Dua anggota kepolisian membeli minuman dari pedagang kaki lima ketika bersiaga di depan Istana Merdeka, Jakarta, Senin (26/3). ANTARA/Zabur Karuru
TEMPO.CO, Jakarta -Panglima Tentara Nasional Indonesia Laksamana Agus Suhartono membantah alasan pelibatan TNI dalam pengamanan aksi unjuk rasa menolak kenaikan harga bahan bakar minyak sebagai pembenaran negara dalam kondisi darurat.
"Loh, itu (yang) jualan tetap ada, kok. Itu (tukang) bakso tetap jalan (berjualan)," kata Agus di kantor Kementerian Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta, Senin 26 Maret 2012. "Nggak, nggak ada keadaan darurat."
Agus mengatakan pelibatan aparat TNI sesuai permintaan kepolisian untuk membantu mengamankan aksi unjuk rasa. "Kalau polisi minta, baru kami lakukan (pengerahan aparat TNI)," ujar dia. Tujuan pengerahan TNI untuk mencegah tindakan anarkisme dalam aksi. "Dengan berkumpulnya massa yang besar, ada potensi melanggar undang-undang, kekerasan, dan lain sebagainya. Kami mencegahnya."
Kondisi tengah memanas akibat rencana pemerintah menaikkan harga BBM per 1 April. Penolakan atas kebijakan itu muncul dari berbagai elemen masyarakat. Hampir setiap hari masyarakat menggelar unjuk rasa menolak kenaikan harga BBM.
Aksi unjuk rasa besok besar-besaran di Jakarta. Diperkirakan sebanyak 8000 pengunjuk rasa akan menggelar aksi di sejumlah titik. Aksi unjuk rasa menolak kenaikan harga BBM sudah berlangsung sejak awal Maret kemarin oleh mahasiswa, aktivis, buruh, dan elemen masyarakat lainnya. Sekitar 30 ribu TNI dan Polri akan mengamankan aksi ini.