TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa akhirnya tergelitik untuk mengomentari negara autopilot. “Tidak ada satu negara pun yang tidak ada pemimpinnya,” kata Hatta Rajasa di Kantornya, Selasa, 17 Januari 2012. Ia menegaskan, semua pemimpin negara pasti bekerja demi kepentingan rakyatnya.
Istilah negara autopilot rame jadi orbolan belakangan ini. Istilah itu dimunculkan oleh beberapa orang untuk merepresentasikan kondisi Indonesia yang dianggap berjalan sendiri tanpa kontribusi dari pemerintah. Pemerintah dianggap gagal untuk mensejahterakan rakyat dalam berbagai bidang.
Beberapa waktu lalu, Yudi Latief dari Reform Institute menuding pemerintah Indonesia lebih sensitif dengan citra diri ketimbang dengan keselamatan negara. Pemerintaah saat ini dianggapnya sebagai rezim yang miskin prestasi. Tak hanya itu, seolah-olah pemerintah tidur dan kehidupan berjalan seperti biasa.
Pernyataan tersebut dilontarkan sehubungan dengan lambannya akselerasi kinerja pemerintahan. Padahal, menurut Yudi, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sering menggelar rapat kabinet. Namun implementasi dari pertemuan-pertemua itu tak terlihat. Karena itu, dia mempertanyakan apakah presiden yang tidak bisa memimpin atau pembantunya yang tidak mau mendengar.
Menurut Hatta, tuduhan semacam itu tak berdasar. “Dengan membuat tudingan semacam itu, sama saja kita mengatakan lurah, camat, bupati, gubernur sampai presiden tidak bekerja,” ungkapnya. Bagi Hatta, itu mustahil. Ia menilai pernyataan tersebut terlalu berlebihan. “Memangnya autopilot itu bisa terbang sendiri? Pasti ada pilotnya juga kan?” kata Hatta.
Hatta menganggap wacana yang digulirkan tadi hanya membuat masyarakat bingung. “Saya sangat tidak setuju dengan opini tersebut,” ungkapnya. “Pesawat terbang saja perlu pilot, apalagi negara?” kata Hatta Rajasa.
SUBKHAN
Berita terkait
6 Tuntutan Aksi Mahasiswa Mei 1998, Reformasi Sudah Selesai?
12 Mei 2023
Para mahasiswa pada aksi unjuk rasa Mei 1998 menyuarakan 6 tuntutan dalam reformasi. Apakah hari ini sudah selesai?
Baca SelengkapnyaKesepakatan dengan IMF Alot, Presiden Kais Saied Sebut Tunisia Bukan untuk Dijual
8 April 2023
Presiden Saied menolak pemaksaan lebih jauh dari IMF karena bisa mengarah pada kemiskinan yang lebih lanjut di Tunisia.
Baca SelengkapnyaPeru Terperosok ke Krisis Politik, Unjuk Rasa Berubah Jadi Kerusuhan
14 Desember 2022
Setidaknya tujuh orang tewas dalam unjuk rasa di Peru akhir pekan lalu saat aksi protes berubah menjadi kerusuhan.
Baca SelengkapnyaKrisis Politik di Myanmar Jadi Sorotan di Pertemuan AMM
5 Agustus 2021
Menteri Luar Negeri RI secara terbuka menyebut isu Myanmar menjadi masalah yang paling banyak di bahas di pertemuan AMM
Baca SelengkapnyaNetanyahu Perkenalkan Kabinet Baru ke Parlemen Israel
18 Mei 2020
PM Netanyahu dan rival politik Benny Gantz membentuk koalisi pemerintahan baru bersatu untuk mengakhiri konflik politik berkepanjangan.
Baca SelengkapnyaKrisis Turki, Bagaimana Dampaknya Terhadap Pasar Modal Indonesia?
13 Agustus 2018
Risiko sistemik dikhawatirkan akan mengakibatkan krisis Turki mempengaruhi IHSG.
Baca SelengkapnyaPerludem Sebut Anak Muda Masih Jadi Penonton Politik
25 Maret 2018
Perludem pun menilai sistem politik yang ada di Indonesia tak ramah bagi anak muda sehingga mereka sulit terjun di dunia politik.
Baca SelengkapnyaJokowi: 6 Bulan Terakhir Kita Buang-buang Energi Tidak Berguna
23 Mei 2017
Presiden Jokowi mengatakan, 6-8 bulan ini, energi dihabiskan untuk banyak hal tidak berguna, saling hujat, berdebat, dan membuat suhu politik memanas.
Baca SelengkapnyaSBY: Jika Hanya Pentingkan Stabilitas Politik, Hati-hati
8 Februari 2017
SBY mengatakan pemerintah harus berhati-hati jika negara hanya menekankan aspek stabilitas politik.
Baca SelengkapnyaAnalis Politik: Situasi Memanas, Jokowi Harus Lakukan Ini
2 Februari 2017
Pertarungan Joko Widodo adalah kepada siapa saja yang berdiri di seberang kepentingan negara dan bangsa.
Baca Selengkapnya