Kemarau, Monyet Serbu Rumah untuk Menggasak Makanan

Reporter

Minggu, 16 September 2012 09:36 WIB

Seekor monyet ekor panjang yang merupakan spesies asli Jakarta di pohon di kawasan Balai Konservasi Suaka Margasatwa Muara Angke, Jakarta, Sabtu (8/9). TEMPO/Yosep Arkian

TEMPO.CO, Purwokerto - Kasmiyah, 50 tahun, tampak kesal. Sudah sepekan ini, atap rumahnya jebol tiga kali. Bukan angin atau gempa bumi yang menyebabkannya, tapi monyet ekor panjang yang menjadi biang keladinya.

Selama musim kemarau ini, monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) di Desa Cikakak, Kecamatan Wangon, Banyumas, menyerbu rumah penduduk untuk mendapatkan makanan. "Jumlahnya ribuan, bahkan saat ini tidak hanya ada di desa ini, tapi sudah sampai ke desa tetangga," kata Kasmiyah, Ahad, 16 September 2012.

Monyet-monyet itu tak hanya menjebol atap rumah yang rata-rata terbuat dari genting. Setelah berhasil membuka atap rumah, mereka turun dan mengambil semua makanan yang ada di rumah. Tak terkecuali bumbu dapur yang turut menjadi sasaran aksi mereka.

Rumah-rumah penduduk penganut Islam Alif Rebo Wage atau Aboge itu memang kebanyakan terbuat dari kayu bukan tembok. Pintu rumah pun terbuat dari kayu dengan kunci pintu yang masih sederhana. Hanya menggunakan kait kayu.

Jika tak dijaga, seringkali monyet-monyet itu bisa masuk ke rumah melalui pintu. "Mereka cukup pintar, bisa membuka kait kayu dan masuk ke rumah," katanya.

Turahman, 60 tahun, mengatakan monyet tak hanya mengambil makanan di rumah tapi juga merusak tanaman warga. "Mereka sering merusak tanaman dan mengambil nira kelapa," katanya.

Di musim kemarau ini kera semakin liar karena ketersediaan makanan di kawasan hutan Perhutani sudah jarang. "Warga di sini sudah kenyang dengan ulah kera liar. Kera-kera itu sering mengambil makanan, buah-buah, dan nira kelapa. Apalagi di musim kering sekarang ini, pucuk daun muda yang biasanya jadi makanan kera sudah jarang tumbuh dan ditemui," ujarnya.

Akibat ulah kawanan kera yang kelaparan itu, tak sedikit warga yang mempunyai pekerjaan sebagai penderes nira kelapa dirugikan. Nira kelapa yang harusnya dapat diolah menjadi gula kelapa, malah sering habis karena diminum oleh kera.

Warga lainnya, Sulam, 41 tahun, mengatakan selama beberapa tahun terakhir warga sudah terbiasa dengan ulah kawanan kera liar tersebut. "Warga sudah terbiasa tiap hari menghadapi ulah kera. Warga harus pandai-pandai ketika harus menanam atau menaruh makanan. Karena kera-kera ini sudah mulai masuk ke pemukiman," ujar pria yang juga menjadi juru kunci Masjid Saka Tunggal.

Kepala Desa Cikakak, Kecamatan Wangon, Suyitno mengatakan karena bantuan pakan kera dari pemkab terbilang tak dapat diandalkan, maka mau tidak mau warga setempat harus berkorban makanan untuk para kera.

Padahal, sebagai objek wisata di Banyumas, kompleks Masjid Saka Tunggal dan Taman Kera Cikakak memerlukan banyak dukungan infrastruktur. "Yang jelas kalau soal makanan untuk monyet, warga sudah berkorban banyak. Sayangnya, hingga kini janji perbaikan jalan wisata saja belum terealisasi apalagi untuk penambahan aset wisata. Entah kapan. Padahal, kalau begini warga yang harus terkena dampaknya," Suyitno menerangkan.

Sementara ini upaya warga untuk mengatasi ulah kera hanya dengan cara mengusir kera-kera tersebut ketika telah memasuki pemukiman. Warga juga telah memasang peringatan kepada para wisatawan, yang datang ke Taman Kera Cikakak, untuk tidak memberikan makanan kepada kera di sekitar areal Masjid Saka Tunggal yang dekat dengan pemukiman warga.

Bambang Suhari, juru kunci utama komplek Masjid Saka Tunggal, di mana banyak kera bermain, mengatakan tak jelas betul kapan mulanya ada kera di daerah itu. "Dulu tahun 1972 hanya ada tujuh ekor, tapi kini sudah mencapai ribuan," katanya.

Ia mengatakan monyet di sekitar masjid memang dikeramatkan. Penduduk setempat tak boleh menganiaya atau membunuh monyet-monyet tersebut. Bandingkan dengan pembunuhan keji orang utan di Kalimantan sana.

Masjid Saka Tunggal sendiri merupakan bangunan cagar budaya yang dilindungi. Konon, masjid itu dibangun tahun 1522 oleh Kyai Ageng Tolih. Sebagian percaya, masjid ini merupakan masjid tertua di Jawa.

