TEMPO Interaktif, Jakarta - Ketua Umum Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia Imam Wahyudi menilai tayangan infotainmen yang selama bertahun-tahun disaksikan oleh penduduk Indonesia adalah bukan karya jurnalistik. Tapi Imam tidak mau terjebak dalam perdebatan istilah Komisi Penyiaran Indonesia yang menyatakan Infotainmen adalah non faktual.
“Kalau memang permasalahan yang ditimbulkan oleh infotainmen selama ini dapat diselesaikan oleh KPI dengan cara seperti itu, monggo. Tapi untuk menentukkan non faktual itu seperti apa itu akan menimbulkan diskusi yang panjang, kami tidak mau terjerumus perdebatan terminologi,” kata Imam saat dihubungi Tempo hari ini (17/7).
Menurut Imam, lebih baik infotainmen tidak dikategorikan dengan cara seperti itu, tapi dinilai berdasarkan substansinya saja. “Kalau liputan mengenai artis, sepanjang itu untuk kepentingan umum bukan rasa ingin tahu privasi, maka itu produk jurnalistik,” ujar Imam.
Kepentingan publik yang dimaksud oleh Imam adalah apabila apa yang menimpa oleh artis itu dikhawatirkan dapat menimpa orang lain juga. Imam mencontohkan dua pandangan dalam peliputan berita tentang Nazriel Ilham atau Ariel Peterpan.
Dalam karya jurnalistik, pembahasan dalam isu Ariel akan seputar kebocoran video itu, karena itu bisa terjadi oleh semua orang dan mengancam privasi. Sedangkan karya non jurnalistik, yang dibahas akan membahas mengenai perasaan orang tua Ariel, atau saudaranya, atau yang tidak ada kaitannya sama sekali dengan bahasan sebenarnya.
Renny Fitria Sari
