DPR Temukan Indikasi KKN Bantuan Beras Rp320 Miliar ke Kuba

Reporter

Editor

Selasa, 22 Juli 2003 16:50 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta:Kasus bantuan utang berupa beras untuk rakyat Kuba senilai US$32 juta (Rp320 miliar) ditengarai berbau KKN dan melibatkan nama mantan Kabulog Bustanil Arifin perlu diusut tuntas oleh aparat yang berwenang. Demikian temuan delegasi DPR-RI yang dipimpin Wakil Ketua DPR AM Fatwa. Fatwa yang bersama-sama dengan Tjahjo Kumolo (PDIP), Ali Masykur Musa (PKB) dan Abdul Kadir Ismail (PPP) bertemu dengan sejumlah anggota parlemen dan pejabat Kuba di Havana, Jumat (Sabtu di Indonesia), mengatakan akan melaporkan hasil temuannya itu kepada Presiden Megawati Soekarnoputeri dan Komisi-Komisi DPR terkait. "Kasus bantuan beras untuk Kuba yang diberikan tahun 1992 itu berliku-liku dan ada alasan untuk menimbulkan kesulitan pengembaliannya. Proses pemberiannyapun sangat mencurigakan," kata Fatwa menegaskan. Bersama rekan-rekannya, Fatwa mempertanyakan pembayaran utang beras itu kepada tiga Wakil Menteri Kuba yang ditemui delegasi DPR, Jumat silam. Kecurigaan itu, misalnya, mengapa bantuan utang beras yang mestinya diproses lewat jalur pemerintah ke pemerintah (G to G) dilaksanakan oleh PT Berdikari di Hongkong yang salah satu pengelolanya masih keluarga mantan Kabulog. "Anehnya lagi, atas dasar apa PT Berdikari memberikan penjadwalan pembayaran utang beras Kuba itu sehingga jatuh temponya baru terjadi 13 tahun kemudian? Padahal, pemerintah Indonesia, khususnya Bulog, sangat membutuhkan uang itu segera untuk membantu korban banjir," kata politisi dari Partai Amanat Nasional (PAN) itu. Sementara itu, Dubes RI di Kuba, Haridadi Sudjono, menjelaskan, pada tahun 1992, kepada Kuba yang sedang menghadapi kesulitan ekonomi, pemerintah Indonesia memberikan bantuan pengiriman beras senilai 30 juta dlar (setara Rp 300 milyar).Kuba pernah membayar sedikit utang tersebut, yang kini tinggal 28 juta dolar. "Setelah itu macet," katanya. Sewaku delegasi DPR menagih utang tersebut, menurut Haridadi, para pejabat Kuba mengakui adanya utang tersebut, namun mereka tidak sanggup untuk membayar karena tidak punya uang. Lagipula, utang tersebut beserta bunganya telah dijadwalkan ulang pembayarannya pada Agustus 2001 lalu sehingga ditunda 13 tahun kemudian. Menurut pihak Pemerintah Kuba, kata Haridadi, urusan utang itu bukan urusan pemerintah karena transaksi dilakukan oleh pihak perusahaan Alimport Kuba dengan PT Berdikari di Hongkong."Jadi itu bukan urusannya Bulog, tapi PT Berdikari di Hongkong," kata Dubes yang ditempatkan di Havana sejak Oktober 1999 itu. Haridadi setuju jika pihak Berdikari dipanggil dan diminta pertanggungjawabannya. "Paling tidak, harus jelas asal usulnya, mengapa sampai begitu. Mereka harus bertanggungjawab," katanya. Seusai menemui para pejabat Kuba, delegasi DPR diundang Haridadi menghadiri jamuan makan bersama warga Indonesia di kediamannya, Wisma Duta,di kawasan elite Cubanacan. Berbeda dengan pertemuan delegasi DPR RI dengan warga Indonesia dan Tokyo yang didominasi para mahasiswa serta profesional, temu muka di Havana ini hanya dihadiri sekitar 30-an warga. Mereka terdiri dari keluarga dutabesar, staf kedutaan dan lima orang Indonesia yang sudah puluhan tahun hidup sebagai pelarian politik. Sebagian dari mereka adalah Gunardito (ahli metalurgi), Widodo Suwardjo (peneliti metalurgi), Salim (profesor bidang pengajaran bahasa Inggris), dan Ahmad Sungkawa Supraja (master bidang ekonomi). Rata-rata mereka sudah di atas 30 tahun berdiam di Kuba."Kami baru kembali ke Indonesia tahun silam, setelah 30 tahun lebih berada di Kuba," ujar Gunardito kepada Tempo News Room. Sejak jatuhnya rezim Orde Lama dan naiknya rezim Orde Baru pimpinan Suharto, sebagian warga Indonesia ini yang tengah berada di Kuba dicabut paspornya dan mereka tak bisa kembali lagi ke Indonesia. Namun di pemerintahan Kuba, mereka mendapat pekerjaan dan posisi yang layak, antara lain sebagai profesor di universitas, ahli dan peneliti bidang metalurgi. Supraja, misalnya, lulus sebagai master ekonomi dari Sekolah Tinggi Ekonomi Praha pada 1969. Da tidak pernah memperpanjang paspornya sejak pecah peristiwa G 30 S/PKI. "Paspor saya tidak pernah dicabut, tapi tidak diperpanjang. Saya kemudian pernah mencobanya di Konsulat RI di Mexico City pada 1992. Tak pernah ada jawaban, jadi saya tak pernah mencoba lagi," ujarnya. Pada Januari 2001, Supraja kembali ke Indonesia untuk pertama kalinya setelah hampir 30 tahun berada di Kuba. Dalam pertemuan di Wisma Duta, para mantan pelarian politik ini mempertanyakan nasib mereka yang belum berhasil juga memiliki paspor Indonesia kendati Indonesia sudah memiliki tiga presiden sejak jatuhnya rezim Soeharto. Menjawab pertanyaan Salim yang mewakili rekan-rekannya, Fatwa menyarankan mereka membuat surat dan menitipkannya kepada delegasi DPR RI yang akan kembali ke Indonesia pada Minggu 10 Februari." Kami akan menyampaikan surat-surat Anda sekalian ke Ibu Presiden Megawati," kata Fatwa. (Hermien Y. Kleden)

