Masyarakat Adat Tolak Tambang Marmer  

Reporter

Rabu, 19 Desember 2012 20:59 WIB

TEMPO/Prima Mulia

TEMPO.CO, Bima - Sekitar 300 orang yang tergabung dalam Masyarakat Adat Oi Fo’o, Kecamatan Rasanae Timur, Kota Bima, Nusa Tenggara Barat, Rabu, 19 Desember 2012, melakukan aksi demonstrasi di depan gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Bima.


Mereka menuntut penghentian penambangan marmer yang dilakukan PT Pasifik Union Indonesia di Desa Oi Fo’o. Mereka bahkan mendesak pemerintah mencabut seluruh izin pertambangan di Kota Bima.


"Penambangan telah merusak alam kami. Saat ini debit air berkurang, iklim berubah, dan hasil pertanian kami berkurang. Ini menyengsarakan rakyat," kata salah seorang warga, Idris, saat berorasi.


Aksi demonstrasi yang semula berlangsung tertib, berubah memanas ketika para demonstran melakukan pembakaran ban mobil. Mereka pun berusaha merusak pintu gerbang utama. Bahkan di tengah pengamanan yang ketat oleh ratusan aparat Kepolisian Resor Bima Kota, para demonstran berhasil masuk ke dalam halaman Gedung DPRD.


Aparat kepolisian yang melakukan pengamanan secara berlapis dan dilengkapi kendaraan water canon menghadang para demonsran agar tidak masuk ke dalam gedung DPRD.


Advertising
Advertising

PT Pasifik Union Indonesia yang memiliki pabrik di Cina mendapat izin kuasa pertambangan dan mulai melakukan penambangan sejak 2010. Perusahaan tersebut menemukan potensi marmer dengan deposit yang sangat besar sejak melakukan kegiatan eksplorasi sejak 2007.


Tidak hanya melakukan penggerogotan lahan untuk mendapatkankarssebagai bahanbakupembuatan marmer, perusahaan tersebut bahkan mencaplok sawah warga seluas 25 hektare. Kedalaman penggalian mencapai 20 meter.


Menurut Idris, lokasi penambangan merupakan sumber air yang biasa digunakan warga untuk mengairi sawah. Akibatnya para petani mengalami kesulitan mendapatkan air. Selain itu air bekas pencucian batukarsmengakibatkan beberapa tanaman, seperti jeruk, mangga, mati.


Saiful, dari Forum Rakyat Menggugat (FRM), juga mengatakan pemerintah daerah harus segera menghentikan operasi PT Pasifik Union Indonesia, karena telah memicu konflik antar warga. “Kehadiran perusahaan tersebut justeru membawa kesengsaraan bagi rakyat,” ujarnya.


Menurut Saiful, pertambangan di setiap daerah dengan mudah diberi izin karena mendapat legitimasi Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal dan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Mineral dan Batubara. ”Apa yang tertuang dalam undang-undang tesebut membuka ruang yang besar bagi kaum kapitalis untuk menggerogoti hak kaum kecil,” ucap Saiful.


Direktur Pelaksana PT. Pasifik Union Indonesia cabang Bima, Maryono Nasiman, mengatakan kegiatan perusahaanya tidak seperti yang digambarkan para demonstran. Sebab hingga saat ini baru pada tahap pengambil sampel. “Perusahaan dengan Pemkot Bima serta warga sering melakukan dialog,” katanya ketika dimintai konfirmasi berkaitan denga aksi demonstrasi warga.


Perusahaan pun merekut 80 persen karyawan di kantor cabang maupun sebagai pekerja di lokasi adalah warga setempat.


Selain itu lokasi yang digali berupa tanah pegunungan bebatuan. Tanah tersebut juga disewa dari pemiliknya selama 10 tahun. Luas tanah yang digali pun baru satu hektare.


Menurut informasi yang diperoleh Maryono, massa yang terlibat demonstrasi bukan warga asli Oi Fo’o. Sebab warga Oi Fo’o justeru bersyukur adanya penambangan marmer. Apalagi pihak perusahaan memenuhi berbagai permintaan warga, seperti pompa air.


Adapun pihak Pemerintah Kota Bima hingga malam ini belum diperoleh konfirmasi.


