Perajin Sangkar Burung Tantang Produk Cina

Reporter

Editor

Selasa, 19 Januari 2010 13:19 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta -Perajin sangkar burung di Mojosongo, Surakarta, Jawa Tengah siap menantang kehadiran produk sangkar burung asal Cina. Saat ini, produk sangkar burung dari negara tirai bambu itu sudah mulai memasuki pasar burung di Surakarta dan sekitarnya.

Karena harganya lebih mahal, produk Cina itu justru ditiru oleh para perajin. Ketua Paguyuban Perajin Sangkar Burung Sangkar Manunggal, Bambang Sulistyo mengatakan saat ini di Mojosongo terdapat ratusan perajin sangkar burung.

“Hasil produksinya mencapai puluhan ribu tiap bulan,” kata dia. Hasil produksinya dijual hingga luar daerah, seperti Surabaya, Bali hingga Medan.

Bambang mengakui, saat ini produk sangkar burung buatan Cina mulai masuk ke beberapa pasar burung. “Namun kita siap bersaing,” kata dia. Dia yakin, harga sangkar burung buatan lokal jauh lebih murah dibandingkan produk impor. Sebab, bahan baku sangkar burung, seperti kayu dan bambu mudah diperoleh dan harganya juga masih relatif murah.

Bambang menegaskan, produk sangkar burung asal Cina memiliki harga tiga kali lipat dibanding harga sangkar lokal. “Paling murah Rp 5 juta per buahnya,” kata dia. Sedangkan untuk produk lokal dengan kualitas yang sama, perajin biasa menjualnya dengan harga Rp 1,5 juta per buah.

Jika kebanyakan produk Cina yang dijual di Indonesia memiliki kualitas rendah, sangkar burung Cina justru sebaliknya. “Ukirannya sangat halus,” kata ketua paguyuban yang beranggotakan 56 perajin itu. Dirinya menduga, ukiran tersebut dibuat dengan menggunakan mesin.

Terpisah, salah seorang pedagang di Pasar Burung Depok Surakarta, Suwignyo mengakui jika beberapa pedagang telah memasarkan sangkar burung buatan Cina. “Namun tidak banyak yang menjualnya,” kata dia. Senada dengan Bambang, harga sangkar burung buatan Cina memang jauh lebih mahal.

Sembari menunjukkan, Suwignyo menjelaskan, jika sangkar burung produksi Cina memiliki ukiran yang sangat halus. Kebanyakan motif ukirannya berupa naga serta dewa-dewa. Berbeda dengan produk lokal yang biasa menggunakan ukiran dengan motif burung, bunga serta daun.

Anehnya, beberapa produsen lokal justru mencontek motif ukiran sangkar burung asal Cina, yang oleh pedagang biasa disebut dengan sangkar cung kwok. “Sekarang giliran produk mereka dibajak,” ujarnya. Namun, produk tiruan buatan lokal itu memiliki kualitas ukiran yang lebih kasar dibanding aslinya.

Justru saat ini banyak produk sangkar burung asal Bandung yang menawarkan harga lebih murah dibanding produk lokal. “Bahannya dari plastik dan fiber,” kata Suwignyo. Namun produk tersebut kurang disukai konsumen karena tidak awet.

AHMAD RAFIQ

Berita terkait

Kemenkop UKM Bakal Susun Standarisasi Penggunaan Knalpot Motor

34 hari lalu

Kemenkop UKM Bakal Susun Standarisasi Penggunaan Knalpot Motor

Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop UKM) akan segera menyusun standarisasi penggunaan knalpot aftermarket di Indonesia.

Baca Selengkapnya

IDFES2024: Revolusi Fashion Lokal

6 Februari 2024

IDFES2024: Revolusi Fashion Lokal

IDFES 2024 yang pertama di Indonesia ini bertema "Revolusi Fashion Lokal" yang akan menjadi creative hub untuk mendorong inspirasi.

Baca Selengkapnya

Kementerian Koperasi Sebut Banyak Penyelewengan Dana KUR

8 Desember 2023

Kementerian Koperasi Sebut Banyak Penyelewengan Dana KUR

Kementerian Koperasi dan UKM mengungkapkan masih banyak pelanggaran dalam penyaluran dana Kredit Usaha Rakyat (KUR).

Baca Selengkapnya

KPPU Putuskan Kasus Penerapan Google Play Billing System ke Tahap Pemberkasan

1 Desember 2023

KPPU Putuskan Kasus Penerapan Google Play Billing System ke Tahap Pemberkasan

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) memutuskan untuk melanjutkan kasus penerapan Google Play Billing System ke tahap pemberkasan.

Baca Selengkapnya

KPPU Endus Dugaan Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat di Industri Ekspedisi

25 September 2023

KPPU Endus Dugaan Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat di Industri Ekspedisi

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) mengaku tengah memeriksa industri ekspedisi karena dugaan monopoli dan persaingan usaha tidak sehat.

Baca Selengkapnya

Ditargetkan Rampung Tahun Ini, Pemerintah Yakin Revisi RUU Perkoperasian Dorong Koperasi Lebih Adaptif

18 Agustus 2023

Ditargetkan Rampung Tahun Ini, Pemerintah Yakin Revisi RUU Perkoperasian Dorong Koperasi Lebih Adaptif

Kementerian Koperasi dan UKM mengungkapkan terdapat lima upaya dalam yang dilakukan pemerintah dalam revisi RUU Perkoperasian.

Baca Selengkapnya

KPPU Denda PT Len Rp 6 M karena Kasus Tender Persinyalan Kereta Api Bogor-Cicurug

15 Agustus 2023

KPPU Denda PT Len Rp 6 M karena Kasus Tender Persinyalan Kereta Api Bogor-Cicurug

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) memutuskan PT Len Industri (Persero) melanggar UU tentang larangan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat dan didenda Rp 6,056 miliar.

Baca Selengkapnya

Soal Pemerintah Rencanakan Program Penghapusan Kredit Macet UMKM, Begini Penjelasannya

26 Juli 2023

Soal Pemerintah Rencanakan Program Penghapusan Kredit Macet UMKM, Begini Penjelasannya

Rencana penghapusbukuan kredit macet UMKM dilontarkan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto. Bagaimana skemanya?

Baca Selengkapnya

UMKM di Indonesia Masih Didominasi Usaha Mikro

22 Juli 2023

UMKM di Indonesia Masih Didominasi Usaha Mikro

Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Indonesia hingga saat ini masih didominasi oleh kelas usaha mikro.

Baca Selengkapnya

Tak Berhenti di Selembar Kain Tenun

30 Juni 2023

Tak Berhenti di Selembar Kain Tenun

Sejumlah pelaku usaha kain tenun mengembangkan produk turunan untuk menambah penghasilan

Baca Selengkapnya