Anggota Forum Komunikasi Waria se-Indonesia memberi dukungan pada ketua mereka, Yulianus Rettoblaut (3kiri) di gedung Komnas HAM, Jakarta, Jumat (20/1). Yulianus mendaftarkan diri sebagai anggota Komnas HAM untuk dapat menyelesaikan pelanggaran HAM terutama yang terkait dengan isu transgender. TEMPO/Dasril Rozandi
TEMPO.CO, Makassar – Sejumlah warga komunitas transgender di Makassar, Sulawesi Selatan, mengaku sering menjadi korban pelecehan dan intimidasi. Pada akhir Agustus lalu, seorang waria bernama Memey diserang dan dipanah oleh beberapa pria bersepeda motor. “Saya trauma untuk kembali ke jalan,” kata Memey, Jumat, 7 September 2012.
Ketika insiden ini berlangsung, Memey sedang membagikan kondom dan melakukan sosialisasi tentang bahaya HIV/AIDS di kalangan waria. “Tiba-tiba ada tiga sepeda motor yang menghampiri saya dan mencaci-maki dengan kalimat tak pantas,” katanya. Tak puas memaki, mereka memanah Memey dengan busur yang dibawanya. Peristiwa nahas ini terjadi di Jl. Jenderal Sudirman, Makasar, depan RS Pelamonia.
Tahun lalu, seorang waria bahkan ditemukan dengan usus terburai di pinggir jalan. Waria bernama Agnes itu mengaku ditusuk pria tak dikenal di bagian perut. Beruntung, nyawanya bisa diselamatkan.
Aktivis penanggulangan HIV/AIDS, Nur Aini, mengakui kasus kekerasan dan intimidasi terhadap kaum transgender terus terjadi. “Masalahnya, laporan soal ini amat minim,” katanya. Akar persoalan kekerasan ini, kata Nur, adalah stigma dan persepsi buruk masyarakat terhadap para waria.
Guru Besar Universitas Islam Negeri Makassar, Qashim Mathar, sepakat dengan penilaian Nur. Menurut dia, penyerangan atas waria mencerminkan kurangnya pemahaman dan kesadaran masyarakat soal kompleksitas seksual dan keragaman.
Aliansi Untuk Mengakhiri AIDS pada Anak di Indonesia Resmi Dibentuk!
2 Desember 2022
Aliansi Untuk Mengakhiri AIDS pada Anak di Indonesia Resmi Dibentuk!
Di Indonesia, hanya 25% dari anak-anak yang hidup dengan HIV menjalani pengobatan ARV yang menyelamatkan jiwa. UNAIDS Indonesia, Jaringan Indonesia Positif, Ikatan Perempuan Positif Indonesia, Lentera Anak Pelangi, dan Yayasan Pelita Ilmu menginisiasi aliansi baru untuk memperbaiki salah satu masalah yang paling mencolok dalam respon penanggulangan AIDS.