Alasan Golkar 'Ngotot' Soal Ambang Batas Parlemen  

Reporter

Editor

Minggu, 6 November 2011 11:19 WIB

Idrus Marham. TEMPO/Hariandi Hafid

TEMPO Interaktif, Jakarta - Sekretaris Jenderal Partai Golkar Idrus Marham mengatakan pelaksanaan ambang batas parlemen sudah saatnya dinaikkan menjadi 4 hingga 5 persen. Apalagi bagi Partai Golkar, periode sekarang sudah dicanangkan sebagai periode penataan kebangsaan, termasuk melalui sistem politik berdasarkan konstitusi.

Bahkan dengan tegas Idrus mengkritisi adanya wacana beberapa partai untuk membentuk poros tengah. "Mestinya yang dibangun adalah poros bangsa sehingga kembali pada konstitusi yang mensyaratkan adanya sistem presidensial," kata Idrus di kantor Dewan Pimpinan Pusat Golkar usai mengikuti salat Idul Adha, Ahad, 6 November 2011.

Dalam mencapai sistem presidensial ini, kata Idrus, seharusnya dibangun tanpa mementingkan kelompok. "Kalau masih ada poros lain, maka boleh jadi itu bagian cara kita untuk tidak melaksanakan konstitusi," ujarnya.

Menurut Idrus, konstitusi telah dengan tegas mensyaratkan adanya sistem presidensial. Untuk mencapainya, maka yang perlu dilakukan adalah penyederhanaan sistem kepartaian melalui pengaturan ambang batas parlemen.

Menurut Idrus, selama ini Partai Golkar tidak sembarang "ngotot". Golkar hanya ngotot untuk membangun sistem presidensial yang diisyaratkan oleh konstitusi. "Jadi, jangan lagi bicara soal lima persen karena keinginan kita adalah membangun poros bangsa."

Terhadap partai kecil, menurut Idrus, angka ambang batas parlemen antara 4 hingga 5 persen tidak serta-merta mematikan partai kecil. Dia juga tidak meminta partai kecil untuk bergabung dengan partai besar. "Jangan ikut ke atas, tetapi ikut saja aturan, dan UU sudah mengatur sistem presidensial."

Menurut dia, pelaksanaan sistem presidensial melalui penyederhanaan partai di parlemen sudah seharusnya dilakukan. Bahkan setelah reformasi bergulir selalu tertunda. "Sampai kapan kita maju, sudah terlalu lama kita membiarkan sistem berjalan jauh dari pelaksanaan sistem presidensial."

Mengenai adanya potensi peningkatan suara hilang, menurut dia, akan bisa teratasi dengan penguatan internal partai. Untuk partai kecil, Idrus menyebutkan ada banyak alternatif pilihan untuk tetap eksis.

Misalnya dengan menggabungkan diri atau tetap menjadi partai politik sesuai yang sudah diatur Undang-Undang Parpol. "Parpol juga bisa berjuang di luar dan susahnya karena selama ini paradigmanya selalu ingin ada di parlemen."

Penyederhanaan partai sendiri sangat perlu dilakukan agar lembaga pengambil kebijakan lebih produktif. Dengan sedikitnya partai di parlemen, dia yakin pengambilan keputusan akan berjalan lebih efektif dan efisien. "Semakin sederhana, maka pemerintahan akan cenderung lebih efektif dan efisien."

Dalam pembahasan ambang batas parlemen ini, partai besar seperti Demokrat, Golkar, dan PDIP sepakat angkanya dinaikkan menjadi 4-5 persen. Sedangkan partai menengah seperti PKB, PPP, Hanura, dan Gerindra mengusulkan angkanya maksimal 3 persen. Karena partai besar dianggap ngotot, beberapa partai kecil pendukung koalisi kemudian berkeinginan untuk membentuk poros tengah.

IRA GUSLINA

Berita terkait

Gibran Hadiri Halalbihalal Golkar Solo

6 hari lalu

Gibran Hadiri Halalbihalal Golkar Solo

"Ya semuanya teman, halalbihalal yo ditekani kabeh (ya didatangi semua)," ujar Gibran.

Baca Selengkapnya

Momen Idul Fitri Keluarga Jokowi ke Medan: Buat Amankan Peluang Bobby Nasution?

16 hari lalu

Momen Idul Fitri Keluarga Jokowi ke Medan: Buat Amankan Peluang Bobby Nasution?

Setelah hari pertama Idul Fitri di Jakarta, Jokowi terbang ke Medan untuk merayakan hari ke-2 Lebaran. Buat amankan tiket Bobby Nasution ke Pilgub?

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Pilkada 2024 Jadi Batu Loncatan Golkar untuk Pemilu 2029

24 hari lalu

Pengamat Sebut Pilkada 2024 Jadi Batu Loncatan Golkar untuk Pemilu 2029

Ujang pun menyampaikan bahwa para tokoh itu memiliki modal yang cukup untuk dikatakan sebagai calon unggulan di Pilkada 2024.

Baca Selengkapnya

Airlangga Klaim Didukung Seluruh DPD untuk Jadi Ketum Golkar Lagi

25 hari lalu

Airlangga Klaim Didukung Seluruh DPD untuk Jadi Ketum Golkar Lagi

Menurut Airlangga, dukungan dari ormas merupakan salah satu kunci agar dirinya dapat kembali terpilih untuk menjadi Ketua Umum Partai Golkar.

Baca Selengkapnya

Airlangga Bicara Peluang Aklamasi Pemilihan Ketua Umum di Munas Golkar

26 hari lalu

Airlangga Bicara Peluang Aklamasi Pemilihan Ketua Umum di Munas Golkar

Airlangga menyatakan dukungan itu merupakan amanah yang harus dijaga.

Baca Selengkapnya

Airlangga Targetkan Partai Golkar Menang 60 Persen di Pilkada 2024

26 hari lalu

Airlangga Targetkan Partai Golkar Menang 60 Persen di Pilkada 2024

Ketua Umum Golkar menargetkan partainya mampu menang lebih dari 50 persen dalam kontestasi Pilkada 2024.

Baca Selengkapnya

Disebut Sempat Ingin Rebut Kursi Ketua Umum PDIP, Apa Tanggapan Presiden Jokowi?

29 hari lalu

Disebut Sempat Ingin Rebut Kursi Ketua Umum PDIP, Apa Tanggapan Presiden Jokowi?

Presiden Jokowi membantah dirinya sempat ingin merebut posisi Ketua Umum Partai Golkar maupun Ketua Umum PDI Perjuangan.

Baca Selengkapnya

Prabowo Ingin Bentuk Kepemimpinan Kolegial Terdiri dari Para Sahabat

35 hari lalu

Prabowo Ingin Bentuk Kepemimpinan Kolegial Terdiri dari Para Sahabat

Menurut Prabowo, keinginan itu bisa dilakukan bila ada dukungan untuk memberi nasihat. Prabowo meminta Golkar mendukungnya membangun pemerintahan.

Baca Selengkapnya

Prabowo Sebut Golkar Punya Peran Besar di Pilpres 2024

35 hari lalu

Prabowo Sebut Golkar Punya Peran Besar di Pilpres 2024

Prabowo meminta maaf karena belum sempat mendatangi semua kader-kader Golkar di daerah dalam tahapan kampanye pemilu.

Baca Selengkapnya

Partai Golkar Menang di Sumut, Peran Musa Rajekshah Disorot

41 hari lalu

Partai Golkar Menang di Sumut, Peran Musa Rajekshah Disorot

Partai Golkar dan kadernya mengambil langkah tepat memilih Ijeck

Baca Selengkapnya