Pemerintah Didesak Bebaskan Tapol-Napol Makar

Reporter

Editor

Kamis, 12 Agustus 2010 18:36 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta - Menjelang peringatan hari kemerdekaan Indonesia yang ke-65, Perhimpunan Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia (PBHI) beserta sejumlah elemen lain yaitu Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras), The Indonesian Human Rights Monitor (Imparsial), dan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta mendesak pemerintah untuk membebaskan tahanan politik-narapidana politik (tapol-napol) yang diduga melakukan makar.


Alasannya, sejumlah tapol-napol ditahan hanya karena melakukan aksi damai, seperti mengibarkan bendera. Penahanan tapol-napol ini dinilai menyalahi prinsip demokrasi dan Hak Asasi Manusia (HAM). "Pemerintah harusnya bisa membedakan, mana yang gerakan separatis bersenjata, mana yang aktivitas politik damai," ujar Dedi Ali Ahmad dari PBHI , di Jakarta, Kamis (12/8).

Berdasarkan data yang dihimpun PBHI, saat ini ada 36 tapol-napol di Maluku, tiga di Aceh, dan 34 di Papua. "Ketiga daerah tersebut dari dulu sampai sekarang distigmatisasi sebagai akar gerakan separatis," ujar Dedi.

Selain itu, PBHI juga menengarai terjadi ketidakadilan dalam proses penangkapan hingga penahanan tapol-napol. Nurkholis dari LBH Jakarta mengisahkan, "Waktu saya berkunjung ke Nusa Kambangan, tapol-napol di sana sulit sekali mendapat akses kesehatan. Setelah ada foto yang dipublikasikan di media, barulah mereka dibawa ke rumah sakit," ujarnya.

Sri Spriyati dari Kontras menambahkan, pada 9 Agustus kemarin ada dua orang di Maluku yang salah ditangkap atas tuduhan makar. "Padahal mereka sudah disiksa," ujarnya.

Dedi mengatakan, pihaknya telah menyampaikan desakannya pada Menteri Hukum dan HAM, Patrialis Akbar. Menurutnya, ketika mengunjungi tapol-napol di Maluku Juli lalu, Patrialis berjanji untuk memberikan grasi pada yang ditahan karena mengibarkan bendera.

ADISTI DINI INDRESWARI

HAM

Berita terkait

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

12 hari lalu

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

Maung Zarni, aktivis hak asasi manusia dan pakar genosida asal Myanmar, dinominasikan Hadiah Nobel Perdamaian 2024, oleh penerima Nobel tahun 1976

Baca Selengkapnya

Israel Diduga Menghalang-halangi Investigasi Pelanggaran HAM dalam Serangan 7 Oktober

17 hari lalu

Israel Diduga Menghalang-halangi Investigasi Pelanggaran HAM dalam Serangan 7 Oktober

Komisi penyelidikan independen terhadap pelanggaran HAM di Israel dan Palestina menuding Israel menghalangi penyelidikan terhadap serangan 7 Oktober oleh Hamas.

Baca Selengkapnya

MK Serukan Dukungan untuk Palestina di Forum Dunia

44 hari lalu

MK Serukan Dukungan untuk Palestina di Forum Dunia

MK RI menyerukan dukungan untuk Palestina dalam forum pertemuan Biro World Conference on Constitutional Justice atau WCCJ ke-21 di Venice, Italia.

Baca Selengkapnya

Anggota Komite HAM PBB Tanya soal Dugaan Intervensi Jokowi di Pilpres 2024: Apakah Sudah Diinvestigasi?

49 hari lalu

Anggota Komite HAM PBB Tanya soal Dugaan Intervensi Jokowi di Pilpres 2024: Apakah Sudah Diinvestigasi?

Anggota Komite HAM PBB Bacre Waly Ndiaye mempertanyakan dugaan intervensi Jokowi di Pilpres 2024 dalam sidang di Jenewa, Swiss.

Baca Selengkapnya

KontraS Kritik Respons Pemerintah Soal Pemilu dan HAM di ICCPR Jenewa

50 hari lalu

KontraS Kritik Respons Pemerintah Soal Pemilu dan HAM di ICCPR Jenewa

KontraS menyayangkan respons delegasi Indonesia terhadap berbagai kritik dan pertanyaan dari ICCPR.

Baca Selengkapnya

International Women's Day, Perempuan Indonesia Bicara Carut-Marut Rezim Jokowi: Tuntut Penegakan Demokrasi

55 hari lalu

International Women's Day, Perempuan Indonesia Bicara Carut-Marut Rezim Jokowi: Tuntut Penegakan Demokrasi

Aliansi Perempuan Indonesia menuntut penegakan demokrasi dan supremasi hukum

Baca Selengkapnya

Kini Siap Kerja Sama, Mengapa AS Dulu Mencekal Prabowo?

57 hari lalu

Kini Siap Kerja Sama, Mengapa AS Dulu Mencekal Prabowo?

Prabowo Subianto punya hubungan kurang harmonis dengan Amerika Serikat (AS). Dia pernah masuk dalam daftar hitam selama 20 tahun.

Baca Selengkapnya

Andri Alapas Terpilih sebagai Direktur LBH Pekanbaru 2024-2028, Ketua YLBHI: Persoalan Demokrasi Tantangan ke Depan

29 Februari 2024

Andri Alapas Terpilih sebagai Direktur LBH Pekanbaru 2024-2028, Ketua YLBHI: Persoalan Demokrasi Tantangan ke Depan

Andri Alapas terpilih sebagai Direktur LBH Pekanbaru Periode 2024-2028 pada Kamis, 29 Februari 2024.

Baca Selengkapnya

Sederet Intimidasi terhadap Mereka yang Gaungkan Pemakzulan Jokowi

25 Februari 2024

Sederet Intimidasi terhadap Mereka yang Gaungkan Pemakzulan Jokowi

Bagaimana intimidasi dan kekerasan terjadi kepada para pihak yang menggaungkan pemakzulan presiden.

Baca Selengkapnya

Alasan KY Perpanjang Masa Pendaftaran Calon Hakim Agung dan Ad Hoc HAM di MA

22 Februari 2024

Alasan KY Perpanjang Masa Pendaftaran Calon Hakim Agung dan Ad Hoc HAM di MA

KY telah menerima 120 pendaftar konfirmasi untuk calon hakim agung.

Baca Selengkapnya