TEMPO Interaktif, Lhokseumawe:Penyebab tewasnya tiga remaja warga Nisam, Aceh Utara oleh tewas ledakan tabung yang diduga kuat sebagai bom rakitan, masih simpang siur. Aparat keamanan menduga ketiganya ingin meletakkan bom itu di depan bekas kantor Kecamatan Nisam, namun keburu meledak. Namun informasi lain menyebut, mereka tidak mengetahui jika benda tersebut bom, sehingga sempat dipegang-pegang. Ledakan itu sendiri terjadi Jum'at (21/2) sekitar pukul 16.30 WIB. Mulyadi Rusli (18 tahun), warga Desa Meunasah Gampong Barat Beunot dan Faisal Hamdansyah (16) serta Junaidi (16), keduanya warga Desa Meuncat, langsung tewas dengan luka yang cukup dalam di sekujur tubuhnya. Wakil juru bicara Komando Operasi TNI di Aceh Mayor (Laut) Eddi Fernandi, Sabtu (22/2) mengakui pihaknya telah mendapat informasi menyangkut insiden yang terjadi di Desa Siren, Kecamatan Nisam, sekitar 30 kilometer arah selatan Lhokseumawe. Dugaan sementara, katanya, ketiga remaja tersebut ingin meletakkan bom di depan kantor Camat yang beberapa waktu lalu dibakar warga. Tapi itu baru dugaan. Kami akan menunggu hasil dari penyelidikan lebih lanjut oleh pihak kepolisian. Karena ini sifatnya kriminal," kata Mayor Eddi. Bekas kantor Camat itu sendiri terletak sekitar 100 meter dari pos aparat. Juru bicara Polda Nanggroe Aceh Darussalam AKBP Sayed Husaini juga membantah tuduhan bahwa bahan peledak berjenis tabung pelontar, tersebut milik TNI atau Polri. Tidak ada bahan peledak milik aparat keamanan yang tercecer di jalan atau perkampungan penduduk," tegasnya. Kelompok Gerakan Aceh Merdeka (GAM) juga membantah memiliki bahan peledak tersebut. Pernyataan ini disampaikan juru bicara sayap militer GAM Wilayah Pase, Jamaika. GAM tidak akan pernah melakukan tindakan yang dapat mencabik-cabik perdamaian yang telah disepakati pada 9 Desember lalu," katanya. Jamaika meminta Joint Security Committee (JSC) untuk segera anggotanya guna melakukan investigasi atas kepemilikan bahan peledak yang menewaskan tiga remata tersebut.(Zainal BakriTempo News Room).