TEMPO Interaktif, Ciamis - Kelompok tani Sri Waringin di Desa Gegempalan, Kecamatan Cikoneng Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, mulai menggunakan pupuk organik. Hal itu dilakukan lantaran harga pupuk bersubsidi naik.
Tatang, 45 tahun, ketua kelompok tani Sri Waringin, mengatakan kelompoknya terpaksa menggunakan pupuk organik hasil olahan petani binaannya sejak 9 April lalu. “Daripada berhenti bertani, kami silang setengahnya dengan pupuk organik,”ujarnya. “Hampir semua kelompok tani kini sudah mulai mencobanya,” imbuh dia.
Dengan kenaikan rata-rata sekitar 30-40 persen per karung pupuk bersubsidi yang dibeli petani, berdampak terhadap kenaikan biaya produksi tanam hingga 20 persen dari biasa semula. Akibatnya, menambah beban kelompoknya yang mayoritas sebagai petani penggarap dengan upah harian lepas. Apalagi kenaikan pupuk bersubsidi ini hingga kini belum dibarengi dengan kenaikan harga penjualan komoditas gabah yang tetap bertahan dikisaran harga Rp 250-300 Ribu per kuintal yang di jual petani.
Ia pun berpikir untuk menggunakan pupuk organik, berbekal sampah organik seperti kotoran ternak dengan sisa bahan-bahan organik lainnya yang tersedia. Ia menggunakannya sebagai bahan awal pemupukan lahan pertanian disamping pupuk bersubsidi yang tetap ia gunakan. “Jumlahnya baru sekitar 30 persen dari pupuk pupuk bersubsidi,”ujarnya. “Jumlahnya untuk kedepannya mungkin saja terus bertambah,” lanjut dia.
Berdasarkan informasi yang dihimpun tempo, beberapa kenaikan pupuk bersubsidi ditingkat petani diantaranya, pupuk urea semula Rp 60.000 per karung 50 kilogram naik menjadi Rp 80.000, NPK Ponska Rp 90.000, naik menjadi Rp 115.000, KCL Rp 57.000 naik menjadi Rp 60.000, SP 27 dari harga awal Rp 60.000 menjadi Rp 75.000.
Sejalan dengan ide kelompok tani, dinas pertanian dan perkebunan kabupaten Ciamis pun mendukungnya dengan memberikan bantuan mesin pengolah pupuk kompos. Selama 2009 sedikitnya 36 mesin pengolahan kompos telah disalurkan kepada 36 kelompok tani yang tersebar di 36 kecamatan di Ciamis. “Kita berharap agar hal itu terus berkembang,” ujar Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Ciamis Endang Supardi kepada Tempo beberapa waktu lalu.
Hasilnya, kata Endang, kini sudah mulai dirasakan para petani di lapangan, dari 36 kelompok tani yang telah menerima bantuan, total 50 ton pupuk organik per hari sudah mampu dihasilkan seluruh kelompok tani. “Kedepannya kita akan terus kembangkan penggunaan pupuk organik ini,”ujarnya.
JAYADI SUPRIADIN