TEMPO Interaktif, Jakarta:Pengeboman di Wisma Bhayangkari Mabes Polri, Senin (3/2), memiliki kemiripan dengan pengeboman di Diskotik Eksotis, Mangga Besar, tahun lalu. Peledakan ini juga serupa dengan peledakan malam Natal di Medan tahun 2000. Demikian disampaikan Juru bicara Polda Metro Jaya Kombes Pol. Prasetyo saat ditemui di ruang kerjanya, Jakarta, Selasa (4/2) siang. Prasetyo menuturkan, setelah pengeboman itu, pengunjung Mapolda diperiksa cukup ketat. Hal ini untuk mengantisipasi teror yang mungkin terjadi. Karena polisi aktif memerangi terorisme dengan penangkapan. Pasti ada upaya kelompok untuk mengganggu, meneror, karena tujuannya untuk meledakkan gedung, kata dia. Saat ditanya, mungkinkah pelakunya adalah kelompok teroris yang belakangan ini ditangkapi polisi? Menurut Prasetyo, kelompok teroris bukan semata yang telah ditangkapi polisi. Sebab, masih ada jaringan teroris lainnya yang menurut pemetaan polisi sekitar ada lima. Kelompok pertama merupakan kelompok Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Kedua adalah kelompok Tommy Suharto. Meski Tommy sudah dibui di LP Nusakambangan, bukan berarti kawan-kawannya diam. Ketiga dihuni kelompok yang turut berafiliasi dengan Hambali, Imam Samudra cs yang terlibat serangkaian pengeboman. Kelompok keempat adalah para avonturir yang justru sulit dideteksi dan diprediksi kemauan dan latar belakangnya. Kelima adalah kelompok yang tidak suka polisi menonjol karena baru-baru ini gencar memberantas teroris. Ketatnya pengawasan para pengunjung ini, menurut dia, karena Polda merupakan instansi pemerintah yang harus dilindungi. Itu dilakukan untuk melindungi masyarakat agar lebih nyaman datang ke Polda Metro dan tidak terganggu kelompok usil, kata Prasetyo. Pemeriksaan para pengunjung dilakukan secara acak, tidak terjadwal, dan bersifat situasional. Ia mengakui, markas polisi selama ini lebih mengutamakan pelayanan tanpa memperhatikan aspek keamanannya. Dia menambahkan, pemeriksaan juga dimungkinkan dilakukan di polres dan polsek. Hingga sore hari, pemeriksaan terhadap pengunjung masuk tetap dilakukan. Sebanyak 15 polisi dari gegana, satuan pengawal protokoler, dan provost memeriksa secara cermat pengunjung yang menggunakan kendaraan di pintu loket parkir. Tim gegana Polda melengkapi dirinya dengan mirror set untuk mengetahui apakah pengguna mobil membawa barang mencurigakan di bawah mobilnya. (Istiqomatul Hayati-Tempo News Room)