Sufyan tiga kali terkena tembakan, yaitu di jidat, leher, dan bahu tulang selangkang kanan. Menurut Bahtiar, dosen Unasman yang juga rekan korban, peluru mengenai leher kiri korban, hingga diduga tembus masuk ke tulang.
“Hasil foto menunjukkan peluru ada di bagian tengah belakang leher,” katanya yang ditemui di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo, dini hari tadi.
Askar, keluarga korban, membeberkan dari hasil foto rontgen yang dilihatnya, peluru yang bersarang di leher korban agak panjang. Kuat dugaan itu adalah peluru tajam, tapi dia tidak dapat memastikannya.
"Setelah operasi baru diketahui apa benar atau bukan," katanya pagi ini. Sampai pukul 10.00 Wita, Sufyan belum dioperasi.
Korban terkena tembakan pada saat mahasiswa bentrok dengan polisi. Bahtiar berada di samping korban ketika insiden tersebut berlangsung. “Pada saat terkena tembakan, korban langsung terjatuh,” ujarnya. Dia kemudian menolongnya dan melarikan ke rumah sakit.
Bentrokan ini menyebabkan juga tiga mahasiswa tertembak bernama Firdaus, Ilham, dan Ibrahim. Serta seorang petugas keamanan kampus bernama Jaka. Belasan mahasiswa dan polisi juga mengalami luka karena lemparan batu.
Inspektur Jenderal Johny Waenal Usman, Kepala Kepolisian Daerah Sulawesi Selatan dan Barat sehari sebelumnya membenarkan jika personel polisi menggunakan peluru tajam dan peluru karet. Tapi dia belum dapat memastikan peluru yang mengenai korban adalah peluru tajam atau bukan.
Bentrokan antara mahasiswa dan polisi bermula dari rencana eksekusi kampus oleh Pengadilan Negeri Polewali Mandar. Gedung dan lokasi kampus disengketakan antara kubu Darul Dakwah Wal Irsyad pimpinan Professor Muis Khabri, dan universitas.
Pengadilan memenangkan kubu Darul Dakwah. Namun mahasiswa menolak eksekusi tersebut. Karena bentrokan, pengadilan gagal membacakan putusan pengadilan.
RUSMAN PARAQBUEQ