TEMPO Interaktif, Jakarta:Pengamat militer Kusnanto Anggoro mengatakan, tidak ada figur yang memadai untuk menjadi Panglima TNI. “Karena pertimbangan politik lebih penting dibandingkan profesionalisme,” ungkapnya di sela-sela acara diskusi mengenai Komando Teritrorial dan Kebijakan Pertahanan Indonesia ke Depan di Hotel Kartika Chandra, Jakarta, Senin (4/3). Berdasarkan kalkulasi, kata Kusnanto, tidak akan didapatkan seorang yang paling baik menjadi pengganti Laksamana Widodo AS. Pasalnya masih banyak persoalan internal TNI. Pertama, institusional building yang berkaitan dengan perundang-undangan tentang wewenang panglima yang belum dirinci. Kedua, sentimen atau perasaan mengenai otoritas sipil. Hal ini belum diterima sepenuhnya oleh kalangan TNI. “Masih agak ragu-ragu dalam menerima otoritas sipil,“ kata dia. Persoalan lainnya, Kusnanto melanjutkan, perbedaan pandangan di lingkungan TNI sendiri. Akhirnya Panglima TNI dihadapkan pada berbagai persoalan. Untuk mendapatkan seseorang yang betul-betul dapat memegang semua angkatan memang sulit. “Perlu figur yang mendapatkan dukungan sekaligus kemampuan profesional,” ucap Kusnanto. Kusnanto mengatakan, figur yang mendapatkan dukungan berdasarkan postur dan struktur TNI saat ini tampaknya dari Angkatan Darat. “Tapi ada persoalan-persoalan sehingga diperlukan dari angkatan lain,” kata dia. Namun bila Panglima TNI bukan berasal dari Angkatan Darat maka akan kurang mendapatkan dukungan. “Akhirnya mungkin profesional, tapi tidak bisa bekerja, karena tidak mendapat support,” papar dia. (Hilman – Tempo News Room)