Setelah kembali memeluk Islam, saya ingin berfokus mempelajari Islam lagi dari awal. Karena itu, saya menemui seorang kiai, Pak Mardi Lambe namanya, di Masjid Al-Ikhsan, Jalan Kerinci, Kebayoran, Jakarta Selatan, untuk belajar mengaji. Tapi sekarang Pak Mardi Lambe sudah meninggal. Meski begitu, setiap Jumat saya masih sering ke sana untuk belajar mengaji.
Setiap subuh, saya usahakan salat subuh berjemaah. Saya juga mendirikan organisasi kemasyarakatan bernama Wasilah Subuh (Wadah Silaturahmi Subuh). Kegiatannya adalah salat subuh dan salat Jumat berjemaah. Kemudian dilanjutkan dengan zikir, ceramah, dan minum kopi sambil bertukar informasi. Setiap Ahad, saya juga usahakan salat berjemaah di salah satu masjid atau musala yang ada di Jakarta Timur.
Ada sekitar 200 masjid dan musala di Jakarta Timur yang sudah saya kelilingi setiap Ahad pagi. Kebiasaan itu saya teruskan sampai sekarang. Jadi setiap Ahad subuh saya pasti ada di salah satu masjid atau musala itu. Kadang saya sampai ke Jawa Tengah dan Sumatera untuk menghadiri Wasilah Subuh.
Setelah memeluk agama Islam, saya naik haji dua kali, yaitu pada 1998 dan 2002. Saya juga menjalankan ibadah umrah sampai lima kali. Mungkin hal itulah yang membuat orang-orang menambahkan singkatan HM di depan nama saya. Padahal nama saya hanya Sudomo. Meskipun pernah memeluk agama lain, saya percaya orang yang mengucapkan kalimat syahadat dan menjalankan ibadah dengan sepenuh hati akan suci lagi seperti bayi.
YANDI | CHETA NILAWATI
Bagian I, Sudomo, Laksamana dari Kampung Arab
Bagian II Sudomo, Anak Emas Presiden