Berita terkait

Konservasi Indonesia Luncurkan Pembangunan BIRU, Apa Itu?

4 menit lalu

Konservasi Indonesia Luncurkan Pembangunan BIRU, Apa Itu?

Konservasi Indonesia mengatakan BIRU menjadi wujud awal dari kolaborsi multi pihak yang dapat menghubungkan konsumen dengan upaya konservasi melalui pendanaan yang inovatif.

Baca Selengkapnya

Diet Mediterania Bantu Turunan Kecemasan dan Stres pada Lansia

6 menit lalu

Diet Mediterania Bantu Turunan Kecemasan dan Stres pada Lansia

Studi menyebutkan diet mediterania tidak hanya promosikan kesehatan fisik, namun juga turunkan kecemasan pada lansia.

Baca Selengkapnya

Pemberontak Myanmar Rebut Wilayah Rakhine yang Dihuni Etnis Rohingya

7 menit lalu

Pemberontak Myanmar Rebut Wilayah Rakhine yang Dihuni Etnis Rohingya

Pemberontak Arakan Army menguasai wilayah Rakhine yang banyak dihuni warga Rohingya di Myanmar. Mereka membantah menargetkan Rohingya.

Baca Selengkapnya

Ikhtiar Menjaga Air

8 menit lalu

Ikhtiar Menjaga Air

Sejumlah komunitas terus berikhtiar menyelamatkan sungai dari pencemaran hingga merawat mata air. Bagaimana kisah mereka?

Baca Selengkapnya

Indonesia dan Vietnam Perkuat Kerjasama Teknologi Pertanian Lahan Rawa

8 menit lalu

Indonesia dan Vietnam Perkuat Kerjasama Teknologi Pertanian Lahan Rawa

Pertemuan ini bertujuan memperkuat kerjasama di sektor pertanian antara Indonesia dan Vietnam, terutama dalam pengembangan teknologi lahan rawa.

Baca Selengkapnya

Kronologi Pembunuhan Warga Sipil di Intan Jaya yang Diduga Dibunuh KKB

10 menit lalu

Kronologi Pembunuhan Warga Sipil di Intan Jaya yang Diduga Dibunuh KKB

Lokasi pembunuhan Boki Ugipa berada di wilayah Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Lewis Kogoya.

Baca Selengkapnya

Manfaat Latihan Burpee, Apa Saja?

12 menit lalu

Manfaat Latihan Burpee, Apa Saja?

Latihan burpee menggabungkan beberapa gerakan berbeda yang dilakukan berturut-turut, yaitu melompat, jongkok, posisi plank, dan push-up

Baca Selengkapnya

DPR Dikabarkan Akan Godok Lagi Revisi UU TNI, Imparsial Khawatir Dwifungsi ABRI Kembali

15 menit lalu

DPR Dikabarkan Akan Godok Lagi Revisi UU TNI, Imparsial Khawatir Dwifungsi ABRI Kembali

Rencana revisi UU TNI menuai kritik karena dianggap dapat mengembalikan dwifungsi ABRI seperti pada era Orde Baru.

Baca Selengkapnya

Hasil Proliga 2024: Kalahkan Gresik Petrokimia, Popsivo Jaga Catatan Tak Terkalahkan

19 menit lalu

Hasil Proliga 2024: Kalahkan Gresik Petrokimia, Popsivo Jaga Catatan Tak Terkalahkan

Hasil Proliga 2024 hari ini: Jakarta Popsivo kalahkan Gresik Petrokimia, jaga catatan tak terkalahkan.

Baca Selengkapnya

Seperti Apa Rumah Penguasa Dubai di Masa Lalu? Inilah Al Maktoum Residence di Al Shindagha Museum

23 menit lalu

Seperti Apa Rumah Penguasa Dubai di Masa Lalu? Inilah Al Maktoum Residence di Al Shindagha Museum

Di antara banyak rumah di Al Shindagha Museum Dubai, Al Maktoum Residence adalah yang terbesar.

Baca Selengkapnya