Budi Mulya-Robert Tantular, Hikayat Dua Sahabat
Editor
Yandi M rofiyandi TNR
Rabu, 21 November 2012 10:32 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Kabar kedekatannya disampaikan orang kepercayaan Robert Tantular. Sumber yang enggan disebutkan namanya mengatakan, beberapa kali Robert bertemu dengan Budi Mulya, yang saat itu masih menjadi bos Bank Ekspor Indonesia. Sebagai salah satu bank devisa, CIC kerap bekerja sama dengan Bank Ekspor untuk membiayai perdagangan internasional.
Robert adalah anak Hashim Tantular, pendiri Bank Central Dagang, salah satu bank yang saat krisis ekonomi 1998 mendapat Bantuan Likuiditas Bank Indonesia senilai Rp 1,9 triliun hingga kemudian ditutup pada 1999. Sedangkan Budi Mulya yang dimaksudkan kini Deputi Gubernur Bank Indonesia. Mengawali karier di Bank Indonesia pada 1980, pria kelahiran Bogor, 57 tahun silam, itu sempat ditunjuk sebagai Direktur PT Bank Ekspor Indonesia pada 1999-2003. Selasa, 20 November 2012, KPK mengumumkan inisial BM sebagai tersangka dalam kasus Bank Century.
Majalah Tempo edisi 3 Oktober 2011 menulis, syahdan, sekitar Mei 2001, Robert mendatangi kantor Budi Mulya di gedung Bursa Efek Indonesia, kawasan Sudirman Central Business District, Jakarta Selatan. Obrolan yang semula berlangsung santai mulai mengarah ke perbincangan serius. Robert berkeluh-kesah tentang pemeriksaan Bank Indonesia yang memberatkan dirinya dan bank miliknya.
Saat itu, CIC dalam pengawasan khusus bank sentral dengan status cease and desist order, tanda dibatasinya kegiatan usaha suatu bank. Setiap keputusan perseroan harus mendapat persetujuan tim bentukan Bank Indonesia.
Pengawasan khusus itu dilatarbelakangi pemeriksaan Bank Indonesia yang menunjukkan CIC tak menjalankan prinsip kehati-hatian. Rasio kecukupan modalnya jeblok hingga minus 83,06 persen dan ada kekurangan modal Rp 2,67 triliun. Ada juga pelanggaran batas maksimum pemberian kredit sebesar 852,18 persen kepada 15 debitor tak terafiliasi dan 639,44 persen kepada lima debitor terafiliasi.
Robert diduga kuat menggunakan pula dana Bank CIC untuk kepentingan pribadi. Salah satunya adalah penggunaan dana dari program Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) yang dinamai General Sales Marketing 102. Program ini merupakan fasilitas jaminan kredit untuk mendorong ekspor komoditas pertanian dan peternakan negeri Amerika Serikat. Selama 1999-2001, Bank CIC kebagian 80 persen, senilai US$ 840 juta, dari dana yang digelontorkan Commodity Credit Corporation, badan di bawah USDA.
Dana itu ternyata diputar ke berbagai investasi jangka panjang. Sebagian besar dilakukan melalui Chinkara Capital, perusahaan Robert yang didirikan di Kepulauan Bahama pada 1999. "Dia menghalalkan segala cara," ujar seorang mantan pengelola Bank CIC.
Panitia Khusus Century Dewan Perwakilan Rakyat pernah mencecar Budi soal kedekatannya dengan Robert Tantular dan kabar bahwa dirinya menjadi penghubung antara Century dan Sabar Anton Tarihoran, Deputi Direktur Pengawasan Bank I Bank Indonesia. Ketika itu, bekas Direktur Perencanaan Strategis dan Hubungan Masyarakat Bank Indonesia tersebut membantah dan mengatakan hanya mengetahui Robert sebagai bankir. "Tak lebih dari itu."
Demikian pula soal pertemuannya dengan Robert di Singapura. "Wah, (informasi) dari mana itu?" katanya. Namun Budi mengakui biasa berinteraksi dengan Robert semasa menjabat di Bank Ekspor Indonesia. Pembelaan datang dari juru bicara Bank Indonesia, Difi Johansyah. "Audit forensik Badan Pemeriksa Keuangan belum selesai, pemeriksaan KPK masih berlangsung. Tolong jangan hakimi Pak Budi," katanya.
Hingga saat ini, Budi Mulya masih belum memberi tanggapan atas status tersangkanya. Lihat: Kasus Century, Budi Belum Mau Beri Tanggapan
AGOENG WIJAYA
Baca juga:
Lika-liku kasus Bank Century
Soal Bank Century, Boediono Siap Bertanggungjawab
BI Siap Jelaskan Kebijakan Bailout Century
Kasus Century, Siti Fadjrijah Stroke Sejak 2009
Budi Mulya Terjepit ''Pinjaman'' Rp 1 Miliar