan hunian tetap warga yang belum mau direlokasi maka akan digunakan untuk pembangunan sarana umum. Seperti jalan dan fasilitas umum lainnya.

"Sisa dana akan diperuntukkan pembuatan dan perbaikan serta pelebaran jalur evakuasi," kata Bambang.

Hingga akhir 2012 pembangunan hunian tetap bagi warga lereng Merapi sudah selesai sebanyak 2.489 rumah. Yaitu 20.83 rumah hunian tetap di Sleman, 406 rumah di Magelang. Targetnya ada 3.653 rumah hunian tetap yang akan dibangun, 2.739 di Sleman, 749 rumah di Magelang dan 165 rumah di Klaten.

Pembangunan rumah hunian tetap yang masih dalam proses sebanyak 1.179 rumah di Sleman dan 392 rumah di Magelang. Yang sudah selesai 100 persen 904 rumah di Sleman dan 14 rumah di Magelang.

"Yang sudah dihuni baru 727 rumah di Sleman," kata Bambang.

Sebelumnya, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X menyatakan bagi warga yang belum mau direlokasi sebenarnya sudah disediakan lokasi dan pemerintah siap membantu pembangunan rumah Rp 30 juta. Jika ada yang membangun bangunan fasilitas di kawasan rawan bencana III, jika ingin keras, Sultan bisa memenjarakan mereka karena melanggar undang-undang.

"Tetapi ya tidak bisa seperti itu," kata Sultan.

Bahkan, warga yang mau direlokasi juga masih tetap memiliki lahan yang berada di dusun semula. Sebab, lahan pertanian mereka sebagai lahan penghidupan.

MUH SYAIFULLAH

Berita terkait

Cerita dari Kampung Arab Kini

6 hari lalu

Cerita dari Kampung Arab Kini

Kampung Arab di Pekojan, Jakarta Pusat, makin redup. Warga keturunan Arab di sana pindah ke wilayah lain, terutama ke Condet, Jakarta Timur.

Baca Selengkapnya

Libur Lebaran Hampir Selesai, Sleman Siapkan Sederet Event untuk Dongkrak Jumlah Wisatawan

12 hari lalu

Libur Lebaran Hampir Selesai, Sleman Siapkan Sederet Event untuk Dongkrak Jumlah Wisatawan

Sleman menggelar sejumlah atraksi, mulai dari kesenian tradisional hingga pentas musik pada 13 hingga 15 April 2024.

Baca Selengkapnya

Pasar Takjil Lereng Gunung Merapi Disiapkan Jadi Embrio Festival Kuliner Libur Lebaran

28 hari lalu

Pasar Takjil Lereng Gunung Merapi Disiapkan Jadi Embrio Festival Kuliner Libur Lebaran

Pasar takjil di Kaliurang lereng Gunung Merapi akan diubah menjadi Festival Kuliner Kaliurang selama libur Lebaran.

Baca Selengkapnya

Banyak Jalur Rawan di Sleman Yogyakarta, Jembatan Lereng Merapi Diusulkan Dihapus dari Google Maps

29 hari lalu

Banyak Jalur Rawan di Sleman Yogyakarta, Jembatan Lereng Merapi Diusulkan Dihapus dari Google Maps

Pemudik dan wisatawan diminta cermat memilih jalur yang aman saat ke Sleman, Yogyakarta, tak semata mengandalkan Google Maps.

Baca Selengkapnya

Awan Hujan Minim, Kondisi Perairan Selatan Yogyakarta Juga Diprediksi Lebih Ramah Pekan Ini

38 hari lalu

Awan Hujan Minim, Kondisi Perairan Selatan Yogyakarta Juga Diprediksi Lebih Ramah Pekan Ini

Wisatawan yang berencana melancong ke Yogyakarta pekan ini diprediksi dapat menikmati kondisi cuaca yang lebih cerah dibanding pekan lalu.

Baca Selengkapnya

Erupsi Gunung Merapi: Jarak Luncur Awan Panas Melebihi Kebiasaan

53 hari lalu

Erupsi Gunung Merapi: Jarak Luncur Awan Panas Melebihi Kebiasaan

Gunung Merapi kembali mengeluarkan awan panas. Tiga dari tujuh awan panas guguran tadi sore jarak luncurnya melampaui 2.000 meter.

Baca Selengkapnya

Erupsi Gunung Merapi Kembali Mengeluarkan Awan Panas

53 hari lalu

Erupsi Gunung Merapi Kembali Mengeluarkan Awan Panas

Gunung Merapi kembali erupsi dan mengeluarkan awan panas guguran sebanyak tujuh kali pada Senin sore. Awan panas menuju arah barat daya.

Baca Selengkapnya

Libur Akhir Pekan di Lereng Merapi, Perhatikan Catatan BPPTKG dan Rekomendasi Daerah Aman

56 hari lalu

Libur Akhir Pekan di Lereng Merapi, Perhatikan Catatan BPPTKG dan Rekomendasi Daerah Aman

Destinasi destinasi di lereng Merapi menjadi salah satu favorit wisatawan saat berakhir pekan.

Baca Selengkapnya

Sambut Hari Raya Nyepi 1946 Caka, Upacara Giri Kerti Digelar Di Kaliurang

24 Februari 2024

Sambut Hari Raya Nyepi 1946 Caka, Upacara Giri Kerti Digelar Di Kaliurang

PHDI menggelar Upacara Giri Kerti untuk menyambut Hari Raya Nyepi 1946 Caka, di Kaliurang Park, Hargobinangun, Pakem, Sleman

Baca Selengkapnya

Yogyakarta Terasa Gerah dalam Beberapa Hari Terakhir, Ini Penyebabnya

20 Februari 2024

Yogyakarta Terasa Gerah dalam Beberapa Hari Terakhir, Ini Penyebabnya

Gerahnya suhu cuaca di Yogyakarta itu dirasakan warga menyusul makin jarangnya hujan turun terutama di wilayah perkotaan.

Baca Selengkapnya