TEMPO.CO, Kupang - Ratusan warga di Desa Oesao, Kecamatan Kupang Timur, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) kesulitan air bersih. Itu terjadi setelah kali Am Abi yang biasa dimanfaatkan warga mengering akibat kemarau. "Kali ini sudah mengering sejak sebulan terakhir," kata Nus Kapitan, warga Desa Oesao, kepada wartawan di Kupang, Kamis, 6 September 2012.
Warga pun menyiasati ketersediaan air dengan cara menggali sumur kecil di tengah kali tersebut. Namun itu hanya dapat memenuhi kebutuhan untuk mandi dan cuci. Sedangkan untuk air minum warga harus membeli air dengan harga Rp 7.000 per jerigen dengan ukuran lima liter.
Bahkan ada warga yang harus berjalan kaki sejauh satu kilometer untuk mengambil air bersih dan melewati tebing terjal di kali itu. "Dalam sehari, kami bisa 5-6 kali turun tebing mengambil air di sumur buatan di kali tersebut, karena kebutuhan air sehari mencapai 40-50 liter untuk mandi dan cuci," kata Nus.
Ia berharap pemerintah daerah mengatasi kekeringan itu. "Kami harap pemerintah bisa membantu kami yang kesulitan air bersih," katanya.
Gubernur NTT Frans Lebu Raya mengatakan pihaknya telah membangun waduk untuk menampung air hujan demi mengatasi krisis air bersih. "Kami sudah membangun waduk dan embung untuk mengatasi krisis air bersih di daerah ini," katanya.
Kini provinsi itu sudah mempunyai sekitar 500 waduk dari kebutuhan sekitar 4.000. Pemerintah juga sudah menanam jutaan pohon di daerah tangkapan air dan lahan kritis.
YOHANES SEO
Berita terkait
Kominfo Siapkan Jaringan dalam World Water Forum, Harapkan Solusi Pengelolaan Air
38 hari lalu
Kominfo bertugas memastikan jaringan telekomunikasi di Forum Air Sedunia pada 18-25 Mei 2024 di Bali.
Baca SelengkapnyaKajian Peneliti BRIN Ihwal Kekeringan Ekstrem di Kalimantan, Greenpeace: Dipicu Deforestasi
43 hari lalu
Wilayah yang paling terdampak risiko kekeringan ekstrem, adalah Ibu Kota Negara atau Nusantara.
Baca SelengkapnyaTentang Musim Kemarau yang Menjelang, BMKG: Mundur dan Lebih Basah di Banyak Wilayah
47 hari lalu
Menurut BMKG, El Nino akan segera menuju netral pada periode Mei-Juni-Juli dan setelah triwulan ketiga berpotensi digantikan La Nina.
Baca SelengkapnyaImbas Banjir dan Longsor, 874 Hektare Sawah di Jawa Barat Gagal Panen
49 hari lalu
Bencana akibat krisis iklim membuat 874 Ha sawah di Jawa Barat gagal panen pada musim tanam 2023/2024. Lahan tergerus banjir, kering, dan longsor.
Baca SelengkapnyaDestinasi Liburan di Spanyol Ini Terancam Mengalami Kekeringan
2 Maret 2024
Kepulauan Canary, khususnya Pulau Tenerife, di Spanyol menghadapi kekeringan parah yang semakin memburuk,
Baca SelengkapnyaSelain Indonesia, Ini Daftar Negara Lain yang Masih Alami El Nino
29 Februari 2024
Berbagai pihak menyebut fenomena El Nino masih akan berlanjut. Berikut ini daftar negara yang masih mengalami El Nino, selain Indonesia.
Baca SelengkapnyaMeski El Nino Melemah, Tren Bulan-bulan Terpanas Tak Patah di Januari 2024
8 Februari 2024
Walau fenomena El Nino sudah melemah, peningkatan suhu permukaan laut global masih tercatat tinggi dan melampaui rekor global.
Baca SelengkapnyaJokowi Beri Bantuan Rp 8 Juta per Hektare ke Petani Korban El Nino, Begini Penjelasan BNPB
24 Januari 2024
BNPB memberi penjelasan soal bantuan Jokowi sebesar Rp 8 juta per hektare yang diberikan untuk petani terdampak banjir dan El Nino.
Baca SelengkapnyaBMKG Prediksi 5 Wilayah Indonesia Kekeringan di 2024 akibat Curah Hujan Rendah
5 Januari 2024
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika atau BMKG memprediksi di tahun 2024 curah hujan berada di kondisi normal.
Baca SelengkapnyaKajian Save the Children, Kekeringan dan Rawan Pangan Ancam Anak di Indonesia Timur
22 Desember 2023
Banyak anak di daerah yang terdampak itu mengalami infeksi saluran pernapasan akut selama kekeringan berkepanjangan.
Baca Selengkapnya