AKHYAR M NUR


Berita terkait

Bahlil Ingin Bagi-bagi Izin Tambang ke Ormas, Celios Beberkan Risiko Kerugian Ekonomi

5 hari lalu

Bahlil Ingin Bagi-bagi Izin Tambang ke Ormas, Celios Beberkan Risiko Kerugian Ekonomi

Celios memaparkan akan ada dampak buruk ekonomi dan lingkungan jika pemerintah memberikan izin tambang untuk ormas keagamaan.

Baca Selengkapnya

Terus Perpanjangan Kontrak Freeport Sampai 2061, Bagaimana Kronologinya Sejak Kontrak Pertama?

10 hari lalu

Terus Perpanjangan Kontrak Freeport Sampai 2061, Bagaimana Kronologinya Sejak Kontrak Pertama?

Kontrak Freeport adalah salah satu kontrak pertambangan terbesar dan paling signifikan di dunia, yang terletak di Provinsi Papua, Indonesia.

Baca Selengkapnya

Faisal Basri Ingatkan Potensi Separatisme Akibat Konflik Tambang, Minta Jokowi Diadili

11 hari lalu

Faisal Basri Ingatkan Potensi Separatisme Akibat Konflik Tambang, Minta Jokowi Diadili

Faisal Basri menyinggung soal opsi mekanisme peradilan melalui Mahkamah Militer Luar Biasa (Mahmillub) untuk menjerat Jokowi.

Baca Selengkapnya

Warga Panama Selenggarakan Pemilihan Umum

12 hari lalu

Warga Panama Selenggarakan Pemilihan Umum

Warga Panama pada Minggu, 5 Mei 2024, berbondong-bondong memberikan hak suaranya dalam pemilihan umum untuk memilih presiden

Baca Selengkapnya

Harga Produk Pertambangan Masih Fluktuatif

15 hari lalu

Harga Produk Pertambangan Masih Fluktuatif

Harga komoditas produk pertambangan yang dikenakan bea keluar fluktuatif, konsentrat tembaga dan seng masih naik pada periode Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Bahlil Beri Sinyal Ormas Bisa Kelola Izin Tambang, Aspebindo: Modal untuk Mandiri

16 hari lalu

Bahlil Beri Sinyal Ormas Bisa Kelola Izin Tambang, Aspebindo: Modal untuk Mandiri

Aspebindo mendukung rencana pemerintah membagikan izin usaha pertambangan (IUP) kepada ormas keagamaan. Apa alasannya?

Baca Selengkapnya

Rektor UPN Veteran Yogyakarta: Jumlah Pendaftar Prodi Teknik Pertambangan Naik 3 Kali Lipat

17 hari lalu

Rektor UPN Veteran Yogyakarta: Jumlah Pendaftar Prodi Teknik Pertambangan Naik 3 Kali Lipat

Rektor UPN Veteran Yogyakarta Irhas Effendi menyebut ada fenomena cukup menarik dari para peserta UTBK SNBT 2024 di kampusnya.

Baca Selengkapnya

LPDP Buka Beasiswa Prioritas ke NEU, CSU dan UST untuk Bidang Pertambangan

21 hari lalu

LPDP Buka Beasiswa Prioritas ke NEU, CSU dan UST untuk Bidang Pertambangan

Tujuan beasiswa LPDP ini untuk mencetak tenaga kerja untuk memenuhi program hilirisasi industri berbasis tambang mineral di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Hari Bumi dan Hari Kartini, Petani Kendeng Ungkit Kerusakan Karst yang Memicu Banjir

23 hari lalu

Hari Bumi dan Hari Kartini, Petani Kendeng Ungkit Kerusakan Karst yang Memicu Banjir

Kelompak masyarakat peduli Pegunungan Kendeng memgangkat isu kerusakan lingkungan pada Hari Bumi dan Hari Kartini/

Baca Selengkapnya

10 Perusahaan Timah Terbesar di Dunia, Ada PT Timah

25 hari lalu

10 Perusahaan Timah Terbesar di Dunia, Ada PT Timah

Berikut ini deretan perusahaan timah terbesar di dunia berdasarkan jumlah produksinya pada 2023, didominasi oleh pabrik Cina.

Baca Selengkapnya