TEMPO.CO, Sumenep - Sebanyak lima siswa kelas II Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 (SMKN) Kalianget, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, dikeluarkan dari sekolahnya karena dituduh mencuri bakpia dan kripik. Mereka masing-masing berinisial NR, RAM, JP, MN, dan FD. “Kami tidak mencuri, kami difitnah,” kata salah dari mereka, NR, 16 tahun, kepada Tempo, Kamis, 17 Mei 2012.
Menurut penuturan NR, kasus bermula ketika dia dan empat temannya mengikuti praktek kerja industri selama dua bulan di Sentra Pengembangan Agribisnis Terpadu (SPAT), Pandaan, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur.
Sebagai siswa magang, kelimanya sering kerja lembur. Saat lembur itulah seorang karyawan di SPAT memberi camilan produksi SPAT berupa sebungkus bakpia dan keripik. Namun camilan tak langsung dimakan, melainkan disimpan untuk dijadikan oleh-oleh saat selesai magang.
Tapi, sial menimpa kelimanya. Saat magang berakhir dan kelimanya hendak pulang, satpam SPAT menggeledah barang bawaan mereka dan menemukan sebungkus bakpia dan kripik.
Sejak itulah, kata NR, dia dan teman-temannya dituding telah mencuri dengan membawa barang- barang produksi perusahaan tanpa izin. “Bukan hanya bakpia dan kripik yang diberikan karyawan SPAT kepada kami. Tapi juga jamu instan dan beberapa jenis camilan lainnya. Jadi, kami tidak mencurinya,” ujarnya.
Karena tidak dilaporkan ke polisi, NR menduga kasusnya sudah selesai. Namun setelah masuk kembali ke sekolah, ternyata masalah tersebut berlanjut. Rupanya pihak SPAT melaporkan dan mengirimkan barang bukti pencuriannya ke pihak sekolah SMKN 1 Kalianget. ”Yang membuat kami kaget, jumlah barang yang dituduhkan ternyata lebih banyak dari saat penggeledahan. Kenapa kok begini,” tutur NR.
Setelah kejadian tersebut, NR bersama empat orang temannya diminta menandatangani surat pernyataan mengundurkan diri dari sekolah. ”Kami sangat terkejut, padahal saya masih ingin sekolah,” ucap NR sambil tertunduk.
Kepala SMKN 1 Kalianget, Syaiful Rahman, menjelaskan pihaknya tidak mengeluarkan, melainkan meminta baik-baik agar mereka mengundurkan diri. ”Kami mempertimbangkan masa depan mereka. Kalau dikeluarkan mereka tidak bisa sekolah lagi. Tapi kalau mengundurkan diri masih bisa pindah ke sekolah lain," tutur Syaiful Rahman berdalih.
Menurut Syaiful, dalam kasus ini pihaknya percaya pada keterangan pihak SPAT. Sebab berdasarkan berita acara hasil pemeriksaan rutin keamanan perusahaan itu, terdapat 19 item makanan kecil yang akan dibawa pulang siswa. Selain bakpia dan kripik, juga terdapat dodol telo, brownis, mi, dan jamu instan. ”Jika ditotal makanan yang dibawa ke lima siswa senilai Rp 3,5 juta,” katanya.
Bukti lain yang dapat menguatkan adalah pengepakan camilan yang dicuri sudah berbeda dibanding aslinya. ”Jadi packing-nya itu beda. Kalau harusnya isi lima, ini di-packing isi tujuh. Berarti di-packing sendiri oleh anak-anak itu,” kata dia memaparkan.
Atas dasar itulah pihak sekolah menjatuhkan sanksi dengan cara meminta mereka mengundurkan diri. Sanksi tersebut diambil sebagai shock therapy kepada pelaku pencurian dan pembelajaran bagi siswa lain. ”Kami berharap siswa lain tidak meniru perbuatan tak terpuji lima siswa itu,” ucap Syaiful.
MUSTHOFA BISRI
Berita terkait
Sahira Hotels Group Berkolaborasi Tangani Anak Putus Sekolah di Bogor Raya
13 hari lalu
Sahira Hotels Group berkomitmen untuk mendukung program pemenuhan hak anak, terutama dalam hal pendidikan.
Baca SelengkapnyaKabupaten Tangerang Catat 21 Ribu Siswa Putus Sekolah dengan Berbagai Alasan
15 November 2023
puluhan ribu pelajar yang putus sekolah itu merupakan data hingga Oktober 2023.
Baca SelengkapnyaCerita Bayu, Santri yang Ingin Terus Sekolah Demi Jadi Pengusaha dan Guru Ngaji
15 November 2023
Menurut Bayu, bantuan PIP sangat berarti untuk melanjutkan sekolah.
Baca SelengkapnyaUNICEF: Jutaan Anak di Burkina Faso Putus Sekolah karena Dampak Konflik
3 Oktober 2023
Menurut laporan UNICEF, jutaan anak di Burkina Faso putus sekolah karena ketidakamanan yang disebabkan oleh konflik.
Baca SelengkapnyaJajaran Dinas Pendidikan dan Kepala SMA/SMK di Jawa Timur Wajib Jadi Orang Tua Asuh
1 Agustus 2023
Dari program ini, anak putus sekolah dan berasal dari keluarga tidak mampu yang diangkat oleh orang tua asuh bisa sekolah di tingkat SMA/SMK.
Baca Selengkapnya700 Anak SMP di Pandeglang Putus Sekolah, Penyebabnya Bullying Hingga Kekerasan Seksual
29 Juli 2023
Ada banyak faktor yang menyebabkan anak putus sekolah di Pandeglang.
Baca Selengkapnya52 Anak Tidak Sekolah di Kota Magelang Ditangani, Ada karena Faktor Ekonomi Hingga Trauma
9 Juli 2023
Sebanyak 52 anak tidak sekolah (ATS) tersebar di tiga kecamatan dan 17 kelurahan di Kota Magelang.
Baca SelengkapnyaPPDB DKI Disebut Berpotensi Sebabkan Hampir 170 Ribu Anak Putus Sekolah Tahun Ini
21 Juni 2023
Kopaja beberkan persoalan di PPDB DKI dan PPDB Bersama.
Baca Selengkapnya40 Persen Lulusan SMA Ini Tak Sanggup Lanjut Kuliah, Ini yang Dilakukan Sekolah
13 Februari 2023
Data itu dari hasil survei sekolah ke kalangan siswa kelas yang berjumlah 396 orang. Mereka tak lanjut kuliah karena persoalaan biaya.
Baca SelengkapnyaMas Dhito Kembali Kucurkan Bantuan Pendidikan
26 November 2022
Total anggaran yang dikucurkan pada tahap ini lebih dari 3 miliar rupiah.
Baca Selengkapnya