PRD dan A2PS Demo Tolak Kenaikan Harga BBM, Listrik dan Telepon

Reporter

Editor

Jumat, 11 Juli 2003 17:11 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta:Sedikitnya 100 orang massa Partai Rakyat Demokrasi (PRD) dan Aliansi Anti Pencabutan Subsidi (A2PS) berunjuk rasa menolak kenaikan bahan bakar minyak (BBM), tarif dasar listrik (TDL) dan tarif telepon di depan Istana Negara Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta, Senin (7/1) siang. Mereka mengancam akan menggulirkan aksi semacam ini secara besar-besaran pada 15 Januari nanti apabila pemerintah tidak memperhatikan tuntutan mereka. Dua kelompok demonstran ini, secara bersusulan tiba di tempat itu sejak pukul 11.00 WIB. A2PS tiba lebih dahulu dengan massa kurang lebih 20 orang, disusul 15 menit kemudian massa partai berlambang gerigi roda dan bintang yang berjumlah 80 orang. Mereka langsung menggelar spanduk maupun poster. Satu spanduk A2PS bertuliskan: “Tolak Kenaikan BBM. Subsidi Sengsarakan Rakyat.” Sementara itu PRD menggelar dua spanduk bernada sama, “Bukan Pemerintahan Megawati, Bukan IMF, Bukan Orde Baru, dan Bukan TNI. Tapi Pemerintahan Rakyat Miskin”. Hingga pukul 12.00 aksi itu masih berlangsung dan rencananya akan dilanjutkan ke Bundaran Hotel Indonesia (HI). Di depan Istana berkali-kali mereka meminta Pemerintahan Megawati memperhatikan rakyat kecil. Suasana aksi unjuk rasa cukup aman, aparat kepolisian yang menjaga hanya terlihat 15 orang dari Kepolisian Sektor Gambir. “Solusi kenaikan BBM perlu menurunkan gaji pejabat negara sesuai Upah Minimum Provinsi, hukum juga harus ditegakkan bagi para koruptor” ujar Agus Nugroho, Humas A2PS, sambil memegang corong megaphone, di depan kawan-kawannya. Aksi yang dinyatakannya sebagai aksi delegasi akan dilanjutkan dengan kampanye di terminal-terminal agar rakyat turun ke jalan. Pernyataaan Nugroho mendapat dukungan dari Sekjen KPP PRD (Komisi Pimpinan Pusat Partai Rakyat Demokrasi), Natalia Vcholastika dan Ketua Front Nasional Persatuan Buruh Indonesia (FNPBI), Dita Indah Sari, yang mengikuti aksi tersebut. Dita dalam orasinya mengatakan, kebijakan pemerintah bertentangan dengan kondisi masyarakatnya. “Kebijakan pemerintah lebih cenderung mengikuti IMF (International Monetary Fund-red). Karena itu, perlu digantikan oleh pemerintahan yang memihak rakyat,” ujar tokoh buruh asal Jawa Timur itu. Di tempat yang sama, Natalia, ikut menegaskan pernyataan sikap bahwa simbol slogan kerakyatan pemerintah hanyalah sebatas kedok semata. Kebijakannya cenderung menguntungkan para birokrat dan IMF. “Menko Perekonomian (Dorodjatun Koetjorojakti-red) adalah ‘mafia Berkeley’ yang cenderung kebijakannya memihak IMF,” ujarnya sambil menambahkan bahwa PRD menghendaki pemerintah juga memperhatikan kesejahteraan rakyat yang dirincikan dalam 18 poin. Ke-18 poin tersebut antara lain kembalikan kesejahteraan rakyat, tolak sistem kerja kontrak, tolak privatisasi BUMN dan sektor publik lainnya, transformasikan teknologi dalam bentuk hibah tanpa syarat, tolak liberalisasi perdagangan dan penjualan aset-aset negara. Mereka juga menuntut mempekerjakan semua rakyat, termasuk persoalan pendidikan yang merata serta menolak Rancangan Undang-undang (RUU) Perselihan Hubungan Industrial. (E. Karel Dewanto-Tempo News Room)

