Saweran KPK: Jual Kaus Hingga Mobil Tua

Reporter

Editor

Senin, 16 Juli 2012 13:54 WIB

Sejumlah massa Gerakan Tumpas Korupsi melakukan aksi tolak saweran atau sumbangan masyarakat untuk pembangunan gedung baru KPK di Kuningan, Jakarta, (9/7). TEMPO/Seto Wardhana.

TEMPO.CO, Jakarta - Gerakan penggalangan dana untuk membangun gedung baru Komisi Pemberantasan Korupsi semakin meluas. Saweran KPK yang awalnya dimulai di Jakarta kini sudah merambah ke kota-kota di luar Pulau Jawa, bahkan benua tetangga.

Cara mereka menggalang dana pun bukan hanya bermodal keropak untuk menampung uang warga. Komunitas GUSDURian, misalnya, menjual kaus "KPK You Are Not Alone" untuk mengumpulkan dana. Kaus tersebut dihargai Rp 60 ribu.

Adapun keuntungan Rp 20 ribu dari tiap kaus akan disumbangkan untuk melalui koalisi saweran KPK. Penggagas penjualan kaus KPK ini, Sukma Adi Atmaja, mengatakan pihaknya menargetkan penjualan 500 kaus agar sumbangan ke KPK bisa mencapai Rp 10 juta.

Selama seminggu penjualan, sudah ada 130 kaus yang terjual. Ide menjual kaus, kata dia, bermula dari keinginan agar sumbangan untuk KPK memiliki jejak. "Jadi kausnya bisa untuk promosi mendukung KPK juga," kata Sukma saat dihubungi Senin, 16 Juli 2012.

Koordinator Gerakan Saweran KPK, Ilian Deta Artasari, mengatakan berbagai cara ditempuh masyarakat untuk mendukung gerakan saweran KPK. Aktivis antikorupsi di Padang, Sumatera Barat, misalnya, menggelar acara nonton bareng sambil mengumpulkan saweran.

Di lain pihak, aktivis antikorupsi di Manado, Sulawesi Utara, Ahad, 15 Juli 2012 juga melakukan long march ke pusat kota. "Memang bukan uangnya yang penting, tapi gerakan yang mencerminkan bahwa masyarakat sadar korupsi itu menyengsarakan dan harus diberantas," kata Ilian.

Di Bantul, Ilian bercerita, ada seorang pria yang menjual mobil tuanya dan sebagian hasil penjualannya disumbangkan untuk KPK. Ada pula penggemar bola yang sedang menjual koleksi kaos dan sepatu bola. Ilian mengatakan 20 persen hasil penjualan akan disumbangkan.

Hingga kemarin uang yang berhasil dikumpulkan mencapai Rp 251 juta. Sebagian besar dana masuk melalui rekening perkumpulan Indonesia Corruption Watch (ICW). Selain itu, ada pula yang menyumbang langsung ke posko saweran di depan gedung KPK.

Sebagian besar dana berasal dari sumbangan bernominal kecil. Selebihnya hanya ada lima orang yang menyumbang dengan nilai maksimal Rp 10 juta. Nama seluruh penyumbang hari ini akan ditempel di posko saweran KPK. "Supaya semuanya transparan," katanya.

Saweran ini bermula ketika Komisi Hukum Dewan Perwakilan Rakyat menolak pembangunan gedung KPK. Biaya pembangunan yang sudah dialokasikan Kementerian Keuangan tak kunjung disetujui. Padahal anggaran gedung Rp 225,7 miliar itu sudah diajukan sejak 2008.

ANGGRITA DESYANI

Berita terkait

Khawatir Ada Titipan, Novel Baswedan Harap Unsur Masyarakat dalam Pansel KPK Diperbanyak

1 hari lalu

Khawatir Ada Titipan, Novel Baswedan Harap Unsur Masyarakat dalam Pansel KPK Diperbanyak

Novel Baswedan, mengomentari proses pemilihan panitia seleksi atau Pansel KPK.

