TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Biro Penerangan Umum Markas Besar Polri Brigadir Jenderal Boy Rafli Amar membenarkan adanya kasus percobaan pembunuhan terhadap Brigadir Satu (Briptu) Joko Fabrianto, anggota kepolisian Pekanbaru, Riau. Joko diduga hendak dihabisi oleh koleganya sesama polisi gara-gara urusan Narkotik dan Obat-obatan (Narkoba)
"Iya ada kasus itu. Kasus ditangani Polda Riau," kata Boy saat dihubungi, Kamis 15 November 2012.
Boy mengatakan kasus percobaan pembunuhan terhadap Briptu Joko tengah disidik Kepolisian Riau. "Sedang dicari siapa saja yang jadi tersangka," ujarnya. Boy tak bisa menjelaskan lebih rinci karena kasus tidak ditangani langsung oleh Mabes Polri. "Yang kami tahu kasus masih didalami," ujarnya.
Ketua Presidium Indonesian Police Watch (IPW) Neta S. Pane mengatakan kasus percobaan pembunuhan Joko menunjukkan bahwa narkoba telah menggerogoti institusi Polri. Oleh karena itu Polri harus bertindak tegas. "Polisi yang terlibat narkoba harus dihukum mati," katanya.
Berdasarkan informasi yang dihimpun IPW, Joko diduga hendak dihabisi teman-temannya sesama polisi karena mengetahui jaringan narkoba di lingkungan kepolisian. Agar jaringan itu tidak dibongkar, sejumlah polisi yang terlibat mafia narkoba di sana, memutuskan mendatangi Joko. Dia disiksa sebelum ditenggelamkan di sebuah kolam pemancingan. Beruntung Joko bisa melarikan diri.
Neta mendorong agar kepolisian melakukan tes urine rutin pad anggotanya. Polisi yang ketahuan positif memakai narkoba, kata Neta, harus segera dipecat dan dihukum.
ANANDA BADUDU
Berita Terpopuler:
Suami Ola Ditembak Mati di Depan Henri Yoso
Ini Pantangan Tinggal di Kampung Susun Ciliwung
Tiga Alasan Deddy Mizwar Mau Jadi Cawagub
Di SD, Tak Ada lagi Pelajaran IPA-IPS
Penangkapan Ola dan Suaminya Bak Film Hollywood
Malam 1 Sura, Keluarga Keraton Surakarta Ribut
Berita terkait
Komnas HAM Catat Ada 12 Peristiwa Kekerasan di Papua pada Maret-April 2024
13 hari lalu
Komnas HAM mendesak pengusutan kasus-kasus kekerasan yang terjadi di Papua secara transparan oleh aparat penegak hukum
Baca SelengkapnyaPrajurit Siksa Warga Papua, Kapuspen: TNI Bukan Malaikat
29 hari lalu
Kapuspen TNI menyebut jumlah anggota TNI ribuan, sedangkan yang melakukan penyiksaan hanya sedikit.
Baca SelengkapnyaAmnesty International: Penganiayaan di Papua Berulang karena Pelaku Tak Pernah Dihukum
35 hari lalu
Amnesty Internasional mendesak dibentuknya tim gabungan pencari fakta untuk mengusut kejadian ini secara transparan, imparsial, dan menyeluruh.
Baca SelengkapnyaKontraS Minta Panglima TNI Segera Bahas Reformasi Peradilan Militer
6 Oktober 2021
Hasil pemantauan KontraS selama Oktober-2021-September 2021 menunjukkan reformasi peradilan militer jalan di tempat.
Baca SelengkapnyaSerial Netflix Populer Ungkap Pelecehan yang Terjadi di Militer Korea Selatan
16 September 2021
Serial Netflix Deserter Pursuit memicu perdebatan tentang militer Korea Selatan karena menceritakan pelecehan dan kekerasan selama wajib militer.
Baca Selengkapnya2 Anggota Lakukan Kekerasan ke Warga Papua, TNI AU Minta Maaf
27 Juli 2021
TNI AU menyatakan penyesalan dan meminta maaf atas insiden dua anggotanya yang melakukan kekerasan terhadap seorang warga Papua di Merauke.
Baca SelengkapnyaJokowi Diminta Investigasi Kasus Kekerasan di Paniai Papua
5 Juli 2018
Amnesti Internasional Indonesia meminta Jokowi membentuk tim investigasi guna mengungkap kasus kekerasan yang terjadi di Paniai, Papua.
Baca SelengkapnyaBerdamai, Dokter Militer dan Petugas Bandara Bersepakat Ini
8 Juli 2017
Keduanya menyepakati bentuk pertanggungjawaban Guyum setelah menampar adalah meminta maaf secara tertulis kepada Fery, institusi, dan PT Angkasa Pura.
Baca SelengkapnyaTampar Petugas Avsec Bandara, Dokter Militer Mengaku Refleks
8 Juli 2017
Jumat malam, polisi melepas Guyum setelah menandatangani kesepakatan damai dan bersalaman dengan Fery.
Baca SelengkapnyaBerdamai, Polisi Melepas Dokter Militer Penampar Petugas Bandara
8 Juli 2017
Guyun mengaku salah dan meminta maaf atas penamparan yang dilakukannya. "Proses damai berjalan lancar tanpa ada intervensi pihak manapun."
Baca Selengkapnya