Pasukan yang berbasis di daerah Ponorogo, Jawa Timur, yang berjumlah 100 orang tersebut adalah kader PDI-P yang fanatik. Susilo menyatakan, jangan sampai ada pihak yang berani “menyentuh” nama Mega, karena mereka siap membela Mega kapan pun dan di mana pun. Sejak kedatangan mereka seminggu lalu hingga saat ini, pasukan yang berasal dari Padepokan Wiropati itu terus memantau aktivitas PBM. “Kami akan ikut terus perkembangan PBM, wong Istighotsah juga saya ikut,” ujar Susilo. Ia juga menganggap Pasukan pendukung Gus Dur itu sepertinya sudah berlebihan.
Keberadaan pasukan Wiropati, kata Susilo, sudah diketahui pihak Polda Metro Jaya. Mereka menyatakan siap bersatu dengan aparat dalam menghadapi PBM. ”Kemarin saya sudah bertemu dengan Wakapolda,” jelas dia.
Pasukan ini, lanjutnya, dimaksudkan agar aparat lebih leluasa untuk bertindak. “Kami siap jadi bamper aparat kalau PBM macam-macam,” tambah Susilo. Pasukan Wiropati, yang berarti pasukan yang berani memperjuangkan kebenaran, saat ditemui para wartawan telah mengenakan uniform: hitam-hitam dengan kaos loreng-loreng hitam putih, ikat kepala khas Ponorogo, serta membawa senjata yang bernama Kolor, yang merupakan seutas tali besar yang digunakan untuk mempertahankan diri.
Ketika ditanya wartawan mengapa mereka sudah memakai baju seperti layaknya hendak berperang, Susilo hanya menjawab, “Anda lihat, kami sudah pakai baju seperti ini. Jadi kami sudah siap,” katanya tanpa menjelaskan apa makna “siap” tersebut.
Ia juga menambahkan, mereka membawa senjata dengan jenis tali tersebut karena bila membawa senjata tajam akan terkena sweeping aparat. “Kalau pakai Kolor ini kan tidak akan kena sweeping. Apalagi ini adalah ciri khas orang Ponorogo,” katanya menjelaskan. (Sri Wahyuni)