Indonesia Dinilai Kecanduan Utang

Reporter

Editor

Selasa, 17 Agustus 2010 12:49 WIB

Seorang ibu menunjukkan surat keterangan penerima Bantuan Langsung Tunai di Depok. TEMPO/Gunawan Wicaksono

TEMPO Interaktif, Jakarta - International NGO Forum on Indonesian Development (Infid) menilai pemerintah Indonesia belum sembuh dari penyakit kecanduan utang. RAPBN 2011 menunjukkan hal itu.

"Tekad Presiden SBY untuk mengurangi utang agar tidak membebani APBN seperti yang disampaikan pada Rapat Kabinet Terbatas Bidang Ekonomi pada 19 Juli lalu, ternyata tidak terbukti," kata Direktur Eksekutif Infid Don K Marut dalam keterangan persnya, Selasa 17 Agustus 2010.


Don melihat, RAPBN 2011 masih mengandalkan utang luar negeri. Dengan defisit yang semakin tinggi, yakni Rp 115,7 triliun, utang yang akan dipakai untuk menutupnya jelas semakin besar. Di sisi lain, dengan adanya beban jatuh tempo, RAPBN 2011 juga sangat besar mengalokasikan pembayaran bunga utang sebesar Rp 116,4 triliun. "Pembayaran utang luar negeri bahkan lebih besar daripada utang baru (negative flows)," ujarnya.

Infid juga mengkritik program penyejahteraan rakyat yang sebagian besar dibiayai dengan utang luar negeri. Seperti Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM), Bantuan Langsung Tunai (BLT), Biaya Operasional Sekolah (BOS), Program Keluarga Harapan (PKH), maupun Jaminan Kesehatan Orang Miskin (Jamkeskin).

"Itu menunjukkan pemerintah sekarang mau membantu rakyat miskin pada masa kini, dengan membebani rakyat miskin di masa depan untuk membayar utang tersebut," ujar Don.

Infid juga mengkritis skema perlindungan sosial yang ditawarkan RAPBN 2011 yang dinilai tak bergeser dari perspektif karitatif yang bersifat bantuan sosial alih-alih penjaminan sosial yang bersifat permanen. Pemerintah seolah-olah melihat dirinya sebagai donatur yang baik hati pada rakyat.

"Tapi sebenarnya mengabaikan penderitaan rakyat akibat kebijakan-kebijakan pemerintah yang keliru, termasuk kebijakan bergantung pada utang luar negeri," katanya.

Advertising
Advertising

Menurut Infid menilai ada fakta-fakta muram yang disembunyikan dalam Pidato Kenegaraan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang dibacakan kemarin. RAPBN 2011 lebih menonjolkan janji-janji menaikkan gaji pegawai negeri sipil dan TNI/Polri, "Namun abai terhadap peningkatan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh," kata Don.

Isma Savitri

Berita terkait

Erick Thohir Minta BUMN Segera Antisipasi Dampak Penguatan Dolar

10 hari lalu

Erick Thohir Minta BUMN Segera Antisipasi Dampak Penguatan Dolar

Erick Thohir mengatakan BUMN perlu mengoptimalkan pembelian dolar, artinya adalah terukur dan sesuai dengan kebutuhan.

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Erick Thohir Minta BUMN Beli Dolar Secara Optimal, Rupiah Loyo Jadi Rp 16.260 per USD

11 hari lalu

Terkini Bisnis: Erick Thohir Minta BUMN Beli Dolar Secara Optimal, Rupiah Loyo Jadi Rp 16.260 per USD

Erick Thohir mengarahkan agar BUMN membeli dolar secara optimal dan sesuai kebutuhan di tengah memanasnya geopolitik dan penguatan dolar.

Baca Selengkapnya

Utang Luar Negeri RI Tercatat Rp USD 407,3 Miliar, Banyak Pembiayaan Proyek Pemerintah

11 hari lalu

Utang Luar Negeri RI Tercatat Rp USD 407,3 Miliar, Banyak Pembiayaan Proyek Pemerintah

BI mencatat jumlah utang luar negeri Indonesia jumlahnya naik 1,4 persen secara tahunan.

Baca Selengkapnya

BI Laporkan Cadangan Devisa Indonesia Turun Jadi US$ 144 Miliar

53 hari lalu

BI Laporkan Cadangan Devisa Indonesia Turun Jadi US$ 144 Miliar

BI mencatat cadangan devisa Indonesia pada akhir Februari 2024 senilai US$ 144 miliar.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Makan Siang Gratis Bisa Berujung Utang Luar Negeri, Jadwal dan Cara Pendaftaran CPNS 2024

18 Februari 2024

Terpopuler: Makan Siang Gratis Bisa Berujung Utang Luar Negeri, Jadwal dan Cara Pendaftaran CPNS 2024

Berita terpopuler: Program makan siang gratis bisa berujung pada utang luar negeri, jadwal dan cara mendaftar CPNS 2024

Baca Selengkapnya

Ekonom Prediksi Program Makan Siang Gratis Berujung pada Utang Luar Negeri

17 Februari 2024

Ekonom Prediksi Program Makan Siang Gratis Berujung pada Utang Luar Negeri

Ekonom memprediksi, jika program makan siang gratis akan berujung pada penambahan utang luar negeri. Ini alasannya.

Baca Selengkapnya

Terkini: Prabowo-Gibran Unggul Begini Kata Walhi, Bapanas Sebut Bantuan Pangan Beras Kembali Disalurkan

15 Februari 2024

Terkini: Prabowo-Gibran Unggul Begini Kata Walhi, Bapanas Sebut Bantuan Pangan Beras Kembali Disalurkan

Pasangan Capres dan Cawapres) nomor urut dua Prabowo Subianto - Gibran Rakabuming Raka (Prabowo-Gibran) unggul di hitung cepat.

Baca Selengkapnya

Utang Luar Negeri Naik jadi US$ 407,1 Miliar pada Akhir 2023, Begini Penjelasan Lengkap BI

15 Februari 2024

Utang Luar Negeri Naik jadi US$ 407,1 Miliar pada Akhir 2023, Begini Penjelasan Lengkap BI

Bank Indonesia (BI) mengumumkan utang luar negeri (ULN) Indonesia pada kuartal keempat tahun 2023 naik menjadi US$ 407,1 miliar.

Baca Selengkapnya

Cadangan Devisa Turun, Disedot Jatuh Tempo Bayar Utang Luar Negeri Pemerintah

9 Februari 2024

Cadangan Devisa Turun, Disedot Jatuh Tempo Bayar Utang Luar Negeri Pemerintah

Cadangan devisa Indonesia menurun pada bulan pertama 2024 gara-gara pembayaran utang luar negeri. Masih dua kali lipat dari standar internasional.

Baca Selengkapnya

Bank Indonesia Catat Utang Luar Negeri RI Capai Rp 6.230 Triliun

16 Januari 2024

Bank Indonesia Catat Utang Luar Negeri RI Capai Rp 6.230 Triliun

Bank Indonesia (BI) mencatat posisi utang luar negeri RI per November 2023 sebesar US$ 400,9 miliar atau Rp 6.230 triliun.

Baca Selengkapnya