Petugas Pusat Vulkanologi & Mitigasi Bencana Geologi melakukan pemeriksaan solfatara dan kadar gas di Kawah Domas, Kecamatan Sagalaherang, Subang, Jawa Barat, Rabu (29/8). Petugas terus melakukan pemeriksaan di Kawah Domas dan Ratu semenjak Tangkuban Parahu berstatus waspada. TEMPO/Prima Mulia
TEMPO.CO, Subang - Warga masyarakat di Kecamatan Ciater, Kabupaten Subang, Jawa Barat, yang berada di sekitar lereng Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu, diperintahkan menyiapkan handuk kecil dan sapu tangan basah.
"Kami khawatir Tangkuban Parahu meletus lalu mengeluarkan gas beracun. Karena itu, warga kami minta menyediakan handuk kecil atau sapu tangan basah untuk menutup bagian hidung dan mulut," kata Camat Ciater, Ojat Najudin, saat dihubungi Tempo, Senin siang, 3 September 2012.
Menurut Ojat, idealnya, warga menggunakan masker untuk mengantisipasi munculnya gas beracun. "Tetapi kan membutuhkan biaya yang tak sedikit," ujarnya. Ia mengaku sudah meminta bantuan masker ke Pemkab Subang dan sudah direspons positif.
Saat ini, pihaknya terus melakukan upaya sosialisasi ihwal upaya darurat itu dengan cara sosialisasi door-to-door melalui para ketua RT/RW dan kepala desa.
Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Subang Syamsu Ryza mengatakan upaya pertolongan pertama mengantisipasi gas beracun dengan handuk dan sapu tangan basah itu dibenarkan. "Idealnya menggunakan masker khusus anti-gas beracun. Kami akan berkoordinasi untuk menyiapkan (masker)," katanya.
Gunung Tangkuban Parahu, meskipun masih berstatus siaga, sudah menunjukkan gejala akan meletus. Karena itu, para pedagang dan wisatawan pun dilarang masuk ke kawasan itu.
Pengelola TWA Tangkuban Parahu, Putera Kaban, enggan berkomentar saat ditanya soal kondisi terakhir Tangkuban Parahu. "No comment," ujarnya.