Biaya Kuliah Kedokteran Diusulkan dari Pemerintah

Reporter

Editor

Minggu, 20 Mei 2012 19:23 WIB

Gedung Rektorat Universitas Indonesia. TEMPO/Gunawan Wicaksono

TEMPO.CO, Depok --Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Depok Fakhrurrozi mengeluhkan mahalnya biaya kuliah Fakultas Kedokteran di Indonesia. Guna mengatasi kesenjangan itu, pihaknya meminta agar Rancangan Undang-Undang (RUU) Pendidikan yang baru mengatur bahwa biaya pendidikan kedokteran ditanggung negara.


Mahalnya biaya kuliah kedokteran mengakibatkan kesenjangan karena yang mampu mengenyam pendidikan kedokteran selama ini didominasi oleh mereka yang kaya. "Selama ini ada kesenjangan bagi di Fakultas Kedokteran. Yang bisa masuk hanya orang kaya karena mahalnya biaya," kata Fahrurrozi usai acara Fun Bike di Balai Kota Depok, Minggu, 20 Mei 2012.

Menurut Fakhrurrozi, dulu hampir semua orang bisa mendapat kesempatan kuliah di Fakultas Kedokteran karena biayanya masih terjangkau. Namun, saat ini biaya yang mencapai ratusan juta mengakibatkan profesi dokter jauh dari harapan masyarakat ekonomi bawah. "Solusinya pemerintah pusat bisa memberikan biaya bagi mahasiswa yang masuk Fakultas Kedokteran," katanya.

Fakrurrozi mengatakan, dengan demikian, lulusan pendidikan kedokteran yang dibiayai oleh pemerintah nantinya bisa mudah ditempatkan di sejumlah daerah. Apalagi, saat ini masih terjadi ketidakmerataan dokter di Indonesia. "Kalau biaya dari pemerintah, penempatan dokter itu bisa dengan mudah diatur," katanya.

Menurutut Fakhrurrozi, fakta saat ini menunjukan para lulusan kedokteran lebih memilih bekerja di kota besar. Hal itu karena mereka telah mengeluarkan biaya tinggi dan rasa mengabdi kepada pemerintah berkurang. "Itulah kenapa saat ini dokter menyerbu kota besar dan menghindar tugas dari daerah terpencil," katanya.

Fakrurrozi mengatakan berdasarkan ketentuan IDI, rasio pelayanan dokter idela adalah satu orang dokter untuk 2.000 jiwa. Sementara, saat ini masih banyak daerah yang tidak memenuhi rasio itu. Bahkan di daerah terpencil seperti Kalimantan dan Papua masih sangat kekurangan dokter."Apalagi, banyak dokter spesialis atau lainnnya memilih untuk tidak menjadi PNS," katanya.

Senada, Sekretaris IDI Depok Hidayat mengatakan untuk mengambil fakultas kedokteran mahasiswa bisa menghabiskan ratusan juta. Untuk biaya masuk saja mereka bisa membayar sampai Rp 250 juta, belum lagi biaya SPP dan praktek. "Jadi tidak heran jika hanya dinikmati oleh kalangan tertentu," katanya.

Menurut Hidayat, memang ada beberapa mahasiswa yang mendapatkan beasiswa dari daerah masing-masing. Namun, setelah berprofesi dokter mereka enggan kembali ke daerah asalnya. "Bagi daerah yang memiliki APBD banyak tidak masalah, tapi yang APBD kecil akan kesulitan mendapat dokter," katanya.

Sementara untuk kota Depok sendiri, kebutuhan dokter di setiap wilayahnya sudah sesuai dengan rasio pelayanan. Saat ini terdapat 1.500 dokter di Depok. Dari jumlah itu, sekitar 400 orang merupakan dokter spesialis. "Kebanyakan dokter spesialis ini enggan memilih untuk menjadi PNS," ujar Hidayat.

