Sistem Presidensial Bisa Terancam  

Reporter

Editor

Selasa, 11 Mei 2010 09:44 WIB

Aburizal Bakrie/Tempo
TEMPO Interaktif, Jakarta - Pembentukan Sekretariat Gabungan Partai Koalisi dinilai membahayakan sistem pemerintahan presidensial. Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat Partai Gerindra Ahmad Muzani mengatakan, pembentukan Sekretariat Gabungan tidak mengindahkan sistem ketatanegaraan yang ada.

"Ini (Sekretariat Gabungan) bisa menjadi superbody politik yang membuat lembaga resmi presiden, wakil presiden, dan kementerian terpasung," kata Ahmad Muzani kepada Tempo kemarin.

Ahmad mengatakan, ide awal pembentukan Sekretariat Gabungan itu baik untuk meningkatkan efektivitas pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Namun, ia mengingatkan agar jangan sampai pemerintah bergantung pada partai koalisi. "Jangan sampai keputusan penting tergantung Sekretariat Gabungan."

Menurut ketua fraksi sekaligus Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Tjahjo Kumolo, setiap partai yang tergabung dalam Sekretariat Gabungan harus lebih mengerti apakah pembentukan organisasi ini bisa membahayakan sistem pemerintahan presidensial. "Itu urusan mereka. Tapi pertanggungjawaban sistem pemerintah presidensial itu kepada rakyat," tuturnya saat dihubungi kemarin.

Tjahjo mengatakan ada tiga sikap yang diputuskan fraksinya menanggapi pembentukan Sekretariat Gabungan. Pertama, PDIP akan menjalankan amanat kongres untuk tetap otonom. Kedua, kata dia, fraksinya akan aktif membangun komunikasi politik dengan fraksi lain. Dan ketiga, PDIP tak mau terlibat dalam urusan rumah tangga partai lain. "Tetapi, kalau ada pengambilan keputusan di DPR yang melibatkan partai-partai tersebut, boleh dong kami bersikap beda," katanya.

Adapun Sekretaris Jenderal Partai Keadilan Sejahtera Anis Matta mengatakan, dengan terbentuknya Sekretariat Gabungan, nantinya Presiden tak boleh mengambil kebijakan tanpa berkonsultasi dengan koalisi. "Yang ada selama ini, koalisi seperti didikte. Sekarang diubah, koalisi dilibatkan dalam kebijakan-kebijakan," ujarnya.

Menurut ahli hukum tata negara dari Universitas Hasanuddin, Makassar, Irman Putra Sidin, Sekretariat Gabungan amat kuat pengaruhnya dalam penentuan kebijakan negara. Apalagi, Sekretariat Gabungan memiliki mekanisme musyawarah untuk membahas kebijakan. Irman menilai mekanisme ini bisa menggerus habis-habisan kekuasaan DPR.

Dengan berkurangnya kekuasaan parlemen, kata dia, Sekretariat Gabungan sudah berjalan menuju praktek parlementer. "DPR bisa mati, cuma jadi gedung acara pernikahan, sementara proses romantismenya di sekber," kata Irman.

Dalam sistem parlementer, kata Irman, kebijakan dibuat di parlemen. Adapun dalam sistem presidensial, seperti yang dianut Indonesia, kebijakan bisa dibuat oleh presiden dan dikontrol oleh parlemen.

"Dalam sistem presidensial, parlemen tidak bisa begitu saja menjatuhkan presiden, sehingga SBY seharusnya tidak perlu khawatir dan Sekretariat Gabungan tidak perlu ada," ujar Irman.

ARYANI KRISTANTI | AMIRULLAH | PUTI NOVIYANDA

Berita terkait

Bertemu Tony Blair, Aburizal Bakrie Bahas Banyak Hal

2 November 2021

Bertemu Tony Blair, Aburizal Bakrie Bahas Banyak Hal

Aburizal Bakrie mengatakan jika pertemuannya dengan Tony Blair saat ini dalam keadaan keduanya tak lagi menjadi pejabat pemerintah

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Koalisi Kerakyatan Demokrat Sulit Terbentuk

20 Juni 2018

Pengamat Sebut Koalisi Kerakyatan Demokrat Sulit Terbentuk

Direktur Eksekutif Indo Barometer M. Qodari menjelaskan dua alasan mengapa koalisi kerakyatan yang digagas Partai Demokrat sulit terbentuk.

Baca Selengkapnya

PKS Tak Masalah Jika Gerindra Bergabung ke Koalisi Kerakyatan

18 Juni 2018

PKS Tak Masalah Jika Gerindra Bergabung ke Koalisi Kerakyatan

PKS memuji langkah Partai Gerindra yang membuka peluang membentuk Koalisi Kerakyatan bersama Partai Demokrat.

Baca Selengkapnya

Idrus Marham: Golkar Tak Tergoda Koalisi Keumatan dan Kerakyatan

18 Juni 2018

Idrus Marham: Golkar Tak Tergoda Koalisi Keumatan dan Kerakyatan

Idrus Marham menegaskan dukungan Golkar terhadap Jokowi sebagai calon presiden 2019 sudah final.

Baca Selengkapnya

Muhaimin: Koalisi Kerakyatan oleh Demokrat Sulit Terbentuk

11 Juni 2018

Muhaimin: Koalisi Kerakyatan oleh Demokrat Sulit Terbentuk

Muhaimin Iskandar mengungkapkan dua alasan mengapa ia menyebutkan koalisi kerakyatan yang digagas Demokrat sulit terbentuk.

Baca Selengkapnya

Partai Demokrat Gagas Terbentuknya Koalisi Kerakyatan

10 Juni 2018

Partai Demokrat Gagas Terbentuknya Koalisi Kerakyatan

Partai Demokrat menggagas terbentuknya poros baru menjelang Pemilu 2019 dengan Koalisi Kerakyatan.

Baca Selengkapnya

Ada 6 Calon Ketum Golkar, Aburizal: Tak Ada Kubu-kubu

8 Desember 2017

Ada 6 Calon Ketum Golkar, Aburizal: Tak Ada Kubu-kubu

Aburizal Bakrie mengharapkan Munaslub Golkar yang akan segera digelar dan memiliki satu visi-misi untuk persatuan partai.

Baca Selengkapnya

Menjelang Munaslub, 6 Calon Ketum Golkar Telah Temui Aburizal

7 Desember 2017

Menjelang Munaslub, 6 Calon Ketum Golkar Telah Temui Aburizal

Pertemuan antara Aburizal Bakrie dan pengurus DPD tingkat I Partai Golkar menyepakati segera diselenggarakannya munaslub.

Baca Selengkapnya

Aburizal Bakrie: Kami Satu Suara Segera Gelar Munaslub Golkar

7 Desember 2017

Aburizal Bakrie: Kami Satu Suara Segera Gelar Munaslub Golkar

Ketua Dewan Pembina Partai Golkar Aburizal Bakrie menerima DPD I dan DPP di rumahnya. Aburizal mengatakan mereka setuju menggelar Munaslub Golkar.

Baca Selengkapnya

Aburizal Bakrie Membantah Mendukung Munaslub Golkar

1 Desember 2017

Aburizal Bakrie Membantah Mendukung Munaslub Golkar

Aburizal Bakrie membantah dirinya mendorong pelaksanaan Munaslub Golkar. Ia mengatakan Munaslub Golkar diadakan setelah praperadilan Setya Novanto.

Baca Selengkapnya