Baca Selengkapnya

Pengacara Jelaskan Kondisi Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Usai Dilaporkan ke KPK

1 hari lalu

Pengacara Jelaskan Kondisi Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Usai Dilaporkan ke KPK

Bekas Kepala Bea Cukai Purwakarta Rahmady Effendy Hutahaean disebut butuh waktu untuk beristirahat usai dilaporkan ke KPK

Baca Selengkapnya

Istri akan Dampingi Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Klarifikasi LHKPN di KPK

1 hari lalu

Istri akan Dampingi Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Klarifikasi LHKPN di KPK

KPK menjadwalkan pemanggilan Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta, Rahmady Effendy Hutahaean, untuk memberikan klarifikasi soal kejanggalan LHKPN

Baca Selengkapnya

9 Mantan Komisioner KPK Kirim Surat ke Jokowi soal Kriteria Pansel KPK

1 hari lalu

9 Mantan Komisioner KPK Kirim Surat ke Jokowi soal Kriteria Pansel KPK

Pemilihan Pansel KPK patut menjadi perhatian karena mereka bertugas mencari figur-figur komisioner dan Dewan Pengawas KPK mendatang.

Baca Selengkapnya

Pansel KPK Tuai Perhatian dari Sejumlah Kalangan, Istana dan DPR Beri Respons

1 hari lalu

Pansel KPK Tuai Perhatian dari Sejumlah Kalangan, Istana dan DPR Beri Respons

Pembentukan Pansel Capim KPK menuai perhatian dari sejumlah kalangan. Pihak Istana dan DPR beri respons ini.

Baca Selengkapnya

Penjelasan Istri Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta soal Pinjaman Rp 7 Miliar yang jadi Polemik

1 hari lalu

Penjelasan Istri Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta soal Pinjaman Rp 7 Miliar yang jadi Polemik

Margaret Christina Yudhi Handayani Rampalodji, istri bekas Kepala Bea Cukai Purwakarta Rahmady Effendy Hutahaean menjelaskan asal-usul Rp 7 miliar.

Baca Selengkapnya

Penyitaan Rumah dalam Kasus Korupsi, Terbaru Rumah Syahrul Yasin Limpo dan Tamron Raja Timah Bangka

1 hari lalu

Penyitaan Rumah dalam Kasus Korupsi, Terbaru Rumah Syahrul Yasin Limpo dan Tamron Raja Timah Bangka

Penyitaan rumah dalam dugaan kasus korupsi Syahrul Yasin Limpo dan Tamron Raja Timah Bangka. Apa landasan penyitaan aset tersangka korupsi?

Baca Selengkapnya

2 Selebritas Windy Idol dan Nayunda Nabila Diperiksa KPK, Tersangkut Kasus Korupsi Siapa?

1 hari lalu

2 Selebritas Windy Idol dan Nayunda Nabila Diperiksa KPK, Tersangkut Kasus Korupsi Siapa?

Windy Idol dan Nayunda Nabila Nizrinah terseret dalam dugaan kasus korupsi yang berbeda hingga diperiksa KPK. Apa sangkut pautnya?

Baca Selengkapnya

Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Diseret Urusan PT Cipta Mitra Agro, Pengacara: Itu Bisnis Istrinya

1 hari lalu

Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Diseret Urusan PT Cipta Mitra Agro, Pengacara: Itu Bisnis Istrinya

Pengacara eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Rahmady Effendy merasa heran kliennya diseret dalam kasus yang melibatkan perusahaan sang istri.

Baca Selengkapnya

KPK Periksa Kepala Bea Cukai Purwakarta Senin Mendatang soal LHKPN yang Janggal

2 hari lalu

KPK Periksa Kepala Bea Cukai Purwakarta Senin Mendatang soal LHKPN yang Janggal

KPK menjadwalkan pemanggilan Kepala Bea Cukai Purwakarta Rahmady Effendy Hutahaean pada Senin pekan depan.

Baca Selengkapnya