ILHAM TIRTA

Berita terkait

Pesan PB IDI agar Masyarakat Tetap Sehat saat Liburan dan Mudik di Musim Pancaroba

24 hari lalu

Pesan PB IDI agar Masyarakat Tetap Sehat saat Liburan dan Mudik di Musim Pancaroba

Selain musim libur panjang Idul Fitri, April juga tengah musim pancaroba dan dapat menjadi ancaman bagi kesehatan. Berikut pesan PB IDI.

Baca Selengkapnya

Mengenang Perjuangan Tenaga Medis Saat Pagebluk Pandemi Covid-19

54 hari lalu

Mengenang Perjuangan Tenaga Medis Saat Pagebluk Pandemi Covid-19

Setidaknya ada 731 tenaga medis meninggal saat bertugas pandemi Covid-19, sekitar 4 tahun lalu.

Baca Selengkapnya

IDI Ingatkan Potensi Kenaikan Kasus DBD di Musim Pancaroba

3 Maret 2024

IDI Ingatkan Potensi Kenaikan Kasus DBD di Musim Pancaroba

PB IDI mengingatkan masyarakat untuk meningkatkan kesadaran terhadap DBD di musim pancaroba seperti sekarang.

Baca Selengkapnya

IDI Peringatkan Potensi Peningkatan Demam Berdarah Hingga Juni

3 Maret 2024

IDI Peringatkan Potensi Peningkatan Demam Berdarah Hingga Juni

IDI peringatkan potensi peningkatan kasus demam berdarah hingga di musim pancaroba

Baca Selengkapnya

Pemerataan Dokter Spesialis Bisa Dimulai dari Dukungan Pemerintah Daerah

23 Februari 2024

Pemerataan Dokter Spesialis Bisa Dimulai dari Dukungan Pemerintah Daerah

Ketua IDI Mohammad Adib Khumaidi mengatakan, pemerintah daerah berperan untuk pemerataan dokter spesialis

Baca Selengkapnya

Prabowo Janjikan Bangun 300 Fakultas Kedokteran, Apa Tanggapan IDI dan IDAI?

8 Februari 2024

Prabowo Janjikan Bangun 300 Fakultas Kedokteran, Apa Tanggapan IDI dan IDAI?

IDI dan IDAI menilai rencana Prabowo mendirikan 300 Fakultas Kedokteran Prabowo bukan solusi yang tepat mengatasi masalah kesehatan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Rokok Elektrik Kena Pajak Mulai 1 Januari 2024, Ketahui Bahaya Memakainya

3 Januari 2024

Rokok Elektrik Kena Pajak Mulai 1 Januari 2024, Ketahui Bahaya Memakainya

Rokok elektrik mulai dikenai pajak pada 1 Januari 2024. Apa bahaya dan efek samping memakai rokok elektrik bagi kesehatan?

Baca Selengkapnya

KPU Akan Memilih Petugas KPPS Berusia Maksimal 50 Tahun

12 Oktober 2023

KPU Akan Memilih Petugas KPPS Berusia Maksimal 50 Tahun

Ketua KPU Hasyim Asyari mengatakan mitigasi kematian pada petugas KPPS akan menjadi perhatian KPU. Terutama bukan berusia 50 tahun ke atas.

Baca Selengkapnya

Biaya Pendidikan Pilot di 5 Sekolah Penerbangan, Tembus Rp 1,8 M

15 Agustus 2023

Biaya Pendidikan Pilot di 5 Sekolah Penerbangan, Tembus Rp 1,8 M

Biaya pendidikan pilot berkisar Rp500 jutaan sampai Rp1,8 miliar tergantung jenis lisensi, meliputi Lisensi Pilot Pribadi (PPL) hingga Lisensi Pilot Komersial (CPL)

Baca Selengkapnya

KPK Sebut Lukas Enembe Ganggu Kenyamanan Tahanan Lain dan Tak Disiplin Konsumsi Obat

5 Agustus 2023

KPK Sebut Lukas Enembe Ganggu Kenyamanan Tahanan Lain dan Tak Disiplin Konsumsi Obat

KPK menerima surat dari tahanan lain yang mengeluhkan keberadaan Lukas Enembe.

Baca Selengkapnya