Putri Sultan Bima Minta Status Kekhususan  

Reporter

Editor

Selasa, 30 November 2010 09:57 WIB

TEMPO Interaktif, Mataram - Putri Sultan Bima Siti Maryam Rachmad meminta pemerintah memberikan status kekhususan kepada kesultanan Bima. Kekhususannya diserahkan kepada pemerintah karena kawatir menimbulkan keributan daerah lain yang menuntut kesamaan status.

Maryam Rachmad yang bergelar Ina Ka’u di Kesultanan Bima menyebutkan, kekhususan tersebut juga telah menjadi pembicaraan peserta Festival Keraton Nusantara yang berlangsung di Palembang, 26-28 Nopember 2010.

Kekhususan yang dimaksud, kata dia, bukan sebagai kerajaan karena sulit untuk mengatur kelengkapannya. Namun, yang dimintanya adalah fasilitas seperti pengembalian kekayaan berupa tanah swapraja yang telah diambil oleh negara menjadi tanah milik pemerintah kabupaten.

“Kami serahkan kepada pemerintah. Harus dikaji secara mendalam,’’ kata Maryam Rachmad, 83 tahun, kepada Tempo, Selasa (30/11-2010) pagi. Maryam Rachmad adalah putri Sultan Muhammad Salahuddin.

Kesultanan Bima juga memiliki sumbangan memperjuangkan berdirinya Republik Indonesia, adalah termasuk kerajaan yang diakui kedaulatannya oleh Belanda, tidak dijajah dalam arti pemerintahannya dijalankan sendiri. Pemerintah Belanda hanya menempatkan seorang wakilnya sebagai Asisten Residen.

Menurut Maryam yang bergelar doktor filologi Universitas Padjadjaran setelah menjadi wisudawan tertua, 23 November lalu, dari ribuan hektar tanah kesultanan Bima tersisa 200an hektar yang masih dikuasai Yayasan Istana Sultan Salahuddin Bima.

Tanah lainnya, tersebar di seluruh kecamatan di Bima dan kini dikuasai oleh penduduk. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1957 tentang pokok-pokok pemerintahan daerah, kata Maryam, seluruh kerajaan dihapus diganti kabupaten. “Jadi tidak ada pemerintahan raja,’’ ujarnya.

Maryam pernah menjabat Asisten Sekretaris Daerah Nusa Tenggara Barat dan pernah menjadi anggota MPR RI 1987-1992, serta anggota DPR RI 1992-1997. Sekarang, ia menjadi Ketua Umum Komite Pembentukan Provinsi Pulau Sumbawa , sebuah komisi untuk memperjuangkan provinsi baru yang terpisah dari Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Kesultanan Bima semula adalah kerajaan yang terletak di Bima di pulau Sumbawa Nusa Tenggara Barat. Perubahan tersebut setelah Raja XXVII yang bergelar Ruma Ta Ma Bata Wadu setelah memeluk Islam sejak Tahun 1640 dan berganti nama Sultan Abdul Kahir sebagai Sultan Bima I.

Sejak 2005, Kabupaten Bima dipimpin oleh Ferry Zulkarnain bergelar Jena Teke. Ferry adalah anak dari Sultan Bima ke-14 yang juga bernama Abdul Kahir atau cucu dari Sultan Bima ke-13 Muhammad Salahuddin. Hingga kini Ferry tetap menjabat sebagai bupati Bima setelah terpilih untuk kedua kalinya dalam Pilkada 2010.

SUPRIYANTHO KHAFID

Berita terkait

DPR Evaluasi Penyelenggaraan Pemilu 2024 pada 15 Mei, KPU Siapkan Ini

4 menit lalu

DPR Evaluasi Penyelenggaraan Pemilu 2024 pada 15 Mei, KPU Siapkan Ini

Komisi II DPR juga akan mengonfirmasi isu yang menerpa Ketua KPU Hasyim Asy'ari.

Baca Selengkapnya

Kemendikbud: Penerima KIP Kuliah Boleh Bekerja Jadi Reseller Hingga Youtuber

15 menit lalu

Kemendikbud: Penerima KIP Kuliah Boleh Bekerja Jadi Reseller Hingga Youtuber

Sebelumnya viral sejumlah mahasiswa penerima KIP Kuliah di Universitas Diponegoro atau Undip yang diduga melakukan penyalahgunaan bantuan.

Baca Selengkapnya

Kereta Cepat Whoosh Buka 48 Perjalanan per Hari, Tarif Mulai 150 Ribu

19 menit lalu

Kereta Cepat Whoosh Buka 48 Perjalanan per Hari, Tarif Mulai 150 Ribu

Beroperasinya 48 perjalanan harian Whoosh didasarkan pada hasil evaluasi periode sebelumnya yang menunjukan kebutuhan penambahan perjalanan reguler.

Baca Selengkapnya

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

21 menit lalu

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Pejabat senior Hamas mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya menggagalkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

Relawan Jokowi Imbau PDIP Tak Cari Kambing Hitam Setelah Ganjar-Mahfud Kalah Pilpres

31 menit lalu

Relawan Jokowi Imbau PDIP Tak Cari Kambing Hitam Setelah Ganjar-Mahfud Kalah Pilpres

Panel Barus, mengatakan setelah Ganjar-Mahfud meraih suara paling rendah, PDIP cenderung menyalahkan Jokowi atas hal tersebut.

Baca Selengkapnya

Kopassus dan Brimob Buru Kelompok TPNPB-OPM Setelah Bunuh Warga Sipil dan Bakar SD Inpres di Papua

38 menit lalu

Kopassus dan Brimob Buru Kelompok TPNPB-OPM Setelah Bunuh Warga Sipil dan Bakar SD Inpres di Papua

Aparat gabungan TNI-Polri kembali memburu kelompok TPNPB-OPM setelah mereka menembak warga sipil dan membakar SD Inpres di Intan Jaya Papua.

Baca Selengkapnya

Pencapaian Lagu Seven Jungkook BTS

44 menit lalu

Pencapaian Lagu Seven Jungkook BTS

Lagu Seven dari Jungkook BTS menduduki peringkat teratas dalam daftar The Hottest Hits Outside the US yang dirilis oleh Billboard, pekan ini

Baca Selengkapnya

Komang Ayu Cahya Dewi Menang, Indonesia Melangkah ke Final Piala Uber 2024

50 menit lalu

Komang Ayu Cahya Dewi Menang, Indonesia Melangkah ke Final Piala Uber 2024

Komang Ayu Cahya Dewi memetik kemenangan atas wakil Korea, Kim Min Sun, dalam laga penentuan babak semifinal Piala Uber 2024. Berikut rekapnya.

Baca Selengkapnya

Sosialisasi Empat Pilar MPR, Bamsoet Ingatkan Sisi Gelap Kemajuan Teknologi

58 menit lalu

Sosialisasi Empat Pilar MPR, Bamsoet Ingatkan Sisi Gelap Kemajuan Teknologi

Hasil survei Digital Civility Index oleh Microsoft tahun 2020, menempatkan Indonesia sebagai negara yang paling 'tidak sopan' di kawasan Asia Tenggara.

Baca Selengkapnya

Ayah di Bekasi Hantam Anak dengan Linggis Hingga Tewas Gara-gara Cekcok Urusan Menantu

1 jam lalu

Ayah di Bekasi Hantam Anak dengan Linggis Hingga Tewas Gara-gara Cekcok Urusan Menantu

Keributan antara bapak dan anak di Bekasi ini dipicu urusan menantu, atau istri dari korban. Si anak minta ayannya mencari keberadaan sang istri.

Baca Selengkapnya