Berita terkait

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

7 menit lalu

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

Komisi Urusan Intenet Pusat Cina telah memulai kampanye nasional selama dua bulan untuk melarang tautan ilegal dari sumber eksternal di berbagai media

Baca Selengkapnya

Update Harga Tiket dan Jadwal Kapal Feri Batam - Singapura Mei 2024

19 menit lalu

Update Harga Tiket dan Jadwal Kapal Feri Batam - Singapura Mei 2024

Perjalanan dari Batam ke Singapura dengan kapal feri hanya butuh waktu sekitar 1 jam. Simak harga tiketnya.

Baca Selengkapnya

Akui Dapat Tawaran Menteri, Khofifah Pilih Maju Jadi Gubernur Jatim lagi

19 menit lalu

Akui Dapat Tawaran Menteri, Khofifah Pilih Maju Jadi Gubernur Jatim lagi

Khofifah menyatakan bakal kembali maju menjadi calon Gubernur Jawa Timur di Pilkada 2024.

Baca Selengkapnya

Ulas Putusan MK Soal Sengketa Pilpres, Pakar Khawatir Hukum Ketinggalan dari Perkembangan Masyarakat

23 menit lalu

Ulas Putusan MK Soal Sengketa Pilpres, Pakar Khawatir Hukum Ketinggalan dari Perkembangan Masyarakat

Ni'matul Huda, menilai pernyataan hakim MK Arsul Sani soal dalil politisasi bansos tak dapat dibuktikan tak bisa diterima.

Baca Selengkapnya

TKN Pastikan Kabinet Prabowo-Gibran Berkomposisi Proporsional

32 menit lalu

TKN Pastikan Kabinet Prabowo-Gibran Berkomposisi Proporsional

Kabinet pemerintahan Prabowo-Gibran akan dikomposisikan secara proporsional.

Baca Selengkapnya

Deretan 4 Ponsel yang Akan Rilis Bulan Ini

37 menit lalu

Deretan 4 Ponsel yang Akan Rilis Bulan Ini

Setidaknya ada 4 ponsel baru yang diprediksi diluncurkan bulan ini, mulai dari Realme GT Neo 6 hingga Meizu Note 21.

Baca Selengkapnya

BI: Inflasi di Jawa Tengah Turun setelah Idul Fitri, Berapa?

38 menit lalu

BI: Inflasi di Jawa Tengah Turun setelah Idul Fitri, Berapa?

Daerah dengan catatan inflasi terendah di Jawa Tengah adalah Kabupaten Rembang yaitu 0,02 persen.

Baca Selengkapnya

Kominfo Jamin Keamanan Siber saat Penyelenggaraan World Water Forum di Bali

38 menit lalu

Kominfo Jamin Keamanan Siber saat Penyelenggaraan World Water Forum di Bali

Kominfo menggandeng BSSN untuk menjaga keamanan siber selama penyelenggaraan World Water Forum ke-10 di Bali

Baca Selengkapnya

Dana Pembangunan Masjid di Cakung Diduga Dilarikan Kontraktor, Warga Pilih Diam Tak Mau Ikut Campur

41 menit lalu

Dana Pembangunan Masjid di Cakung Diduga Dilarikan Kontraktor, Warga Pilih Diam Tak Mau Ikut Campur

Dana pembangunan Masjid Al Barkah di Cakung diduga dilarikan oleh kontraktor. Warga geram sekaligus pasrah, tak mau campur tangan.

Baca Selengkapnya

Anak Pemimpin Sudan Tewas dalam Kecelakaan di Turki

43 menit lalu

Anak Pemimpin Sudan Tewas dalam Kecelakaan di Turki

Anak panglima militer dan pemimpin de facto Sudan meninggal di rumah sakit setelah kecelakaan lalu lintas di Turki.

Baca Selengkapnya