Sebuah mesjid yang sangat unik. Di dalam mesjid hanya ada satu tiang penyangga (saka tunggal). Atapnya pun tidak terbuat dari genting biasa, tapi dari ijuk pohon aren.

Tak jauh dari mesjid tersebut, ada sebuah kompleks pemakaman. Pemakaman tersebut tersusun atas tiga bagian. Masing-masing dijaga oleh satu orang juru kunci.

Kunci gunung, atau makam paling atas, dijaga oleh Bambang Suhari. Sedangkan kunci tengah dan lebak masing-masing dipegang oleh Diman dan Sopani. "Penanggung jawab utamanya ya saya," kata Bambang.

Di makam itulah, Ki Ageng Tolih dikebumikan. Juga ada beberapa makam kerabatnya dan makam para juru kunci terdahulu.

Ki Ageng Tolih hidup dalam masa Kesultanan Mataram kuno. Karena masih awal, Islam-nya pun masih bercorak Kejawen. "Dulunya Banyumas itu masih tlatah Surakarta," ujar Sudjarwo Purno Hadinegoro, sesepuh di daerah tersebut.

ARIS ANDRIANTO

Berita lain:

Dilema YouTube Atas Film Anti-Islam

Foto Topless Kate Beredar, Pengawal Dinilai Lalai

Jokowi: Foke Bisa Menang 91 Persen Jika...

William Gugat Media Pemuat Foto Telanjang Istrinya

Begini Kata Jokowi Tentang Betawi

Berita terkait

6 Tanaman Unik di Dunia, Ada Bunga Bangkai hingga Rafflesia Arnoldi

16 Agustus 2023

6 Tanaman Unik di Dunia, Ada Bunga Bangkai hingga Rafflesia Arnoldi

Terdapat beraneka ragam jenis tanaman di dunia. Beberapa di antaranya memiliki ciri yang unik. Apa saja?

Baca Selengkapnya

5 Tanaman dengan Sebutan Unik, Ada Janda Bolong hingga Kuping Gajah

16 Agustus 2023

5 Tanaman dengan Sebutan Unik, Ada Janda Bolong hingga Kuping Gajah

Terdapat beberapa tanaman yang memiliki penyebutan nama yang cukup unik. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Mengenang YB Mangunwijaya dan Sederet Karya-karyanya

8 Februari 2023

Mengenang YB Mangunwijaya dan Sederet Karya-karyanya

Sastrawan YB Mangunwijaya atau Romo Mangun juga seorang arsitek ulung. Karyanya berbuah penghargaan Aga Khan Award.

Baca Selengkapnya

Melihat 5 Tempat dengan Pemandangan Unik dan Aneh di Dunia

10 November 2022

Melihat 5 Tempat dengan Pemandangan Unik dan Aneh di Dunia

Sebagian besar orang mungkin akan berdecak kagum sekaligus keheranan melihat hal unik di sejumlah tempat ini.

Baca Selengkapnya

8 Fakta Unik tentang Wisata Dunia, Tahukah Nama Tempat Terpanjang?

20 Mei 2022

8 Fakta Unik tentang Wisata Dunia, Tahukah Nama Tempat Terpanjang?

Beragam tempat wisata dunia menyimpan fakta unik yang mungkin belum diketahui banyak orang.

Baca Selengkapnya

Berawal dari Wangi, Cowok Bisa Tampil Percaya Diri dan Tunjukkan Keunikannya

19 Januari 2022

Berawal dari Wangi, Cowok Bisa Tampil Percaya Diri dan Tunjukkan Keunikannya

Salah satu faktor untuk meningkatkan level percaya diri adalah aroma tubuh yang wangi

Baca Selengkapnya

Cara Membuat Tulisan Unik di WhatsApp: Tulisan Miring, Tebal, Coret Tengah

28 Juli 2021

Cara Membuat Tulisan Unik di WhatsApp: Tulisan Miring, Tebal, Coret Tengah

WhatsApp juga menawarkan format tulisan yang unik dan bisa membuat chatting menjadi lebih seru. Tulisan miring, tebal, coret tengah bisa dibuat.

Baca Selengkapnya

Ada Es Krim Rasa Gurita, Ini Lima Hal Unik yang Hanya Ditemukan di Jepang

5 Juni 2021

Ada Es Krim Rasa Gurita, Ini Lima Hal Unik yang Hanya Ditemukan di Jepang

Jepang tidak pernah berhenti memukau dunia dengan kreativitasnya, baik soal teknologi maupun makanan.

Baca Selengkapnya

Nama-nama Unik Kuliner Bandung, Tahukah Arti Cuanki dan Colenak?

9 Maret 2021

Nama-nama Unik Kuliner Bandung, Tahukah Arti Cuanki dan Colenak?

Kuliner Bandung banyak ragamnya, tapi rata-rata jajanan tradisionalnya mempunyai nama yang unik dan khas, dari cuanki sampai colenak.

Baca Selengkapnya

Kisah Unik Ikan Cupang, Ada yang Buat Mahar Pernikahan

3 Maret 2021

Kisah Unik Ikan Cupang, Ada yang Buat Mahar Pernikahan

Tren memelihara ikan cupang makin meningkat di masa pandemi, ada yang menjadikannya sebagai mahar pernikahan.

Baca Selengkapnya